ML - Sepuluh

5.5K 494 22
                                    

Author Pov

"Sera belum pulang juga?"

Rafa saat itu memang sedang duduk di sofa, hanya mengangkat alisnya saja.  Rafa malas menanggapi sepupu dari istrinya. Dia melirik sekilas dan kembali memijat keningnya. ini.

Apalagi lelaki bernama Arka itu seolah menganggap dirinya tidak peduli pada Shieera. Demi Tuhan, walau tidak ada rasa cinta, namun Rafa tetap peduli pada Shieera. Shieera itu istrinya.

"Gue tanya, Sera belum pulang?" Arka geram sendiri karena diabaikan.

"Yang lo liat gimana? Ada Sera di sini?"

Arka duduk di tepi sofa itu, menjaga jarak dengan Rafa. Rafa sendiri kesal karena itu. Dia juga tidak mau dekat-dekat dengan Arka.

"Lo nggak khawatir ya? Sera itu istri lo loh."

"Nggak ada yang bilang Shieera istri lo juga, kan?" Rafa rasanya ingin memelintir bibir Arka. Tanpa diingatkan pun Rafa sangat sadar kalau Shieera istirnya. "Lo tanya gue khawatir atau enggak, menurut lo kenapa gue sampe tengah malam gini duduk di sini??"

"Ya kali aja lo belum ngantuk." Arka tidak mau kalah juga. Dia ikut mendatarkan suaranya.

Siapa yang nggak ngatuk jam satu gini???? Rafa ingin berteriak di dekat wajah Arka.

"Kalau khawatir dicari, bukan di tunggu. Gimana sih lo jadi suami."

"Mau cari ke mana?" tanya Rafa sewot. "Rumah keluarga Shieera yang gue tahu cuma rumah Papa dan Eyang. Dan sudah jelas kan dia nggak ada di sana."

"Lantas bagaimana lo jadi suami? Ninggalin istirnya sendirian karena khawatir sama istri orang?"

Tapat sasaran. Saat itu juga Arka langsung mangambil ponselnya dari saku celana, dan seketika itu juga ia menelan ludahnya.

7 panggilan tidak terjawab.

Dan itu dari istrinya semua. Belum lagi ada bejibun pesan, dan dari orang yang sama juga. Aura-aura kemarahan dari istirnya itu sudah tercium. Bahkan Arka tidak berani membukanya.

Bodoh! Kenapa sampai lupa.

Raffa tersenyum miring. "Nah jadi bisa dong omongannya ditarik."

"Sialan lo!" balas Arka tanpa menoleh. Dia asik memikirkan alasan apa yang tepat untuk menjelaskan pada istrinya. Tentu bukan karena dia khawatir pada Shieera, bisa mengamuk istirnya itu. Walaupun tidak mengenal Shieera secara langsung, dan mungkin berbicara saja mereka tidak  pernah. Namun istrinya itu sering kali cemburu pada Shieera. Entah kenapa, mungkin karena bumbu-bumbu orang sekitar. Mama Arka, misalnya.

"Dara,"

"Iya, Mas?" tanya Dara. Cewek itu baru saja kembali dari dapur. Seketika dia ciut karena kehadiran Arka. Cowok itu sekarang menatapnyanya juga. Dia bahkan melupakan balasan apa yang cocok untuk menanggapi sederet pesan istrinya.

"Shierra sudah bisa dihubungi?"

"Masih ceklis satu, mm... mas." Dara merasa tidak enak menanggil Rafa dengan "Mas" sedangkan dengan Arka dia biasa memanggil dengan "Tuan"
"Um, nanti kalau Wa-nya sudah aktif Dara kasih tau ya, Mas."

"Oh, oke, Dara. Jangan lupa ya langsung kasih tau saya."

"Iya, Mas. Saya ke dalam dulu ya." Dara tidak enak karena Arka di sana. Dia tidak akrab dengan Arka, bukan karena bermusuhan. Ya, memang Arka orangnya memang cuek. Jadi sekarang Dara ngeri sendiri ditatap oleh Arka.

"Lo nggak pulang?"

"Dan ninggalin lo berdua sama Dara? No, thanks."

♡♡

Marriage LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang