Two

424 19 1
                                    

Adhena POV

Hari ini tepat dimana aku melepas masa putih biru dan diganti dengan putih abu-abu. Setelah seminggu penuh mengalami MOS, sekarang aku sudah resmi menjadi siswi SMA Karisma. Jujur, saat MOS kemarin, aku belum mendapatkan satu temanpun.

"Adhena! Bangun! Katanya mau bangun pagi, tapi lihat udah jam 6:15!" Teriak Alex sambil mengedor-ngedor pintu berwarna putih itu. Aku hanya menggumam karna baru jam 1 pagi aku tidur. Biasa, marathon film.

"Heh! Lo gak bangun gue tinggal! Kebo banget sih adek gue!" Geram Alex memasuki kamar dan menyibak selimut yang aku pakai. Alex berjalan membuka gorden yang langsung menusuk mata ku karna cahaya sang surya.

"Ih, abang! Ini masih jam 5, ngapain coba bangunin gue?!" Tanya ku sambil mengucek mata.

"Jam 5 pale lo peyang?! Ini udah jam 6:15, kebo! Cepet mandi atau gue tinggal?!" Ancam Alex dan pergi meninggalkan kamarku. Secepat kilat, aku masuk dan mandi. Sekitar 15 menit, aku turun dan langsung berangkat.

"Ayo, bang! Setengah jam lagi masuk! Gue belum tau kelas apa!" Teriakku sambil berjalan ke teras dan mengikat rambut dengan model ponytail.

"Makannya jangan liat cowok-cowok cantik terus, giliran gini aja, baru panik!" Gerutu Alex dan masuk kedalam mobil yang disusul dengan aku. Dengan sedikit ngebut, kita sampai di SMA Karisma.

Aku berlari saat mengetahui namaku tercantum di X IPA 2. Karna kebiasaan ku kalo lari selalu liat bawah dan yah, aku menabrak punggung tegap seorang laki-laki. Dia mengulurkan tangan membantuku berdiri.

Jujur, pertama kali lihat, dia sangat gantengg, bisa dibilang cogan. Dua detik kemudian, aku tersadar dan meminta maaf. Dia tak merespon, yasudah aku tinggal aja, hehe. Saat memasuki kelas, aku melihat ada cowok tertidur dibangku dekat jendela.

Aku ingin duduk dekat jendela, dengan alasan, agar bisa melihat kakak-kakak cogan yang sedang bermain basket. Aku berbicara tetapi tak ada respon karna dia memakai earphone. Saat mencoba kedua kalinya, ia bangun, menatapku dengan mata elangnya.

Setengah mati, aku mencoba berbicara dengan laki-laki 'dingin' ini, hingga ia mau berpindah tempat didepanku. Aku menatap bingung, beberapa menit kemudian, ada seorang gadis cantik berdiri disebelahku dan menawarkan untuk menjadi sahabatku.

Namun, semuanya berubah saat wali kelasku meminta aku duduk bersama dengan bongkahan es dari kutub utara yang nyasar kesini. Namanya, Rio Nathaniel.

***

Teeettt... Teeettt...

Bel pulang berbunyi. Seluruh anak bergegas meninggalkan sekolahan, walaupun hari ini free tapi teteap saja melelahkan.

"Heh es! Minggir gue mau pulang!" Usir ku saat melihat Rio mengotak-atik handphonenya dan melirikku sekilas lalu berlalu meninggalkanku. Mulutku sedikit terbuka namun sedetik kemudian kukatupkan kembali.

"Udah, jangan kaget sama sifatnya dia. Emang gitu dia, cuek dengan keadaan dan perempuan." Jelas Kevin Alvaro -Kevin, teman Rio- sambil menggendong tas disatu pundaknya saja.

"Udah ah, yuk Dhen, pulang!" Seru Risya Hirata -Risya, sahabat baruku- sambil menggandeng tangan kiri dan minggalkan kelas menuju parkiran sekolah.

"Lo pulang sama siapa, Ris, Dhen?" Tanya Kevin saat berhenti disalah satu mobil yang terparkir diparkiran sekolah, berwarna hitam miliknya.

"Gatau, kayanya sama taxi." Jawab Risya lesu dan menghembuskan nafas kasar.

"Yaudah, gue anterin. Sekalian, gue laper, hehe." Ajak Kevin dan dihadiahi anggukan oleh Risya.

"Gue sama abang gue, tuh dia udah nunggu. Gue duluan ya! Bye!" Seruku sambil berlari meninggalkan mereka dan menuju mobil Alex.

"Ngaret banget dah! Gue udah laper, kebo!" Kata Alex dan masuk kedalam mobilnya, akupun menyusul.

"Iya iya maaf, tadi nyatet jadwal pelajaran sama piket makannya agak lama. Lo PMS? Marah-marah mulu dah daritadi." Tanya ku dan menoel-noel pipi Alex.

"Apasih! Udah diem, jangan bacot!" Hardik Alex sambil menepis tanganku. Aku tertegun mendengar hardikan dari Alex, karna jujur, Alex tak pernah menepis tanganku kecuali sedang ada masalah.

"Hm." Gumam ku dengan suara yang sangat pelan dan mungkin tak terdengar Alex. Alex menghembuskan nafas kasar lalu menepikan mobil dipinggi jalan. Aku ingin bertanya tapi Alex menyela.

"Huh! Gue minta maaf. Dari kemaren gue ada masalah sama Tere, dan hm, tadi dia minta putus sama gue. Jujur, gue gak bisa nerima gitu aja, tapi dia bilang, dia udah nemuin yang lebih baik daripada gue! Emang ya, cewek kalo udah nemu yang baru pasti ngelupain yang lama! Aslinya gue itu salah apa sih sama Tere, sampe-sampe dia ninggalin gue demi Leon? Dan yang lo harus tau, dek. Leon itu temen baru gue dua bulan yang lalu! Kan bajingan!" Seru Alex menggebu-gebu dan matanya mengeluarkan api-api yang siap membakar.

"Hm, iya gue maafin. Lain kali kalo ada masalah tuh bilang sama gue, cerita, share ke gue biar gak kaya gini. Menurut gue, mungkin Kak Tere mutusin lo, gara-gara udah bosen kali? Atau enggak, lo pernah buat salah ke dia, tapi malah lo ngabaiin masalah itu. Jangan nganggep Kak Tere kaya gitu, lo gak sadar adek tercantik lo ini juga cewe, hm? Dan yah, lo juga jangan teralu baik sama orang, diginiin kan jadinya. Baik itu yang sewajarnya jangan berlebihan." Kataku sambil mengelus-elus lengan kekar Alex.

"Iya, gue janji bakalan share apapun ke lo. Bosen? Gue bahkan gak pernah ngelarang dia apa-apa, dia jalan sama mantannya pun gue fine-fine aja. Ya, maksud gue gak semua cewek sih, tapi kebanyakan kan kaya gitu. Dateng tanpa salam, pergi ninggalin kenangan. Anjing emang!"

"Menurut gue, Kak Tere emang bosen sama lo. Gini deh, pikiran cewek kan beda-beda, terus bisa aja Kak Tere mikir, 'ini mungkin Alex gak sayang sama gue, gak bener-bener tulus sama gue, makannya gue jalan sama mantan gue, dia oke-oke aja'. Menurut gue sih gitu. Bukannya cowok ya yang suka kaya gitu, hm? Kaya seakan kita kaum cewek, layaknya payung, cuman dipake pas hujan, tapi ketika hujan diganti pelangi, payungnya langsung ditinggal dan gak pernah disentuh, hm?"

"Gue kan gak maksud buat itu, maksud gue itu, gue memberikan kebebasan buat dia, biar dia gak bosen, biar gak nganggep gue itu ngekang dia. Hm, kata-kata lo nujep, dek!"

"Hm, udahlah, lupain aja. Kalo lo emang jodoh sama dia, Tuhan punya 1000 cara menyatukan kalian. Jadi, tunggu aja. Kalo emang bukan jodoh, yaudah, cari aja yang lebih baik? Gue tahu, gak gampang buat pindah kelain hati, tapi kalo lo gak nyoba buat pindah, you just stay in your past. Jadi gue harap, lo bisa move on dari Kak Tere."

"Move on, hm. 6 huruf 2 kalimat tapi susah dilakuin. Move on itu gak segampang menjatuhkan hati lo selama 8 detik. Apalagi ini kondisi gue, udah 2 tahun pacaran sama Tere. Gue tahu, cepat atau lambat gue emang harus move on, tapi untuk kali ini, gue belum bisa move on. Karna gue bakalan menunggu sampe ada cewek yang bener-bener bisa bikin gue melupakan Tere." Jelas Alex sambil tersenyum. Aku mengganguk dan mencium pipinya. Alex segera menyalakan dan menjalan mobil hingga sampai kerumah.

***

Haii!!!!!! Halooooo!!!!

Itu yang di mulmed Adhena Anastasya yaaa!!!!

Kakak kandung gue itu, hehe😝

Jangan lupa vote and comment!

Namaste💞💞👋🏻

AdherioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang