Satu~ (3)

1K 62 0
                                    


AZKA

"Mam, aku berangkat ya!" aku berlari dari kamarku menuju ke garasi. Sayup-sayup, kudengar Mama sedang bernyanyi mengikuti alunan lagu You Can milik David Archuleta yang dia putar di VCD Player-nya di dekat meja makan.

Cause everything that brought me here

Well, not it all seems so clear

Baby, you're the one that I've been dreaming of

If anyone can make me fall in love, you can

"Hey, hey, kenapa buru-buru banget begitu? Udah Mama bikinin susu sama roti lapis keju ini lho," Mama meneriakiku lalu membawakan segelas susu coklat dan mengambil kotak Tupperware untuk wadah roti buatannya yang tidak akan langsung kumakan sekarang, karena Mama tahu aku kalau sudah terburu-buru tidak akan berhenti barang sejenak.

Aku baru selesai mengenakan Converse biruku saat Mama menyodorkan segelas susu itu padaku. Aku menerimanya dan meminumnya sampai habis.

"Makasih Mam. I love you," Aku menerima kotak rotiku, dan mencium pipi Mama kilat.

"Love you too sayang, hati-hati ya!"

Aku menaiki motor matic-ku menuju ke sekolah. Aku tidak sabar untuk menantikan bertemu dengan gadis yang sudah membuat jantungku berdegup lebih kencang, dan aku tidak bisa berhenti memikirkannya setahun terakhir ini. Dia cinta pertamaku, pujaan hatiku, pemilik segala hal yang membuat hatiku bergejolak. Dia sangat-sangat-sangat luar biasa cantik sekali menurutku. My style banget lah. Kulitnya putih langsat, wajah mungil, hidung mancung, dengan rambut ikal sebahu dan tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sedaguku tingginya. Dan aku selalu membayangkan bagaimana romantisnya kalau aku mendekapnya ke dalam pelukanku, sambil berbisik padanya bahwa aku mencintainya.

Ah, tidak pernah aku merasakan perasaan suka yang meluap-luap seperti ini. Benar-benar pas dengan lagu yang diputar Mama pagi ini, yang kemudian kudendangkan sepanjang jalan menuju sekolah.

Baby, you're the one that I've been dreaming of

If anyone can make me fall in love, you can

Yang aku tunggu-tunggu adalah senyumnya yang bahagia karena lolos di arsitektur, jurusan yang dia idam-idamkan. Aku tahu dia pasti lolos, sama seperti keyakinanku bahwa bumi itu bulat. Karenanya, aku sudah mencari-cari setengah mati sebuah lomba yang aku ingin mengajaknya untuk mengisi waktu sambil menunggu masuk kuliah. Sangat susah mencari lomba yang ada membuat maketnya dan kira-kira bisa menyambungkan antara apa yang kusuka dengan apa yang dia suka. Lomba ini di Jepang, jadi lumayan kalau lolos final bisa sambil jalan-jalan bareng. Dan aku akan menyatakan cintaku padanya disana.

Oh my god, aku tidak bisa tidak senyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Mungkin memang benar, bahwa mabuk asmara adalah perubahan kimia yang mengubah akal sehat menjadi ketololan. Dan itulah misteri, ketidakpastian yang mempertahankan nyala mabuk asmara itu.

Sama seperti yang biasa terjadi pada remaja seumuranku, aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Sekitar satu tahun yang lalu, saat Dani, temanku yang selalu bersama denganku, mengajakku nonton pertandingan renang antar sekolah se-Surabaya. Disanalah pertama kali aku melihatnya, berenang dengan cepat, walau dia tidak terlalu tinggi, tapi gerakannya sangat lincah, mungil, dan lucu. Bahkan semua orang mungkin sama tidak percayanya seperti aku saat dia mendapatkan medali emas kategori gaya bebas putri.

Senyum bahagianya hari itu, membuat aku nekat masuk klub renang sekolah. Padahal semut pun tahu aku tidak bisa berenang. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, kurasa aku sudah menjadi bodoh.

Beberapa kali aku mencoba berenang, dan menenggelamkan diriku sendiri saat aku melihatnya ada di sekitar kolam renang. Tapi selalu saja ada senior lain yang menyelamatkanku. Pada dasarnya dia justru membuatku tenggelam lagi, karena aku akan menenggelamkan lagi tubuhku sebelum yang menyelamatkanku adalah gadis itu.

"Aku nggak habis pikir. Orang sejenius kamu bisa bertindak sebodoh ini, dan merasa bahagia karena kebodohan itu," Dani terus menerus mengatakan premis tentang kebodohan itu, dan mengomeliku karena akhirnya aku demam akibat terlalu banyak tenggelam di air.

Hanya Mama yang mendukungku melakukan tindakan bodoh itu, menyemangatiku untuk tidak menyerah. Karena laki-laki harus tahu apa yang dia inginkan, dan harus berjuang keras untuk mencapainya. Man gotta do what man gotta do.

Yeah, Mama memang selalu mendukungku dalam setiap hal yang aku inginkan, yang bertepuk tangan paling keras dalam pertunjukan sekolahku, menghiburku ketika ayahku meninggal, memberikan dorongan selama aku sekolah, dan mendoakanku di sepanjang kehidupanku. Aku juga yakin Mama akan menjadi yang memegang kotak tisu saat mendengarkan ceritaku jika aku patah hati untuk pertama kalinya. Dan dengan hebatnya, Mamaku tidak pernah memarahiku sampai marah besar karena beliau tahu bahwa aku masih belajar, dan wajar kalau berbuat salah.

Mama dengan sabar merawatku saat aku demam, tapi tidak marah saat kukatakan aku akan tetap tenggelam lagi esok lusa. Laki-laki sejati, Mama bilang, memang harus berkorban untuk orang yang dia sayangi.

- - - 

Escape PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang