Karya tulisku sudah selesai. Goresan pensil ini mewarnai buku latihanku. Senang bisa mengungkapkan kata-kata hanya dengan goresan pensil tentang Ayah. Ayah, andai kau bisa melihat tulisan ini, betapa bangganya aku. Langsung saja kususun buku mata pelajaran untuk esok. Dan tidak lupa dengan selembar kertas penuh makna ini.
Pagi-pagi Ibu sudah terbiasa membangunkanku agar tidak terlambat sekolah. Entah mengapa aku sangat senang pada hari ini. Padahal, baru saja kemarin aku menangis tersedu-sedu. Dan tepat pada jam 07:00 aku tiba disekolah. Aku menyapa Ana yang sudah datang lebih awal. Tetapi Karina melirihkan muka dendamnya kepadaku. Apa karna kejadian kemarin? Biarlah.
Sudah pukul 07:30, belum ada tanda-tanda kehadiran Bu Puja. Aku dan Ana pun berpamitan kepada Didi si ketua kelas untuk ke toilet sebentar. Tak lama kami berdua pergi, muncul pikiran jahat Kirana untuk menyobek hasil karya tulisku. Dan menyembunyikan di dalam tasnya. Lalu Bu Puja pun datang walaupun terlambat. Aku dan Ana masih berada di toilet, dan kembali ke kelas 7 menit kemudian.
"Anak-anak, kumpulkan tugas yang ibu perintahkan kemarin."
"Baik bu."
Aku dengan bangga ingin menunjukkan hasil karyaku kepada Bu Puja.
"Oh tidak!!!! Mana karya tulisku??! Sudah ku letakan dengan rapih disini!"
Aku mencari-cari dengan air mata yang menetes satu demi satu. Sedangkan Kirana tertawa melirihku dengan sinis.
"Kau kan yang mengambil karya tulisku saat aku ke toilet??! Jawab! Kirana kembalikan tugasku!!"
"Emang ada bukti?! Laporkan saja pada Bu Puja, kalo berani."
"Bu, Kirana mengambil tugasku saat aku pergi ke toilet, bu! Aku benar-benar yakin, bu!"
"Kirana, kau jangan usil. Sudah Bu guru jelaskan kemarin, bukan? Jelaskan pada ibu mengapa kau usil pada Risa." Ujar Bu Puja
"Kirana kesal, Bu! Karna kemarin ibu memarahi saya hanya karna membela Risa." Jawab Kirana.
"Kamu tidak seharusnya begitu Kirana. Ibu membela Risa karena kamu tidak menghargai Risa. Ibu hanya ingin kalian menjadi pribadi yang baik dan tidak sombong kepada semua orang. Kau mengerti?" Jelas Bu Puja.
"Iya Bu, saya mengerti." Ujar Kirana
"Yasudah, sekarang minta maaflah pada Risa." Lanjut Bu Puja.
"R-r-risaa, aku minta maaf, aku janji gak ngulangin lagi." Ujar Kirana
"Iya gak apa-apa kok." Jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Pohon
Teen FictionRisa terlahir dengan tampang rupawan. Walau begitu, ia tetaplah Risa yang apa adanya meski ia harus merintih dengan air mata di setiap saat dan menanti kedatangan rumah pohon yang menjadi cita-cita sang Ayah. Bagaimanakah Risa mewujudkan impian ayah...