Part 19

36K 1.7K 51
                                    

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa dan siswi kelas berdesakkan keluar dari kelasnya. Tapi, tidak berlaku untuk alika dan lia. Mereka lebih memilih menunggu keadaan tidak terlalu ramai. Karena mereka tidak terlalu suka berdesak - desakan seperti itu.

Lia mengusap perut ratanya dengan lembut. Mendadak ia rindu dengan sosok suaminya. Lalu, ia beranjak dari duduknya dan menarik lengan lika.

"Mau kemana ul ?" Tanya lika dengan heran.

Aulia menengok dan memasang cengiran polos di wajahnya. "Gua mau ke kelas raka. Anterin ya".

"Ngapain ?!".

"Anaknya kangen lika sama bapaknya. Lo mah nggak ngertiin gua banget sih !!". Sungut lia dengan kesal dan meninggalkan lika begitu saja.

"Loh ko gua di tinggal ?!" Gumam lika dengan wajah bingungnya. Sesaat kemudian ia tesadar dan menepuk keningnya dengan keras.

"Gua baru inget cerita daven semalem. Dia kan lagi hamil muda" Gumamnya dengan pelan. Lalu, ia berlari keluar kelas menyusul aulia.

Tepat di depan pintu kelas raka, ia melihat sahabatnya sedang berdiri mematung dengan air mata yang mengalir membasahi kedua pipi putihnya.
----

Aulia pov
Aku menggerutu di sepanjang koridor menuju kelas raka. Aku kesal dengan alika. Aku hanya minta di temani ke kelas raka tapi dia tidak mau. Sekarang saja ia tidak menyusulku sama sekali. Sahabat macam apa dia !!. Huh ... Meyebalkan.

Kini, aku sudah berdiri di depan pintu kelasnya raka. Keadaan sudah sangat sepi dan pintunya pun tertutup. Tapi, aku masih berpikir raka pasti masih berada di dalam. Padahal aku tau, di dalam pasti sudah tidak ada mahluk sama sekali di dalam sana. Terlihat dari luar tampak sunyi dan sepi.

Entah mendapat keberanian dari mana, aku membuka pintu tersebut dengan perlahan. Membuka dengan lebar dan melangkah masuk ke dalam. Baru satu langkah kakiku melangkah. Aku melihat pemandangan yang tak pernah terlintas di benakku.

Aku hanya bisa diam mematung melihat semuanya. Melihat si pemilik punggung itu yang sedang menikmati ciuman panasnya bersama dengan seseorang yang belum aku kenal. Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh membasahi pipiku.

Aku sebenarnya ingin pergi, tapi kaki ini tidak bisa untuk melangkah. Kaki ini hanya bisa diam di tempat dan tak bisa untuk di gerakkan. Sesaat kemudian, aku merasakan seseorang menepuk bahuku pelan. Aku menoleh dengan wajahku yang sudah sembab.

"Kita pergi dari sini yah" ucap alika dan memapahku untuk pergi dari tempat itu.

Hatiku sakit. Aku tau ia menikahiku dan menerimaku hanya karena sebuah ke salahanan. Aku tau, aku tidak sempurna seperti mantan - mantannya yang lain.

Aku masih terus menangis dalam diam. Lika membawaku pergi ke taman belakang sekolah. Ia masih tetap setia menemaniku di sini. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak tadi.

Hingga ponselku berdering dengan kencang yang membuatku menghentikan tangisku. Aku menggeser tombol hijau di ponsel pintarku.

"Halo" sapaku dengan suara serakku sehabis nangis.

"Kamu kenapa dek ?. Ko kaya habis nangis gitu ?" Tanya suara berat di sebrang sana.

"Nggak apa - apa. Kamu udah sampe bandara ?".

"Udah. Kenapa sayang ?".

"Kamu jemput aku di sekolah sekarang ya. Lia mau pulang".

"Kamu kenapa nggak minta anterin daven atau devan aja ?!".

Young PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang