Bagian 2

543 26 0
                                        

"Kemana kau Rain.!?" sentak Anna padaku

"Membunuhmu, benar-benar membunuhmu.!" kataku dengan kasar padanya

"Mengapa kau sangat ingin membunuhku.?" kata Anna dengan nada putus asa

"Mengapa.? Karena kau sudah menipuku. Aku pikir kau sudah benar-benar mati." kini aku semakin marah padanya.

"Lagi pula..." Anna terdiam sejenak "Tanpa dibunuh pun aku akan mati besok."

Dan aku pun ikut terdiam, aku menoleh ke arahnya
"Maksudmu.?"

"Kata dokter yang memeriksa tubuhku, Jantungku akan berhenti berdetak besok, karena luka parah yang dibuat olehmu tadi malam."

Aku sama sekali tak bisa membalas kalimat Anna barusan, aku terdiam di pinggir jalan yang sudah sepi itu. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.

"Awas Rain.! Dibelakangmu.!" Anna berteriak histeris

Tepat sepersekian detik sebelum pisau yang dibawa lelaki itu menusuk punggungku, aku sudah menghindar dan menendang muka nya. Lelaki itu terjatuh ke jalan yang basah
"Siapa kau.? Apa masalahmu.?" kataku sambil mengeluarkan pisau dari tas kecilku

Lelaki itu bangkit dan menatap marah padaku
"Siapa aku.? Apa pedulimu setan.! Kau telah membunuh kakak ku minggu lalu, sekarang aku akan membunuhmu.!" katanya sambil berlari kearahku

Aku menangkap tangannya yang mencoba menusukan pisau ke dadaku
"Hahaha, maaf sudah telalu banyak orang yang aku bunuh, jadi aku lupa siapa kakak mu. Tapi aku berjanji..." kataku sambil menempelkan pisauku ke perutnya "Aku akan mengingatmu setelah aku membunuhmu".

"Tidaakkk.! Jangaan.!" Anna berteriak saat melihatku menusukan pisau ke perut lelaki itu. Lelaki itu hanya menggerang kesakitan
"Kumohon Rain.. Jangan lakukan itu.!" kata Anna yang hanya bisa menatap ngeri melihatku merobek perut lelaki itu dan mengacak-ngacak isi perutnya dengan pisauku. Aku tertawa puas, aku meminum darah lelaki itu sebanyak mungkin, kemudian aku tertawa lagi tanpa peduli Anna berkata apapun.

Kini aku menatap sebuah mayat yang tergeletak di jalanan. Malam itu, kota ku dikepung rinai gerimis. Aku masih berdiri dipinggir jalan. Membiarkan setiap rentik hujan menyentuh tubuhku sembari membilas darah dari tanganku.
"Mengapa kau menolongku.?" kataku pada Anna

Anna terisak, aku tahu dia sedang menangis walau air matanya tidak keluar
"Aku tak ingin melihat siapapun terluka, bahkan orang yang membunuhku sekalipun."

Aku terdiam sejenak mendengar kalimatnya, kemudian aku melangkah pergi meneruskan perjalananku menuju rumah sakit. Anna menatapku dengan tatapan kosong

"Kumohon..." kata anna dengan suara serak "kumohon jadikan lah aku orang yang terakhir kali kau bunuh.!" lanjutnya pasrah sambil mengikutiku menuju rumah sakit

"Diam kau gadis sialan.!" aku mencibir.

Tepat pukul 10 malam aku sudah berada di rumah sakit, aku segera bertanya dimana tempat Anna dirawat. Kemudian menuju ke tempat itu, Anna mengikutiku pasrah. Gadis itu sama sekali tidak berkata apapun lagi padaku selama perjalanan.
Kini aku sudah memasuki ruangan dimana Anna dirawat, aku melihat tubuh Anna yang sedang sekarat dan seorang dokter yang menjaganya. Aku mengeluarkan pisau yang masih tersisa bercak darah dari tas kecilku, dan mengarahkan pisauku kearah dokter tersebut.
Dokter itu mengangkat tangannya sambil berkata "Aku mohon jangan.! Apa yang kau inginkan.?"

Anna berteriak mencoba mencegahku, tapi aku tidak peduli padanya. Dokter itu menunduk ketakutan saat pisauku sudah berada tepat beberapa senti dengan wajahnya

"Apakah kau akan melakukan perintahku.!" kataku berbisik pada dokter tersebut sambil tersenyum.

"Ya, apapun yang kau inginkan. Asalkan kau tidak membunuhku." kata dokter itu memohon.

"Baiklah..." kataku sambil memberikan pisauku pada dokter itu
"Sekarang juga, belah dadaku menggunakan pisau ini, ambil jantungku, dan berikan pada gadis bodoh yang sekarat itu."

Blood and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang