Part 5

16.4K 915 8
                                    

Happy reading😃😃
=======================

Rian kini sedang berdiri seraya memandangi jalan yang ada di lantai bawah gedung hotel, lewat jendela ruangan kerjanya.

Ruangan  kerja Rian sendiri tidak terlalu besar, dengan cat dinding berwarna crem dimana didalamnya terdapat sepasang kursi dan meja tempatnya duduk dimana ada beberapa buku diatas meja tersebut.

Lalu ada satu set sofa berwarna hitam dengan meja ukuran persegi panjang, kulkas berukuran sedang, kamar mandi, serta kamar tidur kecil tempat ia istirahat yang ada di sudut ruangan.

Otak Rian saat ini memang sedang tidak fokus. Pikirannya melalang buana pada kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana karena candaan asalnya, Wita calon istrinya menjadi marah-marah tidak jelas. Aneh pikirnya, apa semua wanita seperti itu?

Sungguh Rian masih tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi dengan calon istrinya itu. Masa hanya karena candaan beegitu saja, ia sampai segitunya. Dan tentu saja membuat Rian jadi kesal sendiri.

Bagaimana tidak kesal, sudah beberapa hari ini Rian sulit menghubungi Wita. Dasar perempuan labil, membuatnya tidak fokus kerja saja. Mana lagi sibuk-sibuknya pula.

Rian yang masih sibuk dengan pekerjaannya , tentu saja belum sempat untuk menemuinya. Di hubungi lewat telpon pun sudah, namun tidak pernah di respon. Di sms pun tidak ada balasan, padahal nomornya masih aktif tapi susah sekali di hubungi. Semarah itu kah dia? Karena malas Rian pun ikut mendiamkannya. Memang benar ya, kalau orang mau menikah mah ada saja ujiannya.

Bukan karena Rian sudah
cinta pada perempuan itu tapi lebih kepada Rian khawatir tentang rencana pernikahan mereka yang sudah direncanakan mamanya itu batal. Rian tidak mau kalau pernikahannya sampai batal, bisa-bisa ia di bunuh oleh mamah tersayangnya. Karena sudah mengagalkan rencananya memiliki cucu.

Belum lagi keluarga besarnya akan menjadikannya olok-olok kalau sampai, ia batal menikah. Rian merinding disco membayangkanya. Jika sampai itu semua terjadi, akan ia taruh dimana wajah tampannya itu.

Sekarang yang harus Rian pikirkan bagaimana caranya agar Wita tidak membatalkan pernikahan mereka. Eh tapi kalau misalnya pernikahan mereka batal bagus dong pikir Rian di iringi senyum bahagianya. Secara mereka menikah di jodohkan, tentu saja itu akan menjadi keuntungan besar untuknya jikalau gagal menikah.
Namun beberapa detik kemudian senyumnya itu langsung hilang.

"Huh kenapa aku jadi ikut labil begini?? Baru juga beberapa hari gaul sama Wita, bagaimana kalau selamanya??" Keluh Rian membuang napas kasar.

''Elah, si bos kebiasaan pagi-pagi udah ngelamun aja, mana sebentar senyum sebentar manyun," tiba-tiba Suara sahabat tengik sekaligus bawahannya -Aldo- sudah ada di sebelah kirinya dengan membawa beberapa map di kedua tangannya yang lalu di letakannya di atas meja kerja Rian.

Rian pun melotot kesal pada bawahan sekaligus sahabatnya itu. "Kamu bisa tidak sih kalau masuk ke ruangan ketuk pintu dulu? Jangan maen nyelonong aja, bikin orang kaget saja!" sungut Rian kesal seraya berjalan ke arah meja kerjanya untuk mengambil map yang dibawa Aldo tadi. Lalu, duduk di kursi kebesaran miliknya tersebut dan mulai membaca beberapa berkas yang ada dalam map tadi.

"Aku tadi sudah mengetuk pintu dengan sangat keras malah, salah kamu sendiri yang melamun makanya tidak mendengar," kata Aldo nyengir mengelak dari tuduhan sahabatnya sekaligus bosnya itu.

"Siapa juga yang melamun orang aku sedang lihat-lihat pemandangan yang ada di bawah," sangkal Rian seraya memutar kedua bola matanya. Dasar Aldo kutu kupret! Tahu saja dia kalau tadi aku sedang melamun gerutunya dalam hati. Super sial!!

Married In 30 (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang