Chapter 17

37.6K 3K 83
                                    


Lima hari sudah terlewati. Rasa kesepian memenuhi rongga hatinya. Dia sangat merasakan hal yang berbeda daripada sebelumnya. Tetapi, untungnya selalu ada putri kecilnya yang selalu menemaninya. Membuatnya selalu tertawa.

Setiap hari, Robert selalu memikirkan Steve. Ia selalu tidak fokus dengan apa yang dikerjakan dan yang dilakukannya.

Walaupun Robert tidak bisa menemui Steve secara langsung. Dia paham kalau Steve butuh waktu untuk mendinginkan kepalanya. Maka dari itu dia lebih memilih untuk menjauh sementara waktu.

Walaupun Robert tidak bisa menemui Steve langsung, tetapi dia selalu bisa menanyakan apa kabar Steve dan apa yang dilakukan lewat Jordan. Dia tak pernah berhenti untuk menanyakan Steve yang mungkin bisa membuat Jordan stress sendiri.

Robert selalu tersenyum saat melihat foto yang dikirimkan Jordan. seperti saat ini, dia melihat foto di ponselnya. Disana, terlihat Steve yang sedang duduk tertawa bersama teman-temannya. Dia senang karena akhirnya Steve bisa tersenyum dan juga dia bisa melihat senyuman manis itu kembali. Robert jadi tidak sabar untuk segera bersama Steve lagi.

Tok...tok...tok...

Robert menoleh kearah Pintunya yang diketuk oleh seseorang. Tak lama kemudian, pintu tersebut terbuka. Nampak asistennya yang sedang membawa sebuah berkas kepadanya. Saat sampai di hadapannya, sang asisten menyerahkan map berwarna merah muda tersebut kepadanya. Robert menerimanya. Ternyata hanya beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangannya.

"Mr.Robert, hari ini anda ada pers conference untuk memberikan tanggapan dan menghilangkan berita yang memanas belakangan ini." Ucap asistennya.

Robert mengangguk mengerti.

"Jam berapa ?" Tanya Robert.

"Satu jam lagi kita akan berangkat ke ruang pertemuan. Beberapa wartawan dari media tv juga sudah sampai dan menunggu kedatangan anda." Jelas asisten didepannya. Sekali lagi Robert mengangguk.

Ya acara untuk mengklarifikasi pemberitaan tersebut sudah matang dia rencanakan. Mungkin awalnya memang dia akan menyelesaikan masalahnya dengan Steve terlebih dahulu.

"Orang tua anda juga akan datang setengah jam lagi." Lanjut asistennya yang membuat Robert otomatis mendongakkan kepalanya.

"Buat apa mereka datang ?" Tanya Robert.

"Saya tidak tau. Mr.Anderson kemarin menelepon saya setelah mengetahui kalau anda akan mengadakan pertemuan dengan wartawan untuk mengklarifikasi berita tersebut." Jawabnya.

Jelas pikiran negatif muncul dikepalanya. Dia berpikir kalau orangtuanya akan semakin menolak kedatangan Steve.

Robert bertujuan untuk membenarkan berita tersebut dan menjelaskan apa yang terjadi kepadanya. Dia juga akan memberitahukan siapa yang sebenarnya menjadi dalang dalam berita tersebut.

Tapi sepertinya rencana dia akan gagal karena orangtuannya datang kedalam pertemuan tersebut. Ia menebak apa yang akan kemungkinan terjadi. Sepertinya Robert harus sangat tegas kali ini. Walaupun ia tau kalau ayahnya tidak bisa dilawan apalagi dihadapan media.

Tak beberapa lama, ia langsung menandatangi berkas-berkas. Setelahnya menutup map tersebut dan menyerahkan balik pada asistennya. Pria dihadapannya tersenyun dan mengambil map yang diserahkan Robert. Setelahnya pria tersebut keluar dari ruangan Robert.

Robert menghela napasnya dan menyadarkan badannya sandaran kursi yang sedikit tinggi.

Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Setelahnya dia mengirim sebuah pesan kepada seseorang untuk menanyakan keadaan orang yang disayanginya. Ya, dia sedang mengirim pesan kepada Jordan untuk menanyakan Steve.

Being a mother  ( mpreg )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang