Genap 2 tahun usiaku kini. Entah mengapa gusiku selalu terasa gatal. Jemariku kadang memasuki mulut untuk ku gigit-gigit dengan gusi. Ingin ku gigit semua benda yang ada di sekelilingku ini. Tetapi tetap saja Ibu mencegah. Saat Ibu mengajakku untuk berhadapan di cermin, aku melihat ada sesuatu berwarna putih melekat pada gusiku. 'apa ini?' pikirku terbingung. Aku berusaha menjelaskan pikiran bingungku ini pada Ibu walau aku belum lancar berbicara. "Ibu jiji atyu atel" ucapku begitu.
Ibu merespon dengan senyum manisnya. "Risa, ini namanya gigi susu. Wahh anak Ibu sudah besar ya?" Jawab Ibuku. Aku termangap lebar untuk mencari dimana lagi gigi susu itu tumbuh.
Setelah ku tahu apa itu gigi susu, aku terlapar sangat. Sendangkan Ibu sedang bekerja di lahan tani. Di gubuk, hanya ada aku sendiri yang terbaring di tikar bambu yang diberi alas sarung. Tidak ada makanan yang cocok untuk batita seperti aku. Hanya ada singkong mentah di bawah meja kayu. Ku coba untuk menahan rasa lapar ini. Hingga akhirnya aku menangis dengan ronta agar ibu tahu bahwa aku lapar.
Akhirnya Ibu datang. Hatiku langsung melega. Aku menanti makanan yang akan ku santap lahap di depan mata. Perlahan Ibu menghampiriku dan berkata "Nak, untuk sore ini kita hanya makan singkong goreng. Ibu belum ada uang untuk membeli beras agar jadi bubur untukmu."
Air mata berlinang deras. Namun, aku harus tetap bersyukur bisa makan meski sangat sulit bagiku menelan singkong yang alot tanpa direbus.*****
Mulai banyak benda berwarna putih ini melekat pada gusiku. Sering ku raba-raba benda itu dengan jari-jemari ku ini. Mungkin ini akan menjadi hobi sehari-hari ku untuk mengisi waktu luang. Entah mengapa aku merasa gemas dengan benda berwarna putih ini.
"Risa, gigimu sudah mulai tumbuh merata ya, nak? Berarti kau harus minum susu setiap hari agar gigi mu kuat dan sehat."
"iiyyya, u."
"Nanti akan Ibu ajarkan cara menggosok gigi supaya gigu mu tidak rusak, ya."
"hooh."
Maklum, seorang ibu pasti ingin anaknya sehat dan lebih baik darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Pohon
Teen FictionRisa terlahir dengan tampang rupawan. Walau begitu, ia tetaplah Risa yang apa adanya meski ia harus merintih dengan air mata di setiap saat dan menanti kedatangan rumah pohon yang menjadi cita-cita sang Ayah. Bagaimanakah Risa mewujudkan impian ayah...