Alex POV
Hari ini tepat tanggal 13 Februari, hubungan ku dengan Tere Mageta -kekasih ku- berjalan 2 tahun. Jujur, akhir-akhir ini kita banyak masalah. Dari masalah aku gak bisa jemput dia sampai masalah dia mengira aku sudah gak sayang.
Demi Tuhan, aku sangat sangat sayang sama dia. Aku gak pernah ngekang dia ini itu, gak pernah ngelarang pergi kemana dan sama siapa aja. Tujuan ku cuman satu, aku gak mau dia bosen.
Tapi, waktu jam istirahat, aku menghampirinya. Aku melihat guratan kegelisahan dimatanya.
"Hai sayang! Kenapa kok gelisah gitu? Cerita dong, aku bakalan dengerin kok, sayang." Bujuk ku sambil mengusap-usap rambut Tere dengan sayang. Mata Tere berkaca-kaca dan dengan sigap aku memeluknya sangat erat.
"Ak-ak. Maa-maa-maafin. Gu—." Ucap Tere sesenggukkan karna menangis. Aku semakin mempererat pelukan dan mencium puncak kepalanya. Sungguh, aku gak tega melihat Tere menangis.
"Udah jangan diterusin ngomongnya. Nanti kalo udah gak sesengukkan, baru ngomong." Tenang ku yang masih memeluk dan mengusap-usap punggung kekasihku ini. Setelah beberapa menit, Tere melepas pelukan dan menatapku dengan mata sembabnya.
"Mau ngomong apa, sayang? Kenapa kok pake nangis segala? Kan sayang matanya jadi sembab." Tuturku menghapus sisa air mata dan mencium pipi Tere. Tere menghembuskan nafas.
"Hm, sebelumnya aku mau minta maaf. Aku tau ini bener-bener keterlaluan. Tapi, aku ngerasa kalo kamu udah gak sayang lagi sama aku. Mana ada orang yang katanya sayang ngebiarin pacarnya jalan sama mantannya. Mana ada? Aku tau, kamu ngelakuin ini biar aku gak bosen, tapi aku ngerasa kamu emang gak sayang sama aku, Al. Maaf, bukannya aku mau ngebuat kalian ribut, tapi, hm, aku udah jadian sama Leon. Dan aku minta, kita udahan sampai sini. Makasih 2 tahun ini. Aku sayang sama kamu, Al." Jelas Tere mencium pipi dan meninggalkan ku begitu saja.
Aku mematung. Masih mencerna semua kata-kata Tere. Hingga, air itu turun dengan sendirinya. Untuk pertama kalinya aku merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya aku menangis karna perempuan.
Dan mulai saat ini, tak ada lagi pelangi yang indah melainkan awan mendung yang sangat hitam.
***
Sudah dua hari aku dan Tere resmi putus. Sesekali aku memperhatikan dia dari jauh yang sedang bermesraan dengan Leon. 'Mencintai dari jauh, dan merelakan dia untuk orang yang 'lebih baik'.' Mungkin kata-kata itu cocok untukku.
Jujur, aku gak pernah setuju dengan berakhirnya hubungan ini. Ya apa bisa terima, 2 tahun itu waktu yang sangat lama untuk orang yang baru mencintai seperti aku.
Disini aku masih terbayang kenangan-kenangan, senyum, mata, cemberut milik Tere tapi apa? dia disana sedang tertawa bahagia dengan 'sahabat' baru ku. Apakah semua cewek seperti itu? Entah lah.
***
Teeettt... Teeettt...
Bel pulang berdering membuat semua anak bersorak termasuk aku. Dengan segera aku berjalan menuju parkiran dan mengendarai mobil menuju rumah. Sudah muak dengan adegan-adegan Tere dan Leon yang memanasi hatiku.
Aku memasuki halaman rumah yang sepi. Merasa ada yang berbeda, tapi aku tak acuh. Menaiki tangga, memasuki kamar dan mendengarkan musik dibawah rintikan hujan. Sepertinya, alam juga ikut bersedih.
***
Jam besar di ruang tv menunjukkan 19:28. Aku merasa ada yang aneh dirumah ini. Seketika aku teringat sesuatu.
"Anjing! ADHENA KEMANA?!" Teriakku yang membuat Mbok Minah -pembantuku- berlari menujuku.
"Loh, bukannya Non Nana pulang sama Den Al, ya? Kan kalian satu sekolahan sekarang?" Tanya Mbok Minah yang membuatku membulatkan mata. Aku baru ingat kalau sekarang aku satu sekolah dengan Adhena.
"Goblok! Mbok, aku ke sekolah dulu. Kalo ditanya, bilang beli makan diluar." Seruku sambil mengambil kunci motor. Saat membuka pintu aku melihat mobil BMW pengeluaran terbaru terparkir dan menampilkan sosok Adhena.
"Adek! Ya Tuhan! Abang lupa kal—."
"Ri, makasih ya tumpangannya! Maaf ngerepotin gara-gara ada yang 'lupa sama gue'!" Sindir Adhena sambil melirikku sekilas. Aku menghembuskan nafas.
"Dek, sumpah, gue lupa kalo sekarang kita sat—."
"Udah sana pulang, Ri. Udah malem, bye, Ri! Makasih yaa!" Seru Adhena dan hanya dibalas anggukkan lelaki didalam mobil itu. Adhena melewati ku seolah aku adalah angin.
"Yaelah, dek! Sumpah demi Tuhan, gue lupa kalo kita sekarang satu sekolah. Tadi juga, hm, keadaan gue kalut. Seharian gue dilihatin adegan menye-menye Tere sama Leon, makannya gue lupa sama lo. Gue minta maaf yaa dek?" Pintaku menyusul Adhena yang sudah didepan pintu kamarnya.
Adhena mengedikkan bahu tak acuh dan menggebrak pintu tepat didepan ku. Hembusan nafas kasar keluar begitu saja lewat hidung ku. Seketika satu ide muncul.
"Dek! Mau sate padang, es krim, sama pizza gak?! Gue mau beli nih!" Teriakku sambil memainkan kunci motor. Dengan hitungan detik, pintu kamar terbuka dan Adhena mengangguk mantab.
"Huh! Giliran sate padang aja langsung tanggep!"
"Bacot lo! Cepetan sana beli!"
"Iye iye! Ada lagi gak? Coklat? Bubble tea?" Tawarku sambil menuruni tangga.
"Bubble tea 2 sama Mcflurry matcha 2!"
"Oke! Tunggu 20 menit!"
***
Adhena menyantap semua itu tanpa sisa. Demi Tuhan, diperut Adhena sepertinya sangat banyak cacing! Bayangkan makan sate padang, pizza, es krim, bubble tea, mcflurry, dan sekarang makan ayam panggang buatan Mbok Minah.
"Lo gak mau periksa cacing dek? Perut lo banyak cacing itu! Makan banyak tapi gak gemuk-gemuk! Pendek pula!" Ejekku yang langsung dilempar stick es krim.
"Bangke lo! Eh, mama papa mana?"
"Gak pulang, katanya lagi nemenin Tante Misya yang masuk rumah sakit."
"Loh? Emang Tante Syasya kenapa?"
"Jatuh dari anak tangga ke 4 terus pendarahan, kan dia sekarang lagi hamil."
"DEMI TUHAN?! Gue mau kesanaa! Liat Tante Syasya sama juniornyaa!"
"Enggak boleh sama mama! Besok kita juga sekolah! Udah waktu libur aja kita jenguknya yaa?"
"Hm."
"Eh, btw, tadi siapa tuh cowok yang nganter lo pulang, hm?" Goda ku menaik turunkan alis. Ada semburat merah dipipi Adhena saat aku menggodanya.
"Bukan siapa-siapa. Temen sebangku itu. Sumpah baru pertama kali gue kenal sama cowok dingin kaya dia!"
"Emang dia dingin? Dinginan mana sama kulkas kita?"
"Goblok! Pea sih lo! Yakali orang disamain sama kulkas! Hooh, dia itu dingin, irit ngomong, paling nih ya ngomong itu cuman, 'oh' 'hm' 'ya' 'gak'. Kan eek?"
"Kotor ya ngomongnya sekarang hm?"
"Eh, hehe. Eh, lo beneran nih mau nyari penggantinya Kak Tere?"
"Yah, sebenernya mau gue bukan nyari. Gue mau, ada cewek yang bener-bener dateng, bantu gue ngelupain Tere dan menghapus semua, all things about Tere."
"Hm, okay. I hope you find the girl, bro! Don't just stay in your past, Bang! Karna menunggu orang yang udah menggores hati kita, sama aja kaya nunggu piring pecah bakalan berbuah jadi piring utuh. Gue sayang lo, Bang!" Seru Adhena dan mencium pipiku.
——————————
Hallo everi badi!!!!!!
Di mulmed itu Alex Edensor as Alex Lange, yaa!!
Pacar gue jangan direbut😝
Gue harap kalian suka sama part ini, walau rada gaje sih.
Oke, jangan lupa vote and comment gaez!
Namaste👋🏻💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Adherio
Teen FictionRio Nathaniel, yang kerap dipanggil Rio. Manusia dingin, cuek dengan sekitar, tak percaya dengan adanya cinta karna 'seseorang' dimasa lalu, dan tak tersentuh. Memiliki karismatik yang membuat semua kaum Hawa bertekuk lutut. Adhena Anastasya, yang k...