Part 3

146 12 2
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai. Setelah berdoa, teman-temanku berhamburan keluar kelas tak terkecuali aku. Aku dan Arin berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputan kami. Tak lama kemudian jemputannya Arin datang.

"Ra gue pulang duluan ya, supir gue udah jemput." pamitnya.

"Iya Rin, hati-hati ya"

"Lo juga. Byee"

"Bye." Aku melambaikan tangan ke Arin yang masih terseyum ke arahku, hingga mobilnya keluar dari gerbang sekolahan.

Satu jam telah berlalu dan selama itu juga belum ada tanda-tandanya kak Rio datang. Berkali-kali aku telepon ngga diangkat, SMS juga ngga dibales.
Mana sih kak Rio, katanya mau jemput, tau gini mending jalan kaki aja!

Saat aku ingin beranjak tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkanku dari arah belakang. Ku pikir siapa ngga taunya orang yang ditunggu dari tadi.

Aku masuk ke mobilnya dan ia menjalankan mobilnya meninggalkan tempatku menunggunya tadi.

"Lo kok lama sih? lumutan gue nunggunya." kataku yang masih kesal karena harus menunggu satu jam.

"Lo ngga tau Jakarta tempatnya macet?". Bukannya menjawab malah balik tanya.

"Alesan lo. Gue tau ini cuma akal-akalan lo aja yakan?" tuduhku.

"Nah itu lo tau" jawabnya dengan senyum pepsoden. Kesambet kali nih orang. Aku mendecak sebal yang malah dibales kekehan. Dasar aneh.

"Kak?" panggilku.

"Hmm?"

"Kayaknya gue lagi jatuh cinta deh" kataku pelan. Tiba-tiba kakakku menginjak pedal rem dengan mendadak. Tubuhku tersungkur ke depan, cepat-cepat aku pegangan apapun yang dapat aku pegang.

"Lo gila ya?! lo mau mati?!". Aku masih mau hidup, belum mau mati muda, apalagi mati gara-gara kekonyolannya kak Rio.

Kak Rio menatapku dengan mata membulat, bibir yang terbuka, dan sesekali matanya ia kedip-kedipkan.

"Lo kenapa? kesambet ya?" tanyaku heran dengan ekspresi cengonya kak Rio.

"Lo bilang apa tadi?" tanyanya masih dengan ekspresi cengo.

"Emang gue bilang apaan?"

"Lo bilang lo jatuh cinta?"

"Emang gue bilang kayak gitu?" tanyaku balik.

"Iya" jawabnya yakin.

"Perasaan lo aja kali" jawabku asal. Aku menatap ke luar kaca, sibuk dengan pikiranku sendiri. Ini pertama kali aku merasakan jantungku berdebar tidak normal, jika aku jatuh cinta, apa bisa secepat itu prosesnya?

Kak Rio memasukan mobilnya ke bagasi dan aku keluar berjalan menuju kamar. Hari ini aku sangat lelah, mungkin tiduran sejenak dapat mengurangi rasa lelahku. Aku menjatuhkan tubuhku di kasurku yang empuk dan mulai mengarungi alam mimpiku.

—oo00oo—

"Malam kak Rio" sapaku saat sampai di meja makan.

"Malam juga sayang" jawab kak Rio sambil tertawa yang membuatku ikut tertawa. Aku duduk di kursi depannya kak Rio, mengambil nasi dan lauk yang tersaji didepanku lalu memakannya.

Cause You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang