0.5

9.5K 1.3K 155
                                    

"Ada ruang hatiku yang kau temukan,
Sempat aku lupakan, kini kau sentuh," (Jatuh Hati - Raisa)

---

Sudah kedua kalinya Amanda menemukan nomor yang tak dikenal itu masuk notifikasi ponsel Reno. Hal tersebut cukup membuatnya memicingkan mata dan mendengus ketika menemukan bahwa ponsel Reno masih dikunci. Amanda merasa enggan untuk sekedar bertanya pada cowok itu siapa gerangan yang terus-menerus mengirimkan pesan. Karena, entah bagaimana, tanpa bertanya ia merasa tahu siapa orang tersebut.

Pengalaman mengajarnya untuk mengenal banyak hal, termasuk cara untuk mengendalikan situasinya saat ini. Meskipun Amanda sadar betul bahwa dirinya mengulang kesalahan yang sama, ia memilih untuk pura-pura bodoh. Entah bagaimana, Amanda ingin menemukan ujungnya, ia ingin melihat kemana arus membawanya. Sayang, itu juga yang membuatnya merasa pening sendiri.

Dan hal itu pula yang membuatnya merasa harus keluar sejenak dari zona yang akhir-akhir ini membuatnya tak nyaman. Ia butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya, segala hal yang tak berhubungan dengan masalah-masalah yang membebani pikirannya--ia butuh seseorang.

Salah satunya adalah Bintang.

Banyak hal menarik yang dimiliki Bintang hingga ikut membuatnya tertarik. Amanda juga yakin bahwa cewek lain pun akan merasakan hal yang sama. Ia suka bagaimana caranya menggoda Bintang bisa membuat cowok itu jengkel setengah mati, ia juga suka pembawaan Bintang yang kalem dan yang paling ia suka adalah seberapapun Bintang terlihat begitu kesal padanya, cowok itu tak pernah menjauhinya. Tak pernah ada kalimat untuk menyuruhnya menjauh keluar dari mulut cowok itu, namun tak ada pinta untuk mendekat ia dengar pula. Hanya saja, hal itu dirasa cukup untuknya. Setidaknya, itu juga yang membuatnya bisa tetap berada di dekat cowok itu atau menghampiri cowok itu sewaktu-waktu. Ia butuh teman, terdengar konyol memang, namun yang dikatakannya saat bertemu Bintang di pameran beberapa hari yang lalu adalah jujur apa adanya.

Dan itu lah yang menjadi alasan mengapa dirinya mengendarai mobil menuju Moccafe tiga puluh menit yang lalu setelah pulang sekolah. Sayangnya, sampai di kafe pinggir jalan tersebut ia tak menemukan cowok manis yang sama seperti yang ia temukan saat pertama kali datang ke Moccafe beberapa waktu lalu. Amanda memilih untuk menunggu di kursi yang sama saat pertama kali ia datang ke sana sambil menghabiskan secangkir kopi hangat.

Sampai ketika... bel tanda pelanggan masuk berbunyi. Seorang cowok berseragam putih abu-abu masuk. Tatapannya dengan cowok itu bertemu. Senyum lebar muncul di wajah Amanda. Dan untuk pertama kalinya, cewek itu merasa tak keberatan sama sekali untuk menunggu.

***

"Tanggal lahir?"

Pertanyaan Amanda membuat Bintang mengernyit dengan kedua alisnya yang saling menaut. "Serius, Man, gini cara lo mengenal satu sama lain? Umur lo berapa, sih, empat?" Tanyanya tak habis pikir sambil geleng kepala.

Bintang tak bohong, ia memang benar tak habis pikir atas apa yang dipikirkan cewek yang tengah duduk di hadapannya itu hingga mengajaknya bermain "get to know each other" ala Amanda yang ia pikir semacam anak TK baru kenalan, sementara dirinya sendiri tengah sibuk di tengah-tengah pekerjaan yang menumpuk, banyak pesanan yang belum ia antar karena meladeni pertanyaan-pertanyaan Amanda yang harus dijawab itu.

"17, actually," jawab Amanda dengan cengiran. "And yes, this is my way to get to know you. Meskipun gue tahu betul lo nggak tertarik kenal gue, tapi, gue bakal tetep kasih tau lo tentang diri gue. So, tanggal lahir?" lanjutnya menjawab Bintang lagi sekaligus kembali mempertanyakan pertanyaan yang sama.

Bintang menghembuskan napas. "5 mei," jawabnya pasrah. Lalu, melangkah menjauhi cewek itu sambil membawa nampan berisi pesanan dari meja yang kini dihampiri Bintang.

Illusion [Tanpa Judul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang