"...-chan."
"(Nama)-chan."
Kau yang mendengar suara seseorang memanggilmu akhirnya membuka mata. Di depanmu sebuah televisi tengah menyala. Sepertinya kau tertidur saat melihat acara televisi. Kau bangun dari sofa tempatmu berbaring dan menghampiri asal suara yang memanggil.
"(Nama)-chan, kau dimana?"
Suara yang memanggilmu terdengar semakin dekat. Membuka pintu sebuah ruangan, kau mendapati seorang pria sedang sibuk mengetik beberapa kata pada mesin komputer.
"Ada apa Onii-san?" tanyamu.
Mengetahui kedatanganmu, pria tersebut mengangkat wajahnya, mengalihkan perhatian dari mesin komputer kepadamu. "Hari ini aku sudah menyelesaikan mesin waktu itu. Sekarang saatnya untuk melakukan percobaan," ucapnya.
Kau melihat seringaian di bibirnya." Aku tidak mau," tolaknu. Melihat seringainya telah memberimu petunjuk, bahwa ia akan melakukan sesuatu pada dirimu.
"(Nama)-chan, apa kau membantah ku?" Ia bertanya sembari melangkah ke arahmu yang masih berdiri di ambang pintu.
Kau diam tidak menjawab. Sebuah tangan mencengkeram dagumu, memaksamu untuk melihat pemiliknya.
"Jawab aku, (Nama). Apa kau sedang menentangku?" tanyanya dingin. Kau menggeleng pelan, membuang wajah ke arah lain.
Laki-laki itu melepas dagumu dan menggenggam tanganmu lembut. Kalian berjalan menuju tempat penelitian. Kau bisa melihat dengan jelas sebuah mesin berbentuk tabung tampak telah diaktifkan. Laki-laki yang kau sebut 'kakak' itu menuntunmu masuk ke dalam tabung. Kau berhenti sebelum memasukinya.
"Ah, aku lupa melepas rantainya. Kau pasti kesulitan masuk ke dalam mesin dengan rantai itu. Tunggu sebentar," katanya dengan tenang.
Kau memperhatikan kakakmu yang sedang melepas rantai di kakimu. Ya, kakakmu merantaimu agar kau tidak melarikan diri dari rumah itu. Dia menjadikanmu sebagai kelinci percobaan untuk setiap penemuannya. Laki-laki itu banyak menyuntikkan cairan ke dalam tubuhmu dan membuatmu merasakan sakitnya sengatan listrik berkali-kali.
Bukan. Dia bukan saudara kandungmu. Kau hanyalah seorang gadis jalanan. Kau bahkan tidak tau darimana asalmu dan kenapa kau dilahirkan. Alasanmu ikut pria itu karena kau terpikat oleh senyumannya, saat dia menolongmu dari laki-laki bajingan yang bermaksud untuk menyentuh tubuhmu.
Apa kau menyesal? Kau sendiri tidak tahu. Kau benci saat dia menyakitimu, tapi kau sama sekali tidak berniat meninggalkannya. Kau sangat menyukai sisi lembutnya saat bersamamu yang terkadang ia tunjukkan. Karena sepanjang usia, hanya lelaki itu satu-satunya yang pernah menatapmu penuh kehangatan.
Memandangmu dengan lekat, ia kembali bersuara. "Kau sudah siap?"
Kau mengangguk pasrah. Tangannya mengelus lehermu, dia memasang sebuah kalung dengan liontin berwarna biru gelap.
"Kenapa kau memberiku kalung?"
Pria itu tersenyum penuh arti. Hadiah," jawabnya. "Ingat, jangan pernah bercerita apapun tentang siapa dirimu dan tentang dunia kita. Jika itu kau lakukan, kau akan mati di sana," jelasnya kemudian.
Kau menelan ludah. "Kau akan mengirimku kemana?"
"Aku ingin mengirimmu ke masa kecilmu, tapi rasanya tidak begitu menarik," ucapnya.
Pria itu terlihat berpikir,kemudian tersenyum ke arahmu. Ia lalu keluar dari mesin berbentuk tabung itu dan menutup pintunya.
Kau terdiam, menunggu sesuatu yang akan terjadi. Kau melihatnya meninggalkan ruang penelitian. Beberapa menit berlalu, dia kembali dengan membawa buku yang sangat kau kenali. Kau mendelik kaget. Mungkinkah dia berniat mengirimmu kesana? Kau sangat paham jika penelitiannya selama ini tidak pernah gagal.
"(Nama)-chan, beberapa tahun lalu aku pernah bercerita tentang buku usang yang aku temukan ini kan? Aku sangat tertarik bagaimana cerita sebenarnya. Aku akan mengirimmu ke tempat ini," seringaian tidak pernah pudar dari wajah pria itu.
"Tidak. Tidak Onii-san. Aku tidak mau!" kau memberontak di dalam mesin, menggedor-gedor pintu. "Keluarkan aku Onii-san! Aku mohon!"
Kau memang tidak peduli jika suatu saat nyawamu tercabut ketika menjadi kelinci percobaan. Tapi bukan berarti kau ingin mau mati dengan cara yang mengenaskan. Cerita di dalam buku itu lebih menakutkan dibandingkan dengan seluruh percobaan kakakmu.
"Onii-san!" jeritanmu semakin kuat.
"Aku akan tetap mengawasimu," kakakmu tidak peduli dengan teriakan penolakan darimu. Ia memilih untuk menekan tombol di depannya.
"Jaa na, (Nama)."
Dziing!
Kau menutup mata saat cahaya putih menyilaukan mengelilingi tubuhmu. Sebuah sengatan listrik berkekuatan tinggi tiba-tiba melumpuhkan dirimu, membuatmu kehilangan kesadaran.
Prolog End
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travel [Shingeki No Kyojin X Reader] DISCONTINUED :(
Fanfic[CERITANYA TIDAK DILANJUTKAN] (Nama), seorang gadis yang hidup sebagai kelinci percobaan. Atas perintah 'kakak'nya, dia melewati ruang dan waktu. Gadis itu masuk ke dalam cerita masa lalu dari sebuah buku. Ia bertugas untuk menyelesaikan masalah yan...