Comfortable

69 2 3
                                    

"emang lo siapa gue? "

"Calon pacar lo."

Calon pacar? Jawaban apa itu. Ian benar-benar menyebalkan. Kusentuh pipiku yang panas. Aku yakin pipiku sudah merah sekarang.

"Gue bercanda kok... Jangan baper," lanjut Ian.

Ya tuhan.. ceburin aja aku ke got. Aku benar-benar kesal dengan Ian. Aku menatap dia dengan
sedatar mungkin. Untuk menyembunyikan perasaanku.

Ian menatapku sebentar lalu tertawa kecil. Aku bingung apakah wajahku selucu itu untuk ditertawakan.

"lo itu ansos? " Ucap Ian mulai berjalan.

" gak" jawabku singkat. Aku mengikuti Ian dari belakang. Sebenarnya aku sedang menyesuaikan langkahku dengan Ian.
"kenapa gak punya temen," ujar ian

Akhirnya aku bisa berjalan di sampingnya.

"punya kok," Jawabku mantap. Sebenarnya aku tak yakin akan hal itu.

"siapa coba?"

Skak mat! Aku mendapatkan karma karena berbohong mungkin.Aku tak yakin aku berbohong. Soalnya aku menganggap Ian sebagai teman. Tetapi bisa saja Ian hanya menganggap aku seorang yang patut dikasihani karena selalu sendiri.

"Ayo naik, " ujar ian menyadarkan lamunanku.

Aku menatap Ian. Lalu mataku menyapu pada sekelilingku. Ternyata aku berada di parkiran.

"gue gak bawa helm," kataku tenang

"gak papa, pake jalan tembus aja."

Ian menaiki Vespanya. Vespa Ian cukup unik dan mengingatkan ku pada kisah nenekku saat sma.

"Ayo naik kalo gak gue tinggal."

Aku menaiki vespanya. Aku bingung ingin berpegangan dimana. Karena terlalu canggung apabila aku berpegangan di baju Ian.

"Gak papa kok pegang aja baju gue kalo lo takut peluk gue juga gak papa kok," Canda Ian.

Lagi-lagi dia membaca pikiranku.

Aku memegang bajunya. Entah mengapa aku menjadi sangat gugup.

"Jangan sampai jatuh ya."

Ian melajukan Vespanya dengan kecepatan standar. Kami melesat keluar sekolah dan menuju gang-gang kecil antah berantah.

Namun dia belum bertanya dimana arah rumahku. setelah beberapa lama dia menyuruhku untuk turun dari motor yang pertama kali kulihat adalah sebuah Caffe.

" ngapain ke sini?"tanya ku

"mau nongkrong dulu," jawab ian

"Emang lo ada duit?"

"Gak ada, lo yang traktir dong kan gue udah nganterin lo ke rumah "

Aku heran. Dia menawarkan diri untuk mengantarku tetapi dia juga yang minta traktir denganku.

"ikhlas nggak sih?" ujar aku dengan nada yang meninggi.

"Ikhlas gua Ikhlas banget tuan putri, " jawabnya.

Aku menghela nafas. Aku tidak mau beradu mulut dengan Ian .

"oke, gue traktir."

Dia pun tersenyum dengan Khasnya. Dia mendorong pintu sehingga bel caffe itu berbunyi. Aku hanya mengikuti  Ian dari belakang.

"Selamat datang anda ingin memesan apa? " kata mbak pelayan dengan sopan.

"yang manis aja deh kaya mbak. " gombal Ian.

Aku menyenggol bahu Ian.Ini benar-benar memalukan.

" Haha.. mas pacarnya marah tuh mas!" celetuk si mbak.

"yaudah deh... Sayang kamu mau minum apa? " kata Ian sambil menatapku.

Aku menginjak kakinya dengan keras. Terlihat reaksi berlebihan Ian terhadap kakinya yang sakit.

"Saya olong tea aja deh kalau di sebelah saya ini air putih juga gak papa mbak. " ujar ku

"Gak mbak saya mau caramel machiato. " sambung Ian.

"Satu olong tea satu caramel machiato totalnya tiga puluh enam ribu. "

Aku mengeluarkan uang lima puluh ribuan dan mengambil kembaliannya

Kami menghabiskan waktu dengan Ian di pojokan Caffe. Dengan candaan recehnya aku mulai nyaman dengan Ian. Tentu saja sebagai seorang teman.

***

"tadi itu siapa? Pacar kamu ya, " goda ibuku

Baru saja Ian pergi. Ibu menggodaku. Ini benar-benar memalukan.

"Bukan," jawabku pelan.

"ingat lho masa sma adalah masa yang paling indah,ibu aja punya 10 mantan di SMA termasuk bapakmu. "

Ibuku mulai mendongeng tentang kisah SMAnya. Aku mendengarnya sesekali. Entah apakah itu benar-benar terjadi. Tetapi kisah SMA ibu sangat terdengar menyenangkan sekali.

"Kamu mungkin mirip bapakmu ra,dia tidak pernah punya mantan semoga kamu kaya bapak yah sekali pacaran langsung langgeng sampai kawin. "

Aku tersenyum, " Iya bu... Tenang jodoh ada aja yang ngatur aku yakin kok Tuhan menuliskan naskah terbaik untukku. "

Ibuku tersenyum lalu memeluku, "sana gih mandi... Kamu bau."

***
Hari ini aku berangkat ke sekolah dengan semangat 45  karena aku menggunakan sepeda baru yang di belikan ibuku . aku baru bisa menaiki sepeda itu kemarin sore. Aku memasuki pintu gerbang itu secara perlahan.

Bukk!

Aku merasakan sakit dan malu. Malu karena kudengar suara gemuruh tawa dari sekitarku. Jelas orang tertawa karena aku jatug dengan posisi tengkurap.

"eh, lo gak papa? " ujar seseorang yang kuyakini laki-laki.

Aku bangun dari posisi memalukan itu. Lalu memegangi dahiku. Kulihat di ujung jariku terdapat darah.

"Aw, " ringisku.

"astaga, lo luka."

"em.. Gue gak papa," jawabku sambil berdiri dan membetulkan sepeda ku

"gak papa apanya? Dahi lo aja berdarah, " ujarnya lagi

"Aku benar benar tidak apa apa tolong jangan berlebihan, " Ucapku sambil menatap matanya.

Astaga!

Ganteng banget mahluk ini!

Aku terpana dengan ketampanan mahluk ini seakan dunia berhenti berputar untukku.

"eh..kok lo bengong? Lo beneran gak papa, " ujarnya dengan cemas

"Gak papa kok paling diplester dikit sembuh "jawabku tak nyaman sambil tersenyum menahan sakit.

Aku berdiri kembali, dia juga berdiri.Sekarang kami sedang berhadapan. Jujur aku sangat gugup berhadapan

"kalau lo butuh bantuan gue ,gue Farhan gue anak kelas  11 IPA 1.  Sorry, Gue duluan ya " ujarnya sambil tersenyum dengan lengsung pipitnya manisnya.

Dia beranjak dari tempatnya, lalu melajukan motornya. Sedangkan aku disini mematung seperti orang gila.

Mimpi apa aku semalam ketemu cogan dari ipa 1.

TBC

***
Author's Note

Semoga kalian suka!  Maaf si thor lambat publish.jangan lupa vote sama coment yah!😊

08.04.17

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For My First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang