Aku merenggangkan otot-ototku ke kanan dan ke kiri. Jam masih menunjukan pukul 04.30 WIB. Ku buka korden kamarku setelah itu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat subuh bersama kak Rio.
Seburuk apapun diri kita jika kita mau mendekatkan diri kepada sang pencipta maka kita termasuk orang yang mulia. Aku masih ingat kata-kata itu sampai sekarang padahal aku mendengarnya saat usiaku 8 tahun.
Aku sudah siap untuk ke sekolah.
Kali ini aku yakin bahkan sangat yakin kalau ini bukan tanggal merah dan kak Rio tidak akan mengerjaiku karnanya."Mbak Ara ayo sarapan, sudah ditunggu sama mas Rio". Tumben tuh orang nungguin gue sarapan.
"Iya mbak, sebentar lagi Ara turun kok". Aku turun ke bawah dan langsung menuju dapur.
"Tumben lo nungguin gue sarapan" kataku saat telah sampai.
"Kan lo adik gue".
"Jijik gue dengernya" kataku dengan ekspresi pura-pura jijik. Dia menggumam pelan dengan ekspresi soknya yang akut.
"Yok berangkat" ajaknya.
"Lah gue baru aja mau makan" kataku dengan memelas.
"Salah lo sendiri. Lo mau telat?". Dia beranjak dari meja makan dan berjalan menuju garasi. Mau ngga mau aku harus merelakan sarapanku lagi. Padahal cacing diperutku sudah pada demo minta diisi. Aku menyusul kak Rio ke garasi dan berangkat ke sekolah. Mungkin nanti masih ada waktu untuk sarapan di kantin.
-oo00oo-
"Rin temenin gue ke kantin yuk" ajakku ke Arin-sahabatku saat sampai ke kelas. "Gue ngga bisa, PR gue belum selesai. Lo sendiri ngga papa kan, Ra?" katanya dengan raut bersalah. "Iya ngga papa, santai aja, yaudah gue ke kantin dulu ya,". Arin menganggukan kepalanya dan melambaikan tangan ke arahku.Berjalan sendirian bukan hal yang menyenangkan apalagi saat akan ke kantin. Mungkin teman-temanku mengira bahwa aku jones-jomblo ngenes walau itu benar tapi setidaknya aku tidak ngenes meski jomblo.
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku hingga aku menabrak seseorang didepanku. Aku jatuh dengan tidak indahnya, badanku terdorong ke belakang dan bokongku harus mencium lantai yang dingin. Sakit. Aku mengangkat kepala untuk melihat siapa yang ku tabrak, semoga saja buka guru ataupun siswi-siswi yang centil.
Saat mata kami bertemu, sejenak aku tertegun dengan mata itu. Aku merasakan desiran aneh jauh dalam hatiku. Mata itu menatap tajam ke arahku, tepat menusuk bola mataku. Aku menundukan kepala dan mengucapkan kata 'maaf' yang mungkin tidak ia dengar.
Aku melihat langkahnya yang menjauh dan semakin jauh dari tempatku. Ada apa ini, kenapa jantungku berdebar tidak normal?. Aku kembali ke kelas untuk memberitahu Arin tentang jantungku. Aku yakin Arin tau penyebab kenapa jantungku berdebar tidak normal.
-oo00oo-
Pelajaran pertama sudah dimulai 30 menit yang lalu. Dan selama itu juga aku masih sibuk untuk menetralkan debaran jantungku yang tidak normal ini. Aku ingin cerita ke Arin tapi aku takut ia khawatir, lebih baik aku ke UKS, mungkin disana ada obat untuk menetralkan jantungku.
Aku meminta izin ke bu Sari untuk pergi ke UKS. Untung saja bu Sari guru yang pengertian kalau saja tidak, mana mungkin aku diizinkan.
Sesampainya di UKS ternyata tempat itu ramai dengan orang-orang yang mengeluhkan dirinya sakit. Aku meninggalkan tempat itu dan berjalan ke arah kaki melangkah.
Koridor sekolahku sepi jadi aku bisa jalan dengan santai. Tidak banyak murid yang melewati koridor ini karena koridor yang aku lewati menghubungkan taman belakang yang jarang dikunjungi murid disini. Mereka lebih suka ke taman utama daripada harus berjalan jauh ke taman belakang.
Saat sampai disana aku melihat seseorang duduk membelakangiku dengan buku di tangan kanannya. Sepertinya dia sedang membaca. Aku berjalan ke arahnya karena bangku di taman ini hanya ada satu memanjang. Betapa terkejutnya aku saat mengetahui orang itu adalah orang yang tadi pagi ku tabrak. Sepertinya dia tidak sadar bahwa ada aku disini atau dia pura-pura tidak tau, entahlah hanya dia dan tuhan yang tau.
Anehnya kenapa jantungku berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Aku takut jantungku akan copot jika seperti ini terus.
"Lo yang tadi pagi gue tabrak kan?" tanyaku yang dibalas oleh angin.
"Gue boleh duduk disini?" Aku menunjuk tempat duduk yang ada disampingnya yang memang masih cukup untuk ku duduki. Tapi cowok itu masih saja diam menganggapku tidak ada.
Ku jatuhkan bokongku disampingnya dengan perlahan. Aku mencoba untuk mengobrol dengannya kembali.
"Emm.. Gue minta maaf ya soal tadi pagi, gue ngga liat kalo ada lo" ucapku yang lagi-lagi dijawab oleh angin.
"Lo lagi baca buku apa?" Aku melirik buku yang sedang ia baca.
"Lo baca buku itu juga? Gimana ceritanya, seru ngga? Lo suka yang bagian mana?" tanyaku histeris.
"Kalo gue suk—"
"Berisik banget sih lo!"
Aku terdiam dengan mulut yang masih terbuka. Aku menatapnya tanpa berkedip.
Ia menatapku—menatapku dengan tatapan tajamnya."Sejak kapan gue kenal lo? dan sejak kapan juga gue ngizinin lo duduk disini?" lanjutnya.
Aku ingin menjawab tapi bibirku kelu untuk menjawabnya bahkan mengucapkan kata 'maaf'. Aku menunduk tidak berani menatapnya. Dia berdiri dan berjalan meninggalkanku tanpa berbalik untuk sekedar bertanya 'lo ngga papa' atau 'gue minta maaf, omongan gue jangan diambil hati'. Dan itu hanya anganku saja.
Yang aku tau saat ini, aku merasakan sesuatu menusuk di dalam dadaku.
-
-
-
-
-
-
-
-
TBCMakasih untuk para readers yang mau baca ceritaku. Gimana ceritanya di part ini? jelek? aneh? atau bagus? Aku butuh komentar kalian biar aku bisa mengoreksi ceritaku. Jangan lupa divote ya guys. Love you all:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause You Are
Teen FictionIni kisah cinta pertamaku yang saat ini aku alami. Kata orang cinta pertama itu menyenangkan, penuh cerita tentang kebahagian, saling menyayangi. Beda denganku yang harus menemui kekecewaan di setiap saat, bertahan dalam dinginnya seorang Dava. ...