[CODE #01] Diamond Claw

338 10 0
                                    

Mataku perlahan mulai kubuka. Tapi pandanganku masih belum jelas. Kepalaku masih sakit dan sangat pusing. Mataku tak kuat lagi untuk terbuka. Tanganku menggapai bagian kepala yang sakit itu dan mengelusnya.

Perlahan kucoba lagi membuka mataku kembali. Kali ini aku mulai bisa membukanya lebih lama lagi. Kulihat pada bagian kanan terdapat sosok yang memperhatikanku dengan dekat. Aku mulai memandanginya dan mencoba memperhatikannya karena mataku masih kabur.

Tak lama kemudian mulai jelas. Ternyata gadis yang menolongku tadi. Dia masih sedih melihatku. Mungkin dia sangat mengkhawatirkanku. Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi.

"Oh ya. Aku tadi pingsan karena ada sesuatu yang membentur kepalaku dari atas."

"Syukurlah kau sudah sadar."

Aku mencoba mengalihkan pandanganku di sekitar. Nampaknya aku berada di sebuah ruangan. Entah di mana aku tak tahu.

Rungan itu terasa seperti di dalam rumah tetapi perabotannya lebih terkesan futuristik. Rasanya semua seperti terbuat dari logam. Aku mencoba untuk bangun tapi masih sulit untukku.

"Biar aku bantu."

Dengan lembut Yuna langsung menyangga tubuhku dan mencoba membantuku untuk bangun. Aku hanya bisa bersandar setelah itu karena kepalaku masih sakit.

"Dimana aku?"

"Kau sudah bangun ternyata."

Terdengar suara gadis lain di arah belakangku. Nampak dia berjalan mendekatiku setelah aku menoleh ke arahnya.

Seorang gadis dengan gaya rambut ponytail-nya yang panjang dan lurus sedang mebawakanku secangkir teh dan menaruhnya di atas meja.

"Minumlah."

Aku hanya mengangguk dan tak berkata apa-apa. Yang aku rasakan hanya rasa sakit di kepalaku dan bingung apa yang terjadi sekarang.

"Cepatlah membaik. Kau sudah membuatnya sangat khawatir. Dia terus menunggumu berjam-jam sampai kau sadar," ucapnya.

"Heh?"

Aku langsung mengalihkan pandanganku. Melihat gadis di sebelahku yang menolongku tadi. Dari raut wajahnya nampak senyum lega terpancar di bibirnya.

"Maaf, karena aku kau jadi pingsan."

"Oh, tidak. Bukannya kau sudah menolongku sebelumnya."

"Hehem." Dia menganggukkan kepalanya.

Lagi-lagi senyum yang sama ditunjukkan kepadaku. Tapi perasaanku sudah mulai tenang. Seakan lupa akan rasa kesalku tadi karenanya.

"Oh, ya. Ngomong-ngomong kenapa aku pingsan? Apa ada yang menyerangku tadi?"

"Oh itu, tadi kau menolongku, kan? Kau menebas kepala anjing itu dengan tombakku hingga terpental di udara. Kepala anjing itu jatuh tepat di kepalamu."

"Heh?!" Aku terkejut dan merasa malu.

"Dia datang dengan sangat panik sambil membawamu tadi. Kupikir ada sesuatu yang genting. Ternyata hanya karena ada orang yang pingsan."

Gadis yang memberiku minum tadi langsung menyambung pembicaraanku. Tapi mendengar perkataannya itu aku membayangkan sesuatu.

"Dia membawaku kesini? Apa mungkin dia mengikat tubuhku seperti tadi dan menyeretku sambil dia berlari kepanikan?"

Dalam pikiranku aku menyeringai ngeri membayangkannya.

"Tunggu dulu? Membawaku?" tanyaku.

"Iya. Dengan panik dia memanggil beberapa anggota mengirimkan kendaraan untuk membopongmu."

Numeron CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang