Robert tidak tau harus bagaimana. Saat Steve meninggalkannya. Hatinya sangat sakit. Dia berpikir kalau Steve hanya bercanda. Tapi saat dia menunggu Steve sampai malam, tidak ada tanda-tanda kemunculan Steve. Sudah beberapa kali dia menelepon Steve tapi tidak diangkatnya. Dia takut kalau terjadi apa-apa dengan Steve dan anaknya.Robert langsung berdiri dari posisi duduknya. Dia memanggil Clarissa untuk ikut dengannya. Setelah Clarissa ada digendonngannya, Robert mengambil kunci mobilnya dan mencari keberadaan Steve.
Robert bingung. Dia sudah mencari kesegala sudut. Dari taman kota sampai tempat dimana mereka sering bersantai. Mereka berdua sudah berkeliling tapi sama sekali tidak menemukan Steve. Clarissa mengantuk jadi dia tertidur dikursi samping kemudi. Sedangkan Robert walaupun lelah tapi dia tidak akan menyerah untuk menemukan Steve.
Saat Robert berada didekat sebuah halte, dia baru menyadari sosok yang sedang duduk disana. Matanya tidak salah. Sangat jelas kalau dia melihat Steve disana. Robert tak mau menunggu lama. Dia langsung bergegas keluar mobil dan berlari menuju Steve.
Tapi saat Robert sudah didekat halte tersebut, dia melihat sebuah taksi berhenti didepan halte tersebut dan ada seorang laki-laki yang turun dari taksi itu.
Robert menduga-duga siapa pria itu. Awalnya dia berpikir kalau pria itu hanya orang asing. Tapi beberapa saat kemudia mata Robert melebar. Dia kaget dengan pemandangan didepannya. Saat ini Robert melihat Steve sedang berpelukan dengan pria yang turun dari taksi itu. Mereka tampak sangat dekat bahkan berpelukan dengan rapatnya.
Robert panas. Jelas dia cemburu melihat pemandangan yang berhasil mengiris hatinya. Dia tidak mau melihal hal tersebut karena semakin lama dia melihat, maka semakin sakit hatinya.
Dia berpikir apa yang kurang darinya. Apa ini alasan Steve untuk meninggalkannya karena ada seseorang yang lebih dicintai Steve dibandingkan dengannya. Selama ini dia selalu berusaha untuk menomor satukan Steve.
Tapi, Robert tidak mau kehilangan apa yang sudah menjadi miliknya. Walaupun hatinya sakit, tapi otaknya masih berjalan. Dia akan membuat Steve kembali kepadanya. Apapun itu caranya karena dia sudah mengklaim Steve hanya untuk miliknya. Kalau perlu pun dia bisa menyingkirkan sampah-sampah kecil yang menghalanginya.
Robert mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya. Dia memencet nomor yang terhubung kepada asisten pribadinya. Matanya menyalang dingin. Dia sangat emosi dengan pemandangan didepannya.
"Cepat cari tau kemana taksi bernomor 4092 yang sedang berada dihalte. Aku tidak mau tau. Kau harus menemukannya nanti sebelum tengah melam. Mengerti ?!" Ucap Robert langsung saat sang asistes baru saja mengangkat panggilannya.
'Siap bos' Jawab sang asisten.
Robert mematikan panggilannya dan berjalan menuju mobilnya.
Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Rasanya dia ingin mengemudikan mobilnya dengan cepat. Tapi dia masih memikirkan anaknya yang tidur disampingnya.
Sampai diapartment, dia menggendong anaknya dan membawanya kekamar. Dia menidurkan Clarissa di atas kasur dan selanjutnya menyelimutinya. Robert mencium kening Clarissa. dia mematikan lampu dan menutup pintu kamar anaknya.
Dia menuju ruang kerjanya. Robert duduk dikursi dan membuka laptopnya. Dia mengecek apakah asistennya sudah mendapatkan data-data yang ia butuhkan.
Dia mencari-cari. Tiba-tiba dia terhenti saat melihat sebuah email yang masuk. Ini adalah informasi yang sangat penting. Bahkan gara-gara hal ini dia mendapat masalah seperti ini.
Orang yang dipercayainya untuk mencaritahu tentang siapa yang menyebarkan berita tersebut, akhirnya orang kepercayaannya itu menemukannya. Lantas dia membuka file tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being a mother ( mpreg )
RomanceKisah cerita kehidupan steve bernard. Seorang pegawai restoran 19 tahun yang hanya tamatan SMA. Pria yang menjadi seorang ibu untuk satu anak. Pria dengan permasalahan percintaan. Warning ! Homo konten. Bagi homophobic atau sejenisnya diharap tid...