INDIGO
Indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak atau orang yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural - WIKIPEDIA
1 - PENDAHULUAN
Seeing is believing, begitu quote yang mungkin Aku sendiri pun tidak tahu asalnya dari mana. Apa yang dipercayai semua nya bersumber dari penglihatan. Atau bisa juga diartikan mempercayai apa yang dilihat oleh mata. Tentu saja oleh mata kepala sendiri. Namun bagaimana jika yang mampu kulihat tidak seperti yang mampu orang lain lihat. Apakah hanya Aku yang harus percaya apa yang kulihat itu?
Indigo, sebutan itu pertama kali aku dapat dari sebuah buku berbahasa inggris yang kubaca. Sebenarnya itu buku milik paman ku, tapi sepertinya bisa menjawab apa yang terjadi pada diriku. Semenjak kecil aku bisa melihat sesuatu yang tidak dilihat orang biasa. Aku bisa melihat "mereka". Sebutan mereka dalam keseharian bermacam-macam. Ada yang menyebutnya hantu, jin, setan, arwah, siluman dan lain sebagainya. Pada awalnya ini ku sadari waktu aku berumur kurang lebih lima atau enam tahun. Aku bisa mengingatnya dengan persis.
Pada waktu itu hari sudah mulai gelap dan Azan Magrib sudah setengah jam yang lalu berkumandang. Aku bersama Ibuku berjalan melewati jalanan menuju kompleks rumahku. Kami habis pulang dari tempat kerabat. Sebelum masuk ke kompleks perumahan tempat kami tinggal, kami harus melewati sebuah bangunan sekolah tua yang tidak lagi ter pakai. Di sebelah sekolah itu, di belakang taman bermain ada rumpun bambu yang sangat tinggi dan lebat. Sudah lama aku dengar di daerah situ, terutama di rumpun bambu itu banyak "penghuninya". Ibu berjalan hampir seperti menyeret ku. Langkahnya semakin cepat saat melewati sekolah itu. Namun mataku seperti diarahkan tertuju pada taman bermain yang ada di dekat rumpun bambu. Lama ku perhatikan satu persatu alat bermain di situ. Mulai dari ayunan, perosotan, palang bermain, bak pasir,dan lain-lain. Tiba-tiba aku melihat ayunan yang ada di situ bergerak sendiri. Kemudian tampak perlahan-lahan pada ayunan yang bergoyang itu terbentuk siluet yang semakin lama semakin jelas. Sosok nya seperti wanita menimang bayi dengan posisi agak membelakangi. Aku masih bisa melihat lengkungan tangannya seperti menggendong sesuatu. Lirih aku mendengar sosok itu bersenandung. Melantunkan nada lagu Nina Bobo. Sesaat aku melihat lehernya hampir menoleh ke arah ku, namun tiba-tiba lengan Ibu menyentak ku sambil menghardik
"Kamu jalan cepat sedikit". Aku pun menurut dan mencoba menyamai kecepatan langkah ibu.
Itu pengalaman pertama ku. Aku sampai sekarang tidak pernah lupa pengalaman itu. Aku mencoba menceritakan pengalaman itu pada Ibu beberapa hari kemudian. Namun Ibu hanya menjawab " itu tidak ada", "Kamu salah lihat", "Itu cuma bayangan mu" dan semacamnya. Aku berusaha menerima hal itu walaupun pikiran ku malah mengatakan sebaliknya. Penglihatan mata ku tidak salah.
Indigo interdimensional, mungkin itu sebutan bagi jenis Indigo milik ku. Aku bisa melihat mereka, merasakan kehadiran mereka. Bahkan jika aku mau, aku bisa berkomunikasi dengan mereka. Setelah pengalaman melihat sosok di bekas gedung sekolah itu, semakin sering aku melihat mereka. Aku bisa melihat di dapur rumahku ada sesosok wanita bergaun merah panjang dengan muka yang menyeramkan sering hilir mudik dari arah dapur menuju gudang belakang. Kadang sosok itu membuat suara-suara dan keributan di dapur. Sampai-sampai Ayahku sering mengira Ibu ku ada di dapur, padahal Ibu ku sedang tidak ada di situ.
Kondisi ini membuat ku frustasi. Ayah dan Ibu seperti tidak menganggap apa yang selalu kuceritakan. Mereka malah menganggap Aku bocah penakut, bahkan menduga aku punya masalah kejiwaan. Kadang aku merasa Ayah dan Ibu sebenarnya juga takut.
Hidupku sendiri mulai tidak tenang. Saat tidur aku berusaha keras memejamkan mata, walaupun sebelumnya dari jendela aku melihat sosok tinggi besar, berbulu hitam dengan mata merah menyala dan bergigi taring panjang menatap ku dari bawah pohon mangga di dekat jendela kamarku. Hampir tiap malam yang kualami adalah suasana horor. Aku tidak berani sendiri. Bahkan untuk kencing atau ke kamar kecil sekali pun aku minta ditemani. Aku tidak berani melihat ke arah-arah tertentu. Karena Aku tahu di arah itu penampakan mereka akan ku jumpai. Kadang ada yang muncul dengan kepala terjuntai dari atas lemari. Kepalanya panjang menjulur ke arah ku. Kadang ada yang menindih ku berupa sosok nenek-nenek saat aku tidur. Membuat napas ku sesak setengah mati dan badan ku kejang-kejang. Persis sakit ayan. Ayah Ibu ku membawaku ke dokter. Tentu saja dokter tidak menemukan penyakit ayan di tubuhku.
Lama-kelamaan aku tidak hanya bisa melihat mereka, tetapi juga mendengar jelas suara mereka. Suara seperti geraman, desahan berat, cekikik tawa, dengusan napas, atau benda-benda yang mereka gerakkan bisa kudengar dengan jelas. Sampai pada titik itu aku merasa hidupku adalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang panjang dan melelahkan. Aku mencoba lebih dekat dengan Tuhan. Sayangnya hal itu tidak berpengaruh banyak. Mereka memang seperti sedikit memberi batas padaku. Tetapi mata ini tetap bisa melihat mereka. Suara mereka juga masih bisa terdengar, bahkan semakin sering dan jelas. Bagi ku mimpi buruk itu tidak pernah berhenti. Sampai pada satu titik aku merasa Tuhan seperti tidak ada. Bahkan dalam tidur, saat aku bermimpi aku pun bertanya "Tuhan Engkau dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY MATA INDIGO - THE BEGINNING
رعبKetika mata ini bisa melihat yang tidak bisa dilihat orang biasa, maka yang ada hanya mimpi buruk yang berkepanjangan Pilihan itu selalu ada. Apakah ingin berusaha menghapus kemampuan itu, atau tetap mempertahankannya tanpa mengetahui apakah sem...