0.2

11.7K 1.6K 152
                                    

"I would like to get to know you, baby," (I Would Like – Zara Larsson)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I would like to get to know you, baby," (I Would Like – Zara Larsson)

---

Pameran fotografi berjudul "Eat It!" yang digelar oleh Institut Français Indonesia dan NuArt Sculpture Park itu memboyong seniman Perancis bernama Enora Lalet. Hal yang menjadi daya tariknya adalah pilihannya untuk melukis wajah dengan makanan. Tentu saja, yang satu itu menarik perhatian Bintang ketika menemukan iklan pameran fotografi tersebut dalam website yang memuat info acara yang biasa diadakan di Bandung. Apalagi dengan tambahan kata "gratis" dalam eflyer yang tersebar itu, ia tak mungkin menyia-nyiakan. Maka dari itu, Bintang mencatat tanggal dan waktu pameran tersebut diadakan.

Tepat di hari sabtu pukul empat sore lebih beberapa menit, cowok itu sampai di NuArt Sculpture Park. Iringan musik jazz yang dimainkan secara live menyambutnya, disertai pencahayaan yang mendukung—gelap dan hanya menerangi karya-karya yang dipamerkan. Pameran tersebut dikelilingi banyak kalangan, remaja seperti dirinya, orang dewasa, dan tak jarang Bintang pun melihat banyak warga asli Perancis berbincang di sekitarnya. Ia membawa kamerannya erat-erat dalam genggaman, matanya disuguhkan dalam keunikan karya-karya milik Enora Lalet itu. Rasa penasarannya berubah menjadi rasa kagum menyadari ide yang diusung Enora adalah ide yang brilian. Tak banyak yang akan terpikir hal unik melukis wajah dengan makanan seperti yang seniman satu itu lakukan. Salah satunya, tentu saja dirinya. Bintang tak akan pernah terpikir untuk menempelkan wajah seorang model dengan potongan persegi kecil-kecil dari selembar nori, atau menjadikan spageti sebagai rambut, atau bahkan membuat kepala seseorang menjadi sebuah permen.

Jelas saja, ia pun tak membuang-buang kesempatan untuk mengabadikan karya-karya yang tersaji di hadapannya—yang mungkin tak akan ia temukan di tempat lain. Setelah membidik gambar dari satu tempat, cowok itu pun berkeliling untuk melihat foto lukisan yang lain. Tertarik pada para pengunjung yang memandangi karya Enora, ia pun memotret mereka tanpa bilang-bilang. Pada seorang laki-laki yang berada di pojok ruangan yang memperhatikan lukisan seseorang dengan tubuh dicat hitam yang kepalanya dilapisi irisan mentimun, pada pasangan yang melihat-lihat sambil bergandengan tangan, lalu pada seorang cewek yang berdiri beberapa meter di sebelahnya—yang selanjutnya ia sadari memiliki wajah yang familier.

Bintang lantas menurunkan kamera dari pandangan. Matanya menatap seksama cewek berbadan ramping itu dari samping. Cewek itu mengenakan setelan kaus putih dengan celana boyfriend jeans serta kets senada warna kausnya, ransel warna hitam di punggungnya, sementara sebelah bahunya memanggul tas kamera sama seperti Bintang saat ini. Rambutnya yang dicepol itu jelas membebaskan Bintang dalam hal menatap, ia bisa dengan jelas melihat siapa yang berada di sampingnya.

Dan entah mengapa, mendapati Amanda di sebelahnya—meskipun agak jauh—membuatnya ingin cepat-cepat keluar dari galeri seni itu. Tentu saja, mau tak mau keberadaan cewek itu mengingatkannya pada kejadian beberapa hari lalu saat mereka berkenalan. Bintang bukannya malu—sedikit, sih. Tapi, yang membuatnya ingin jauh-jauh dari cewek itu adalah acara kenalan mereka yang dibom Amanda dengan kenyataan bahwa cewek itu mempunyai pacar tentu saja menjatuhkan harga dirinya.

Illusion [Tanpa Judul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang