[Code #03] Bangkitnya Kemampuan Masa Lalu

344 9 7
                                    

Angin dingin berembus lirih menerpa tubuhku. Membuat tubuhku merasakan dingin yang tak mengenakkan. Kubuka mataku perlahan. Mataku masih samar untuk menatap. Meski begitu aku aku masih tetap membuka mataku tak berkedip untuk beberapa saat. Terlihat di pandanganku sebuah cahaya lampu tepat di atasku yang cukup menyilaukan Hal itu membuat kepalaku menjadi sakit. Aku mulai menyadari kalau aku saat ini sedang berbaring diatas ranjang. Aku memejamkan mataku seraya memegang kepalaku. Tapi tubuhku terasa sakit dan tak mampu untuk bergerak. Aku mengerang lirih berusaha untuk memaksakan tubuhku.

"Sudahlah, jangan kau paksakan!"

Terdengar suara yang tak asing bagiku. Aku melirik dan mencari sumber suara itu tapi tak menemukannya. Tapi aku mulai menyadari kalau itu adalah suara Irina.

"Apa aku di rumah sakit sekarang?" Aku bertanya menggoda.

"Heh, memangnya kau anggap ini di dunia nyata!" Seraya Irina mengatakannya dia berjalan mendekatiku sehingga perlahan aku tahu dia berada.

"Lalu kenapa ruangan rasanya seperti di rumah sakit?"

"Ini ruang perawatan, memang terkesan seperti itu."

"Aku kira disini tidak bisa sakit. Ternyata aku salah, tahu kalau jadi seperti ini aku tidak akan menabrakkan tubuhku dengan hewan peliharaanmu tadi." Ucapku mengejek.

"Huh, kau ini terlalu nekat. Memang meskipun kau diserang sefatal apapun kau tak akan mati, tubuhmu akan baik-baik saja. Tapi meskipun begitu kau akan tetap merasakan efek dari serangan-serangan itu seperti di dunia nyata. Makanya jangan terlalu gegabah. Tapi kau lumayan juga sebagai pemula."

"Memang benar. Mengingat sewaktu aku terjatuh di ketinggian yang sangat tinggi ketika aku masuk di dunia ini dan juga ketika aku bertarung dengan ular itu seharusnya aku sudah mati dari tadi."

"Yah, jika kau mati, mungkin orang yang paling sedih disini adalah orang yang disebelahmu."

Aku terdiam mendengar perkataan Irina. Setelah itu matanya seperti menunjukkan kepadaku orang yang dia maksud. Aku merasakan tanganku menyentuh sesuatu. Begitu aku melihatnya ternyata Yuna sedang tertidur dan bersandar diranjangku. Dia mendekap tangan kiriku yang terlihat goresan bekas dari lilitan tali dari tombaknya yang kugunakan tadi. Wajahnya yang polos masih dihiasi garis bekas air mata.

 Wajahnya yang polos masih dihiasi garis bekas air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tak sadarkan diri selama dua hari. Dan dia terus berada di situ."

Aku terkejut mendengar ucapan Irina. Aku langsung menoleh ke arah Yuna dan menatap wajahnya. Aku teringat disaat dia bersandar di bahuku menceritakan masa lalunya, disaat dia mengkhawatirkanku ketika aku bertarung tadi. Dia benar-benar melepaskan senyumnya dan mengeluarkan kesedihan yang sebenarnya. Aku menggerakkan tanganku, melepaskannya dari dekapan Yuna dan mebelai rambutnya.

"Kau sudah dua kali membuatnya seperti itu." Ucap Irina.

Aku masih terdiam dan tersenyum kecil mendengarkan ucapan Irina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Numeron CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang