Bel pulang berbunyi. Murid-murid kelas 10 Mipa 2 mulai merapikan buku-buku dan memasukannya ke dalam tas masing-masing. Pelajaran yang membosankan membuat mereka cepat-cepat ingin pulang sehingga tak memperdulikan bahwa sang guru pengajar masih di dalam kelas. Hingga suara tegas nan lantang mengintrupsi mereka.
"Kalian ini, saya belum menyuruh kalian untuk berberes!" katanya kesal.
"Baiklah pelajaran sampai disini dulu. Jangan lupa kerjakan PR-nya. Sebelum jam 7 harus sudah ada di meja saya!" lanjutnya dan kemudian meninggalkan kelas. Para murid mendesah kasar dan keluar kelas satu per satu.
"Ara, lo mau ngga temenin gue ke taman nanti sore?" ajak Arin setelah ada di luar kelas.
Zahra masih berjalan tanpa memperindah ajakan Arin. Hingga membuat Arin harus berteriak di telinga kanan Zahra yang tentu langsung mendapatkan tatapan horor dari si pemilik telinga.
"Ngga usah teriak-teriak juga kali, lo kira gue budeg apa?". Zahra menetralkan denyutan di gendang telinganya akibat ulah sang sahabat.
"Salah lo sendiri, gue ajak ngobrol ngga lo respon, emangnya gue lagi ngobrol sama tembok apa" jawab Arin ketus.
Zahra menatap sahabatnya yang kesal kepadanya dan berniat untuk meminta maaf. "Iya-iya deh gue minta maaf. Jangan marah dong" rayu Zahra mengluarkan ekspresi sok imutnya.
"Udah deh ngga usah kayak gitu, bikin gue pingin mutah aja" jawab Arin yang dibalas dengusan dari Zahra.
"Barusan lo ngomong apa?" tanya Zahra. Saat ini mereka ada di tangga yang menghubungkan lantai bawah. Arin menghembuskan nafasnya kasar sebelum menjawab ucapan Zahra.
"Gue tadi ngajak lo pergi ke taman nanti sore, lo bisa kan?" tanya Arin dengan mode kesabaran penuh.
Zahra melipat kedua tangannya di dada dengan salah satu jari menempel di dagu sambil diketuk-ketukannya pelan. Kebiasaan Zahra ketika berpikir.
"Hmm, yaudah deh gue mau. Jam berapa?" tanya Zahra.
"Jam 4 sore gue tunggu lo di taman. Jangan ngaret lo" ucap Arin diselingi tawa.
"Lo kali yang ngaret, gue mah on time" jawab Zahra meninggalkan Arin. Arin mendengus sebal dan berjalan menyusul Zahra sehingga menyamai langkah perempuan itu.
Di hall depan ternyata sudah ada supirnya Arin yang menunggunya. Mereka berpisah dan meninggalkan Zahra yang masih menunggu ojek online yang ia pesan. Ketika Zahra melihat ke arah gerbang, tanpa sengaja matanya menangkap sosok laki-laki yang akhir-akhir ini selalu hadir dalam mimpinya. Laki-laki yang ia tau namanya adalah Dava. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang, batin Zahra. Dari kejauhan Zahra melihat seorang perempuan berpostur tinggi dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai di tiup angin berlari ke arah Dava.
Mereka melempakan senyum satu sama lain sesampainya perempuan itu di samping Dava. Dava menyerahkan helmnya yang lain ke perempuan itu yang langsung diterima dan dipakainya. Perempuan itu naik ke motor ninjanya Dava dengan kedua tangannya yang memeluk erat perut Dava tanpa ragu. Dava membawa motornya keluar dari gerbang sekolah. Semua kejadian itu tidak luput dari penglihatannya Zahra. Cairan bening yang sejak tadi ia tahan mengalir begitu saja di pipi dinginnya setelah motor Dava keluar dari gerbang. Ini pertama kalinya Zahra merasakan jatuh cinta dan ini juga pertama kalianya Zahra merasakan sakit karnanya. Benar kata teman-temannya, jatuh cinta dan patah hati itu satu paket. Ketika kita siap untuk jatuh cinta, berarti harus lebih siap untuk patah hati karnanya. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang sudah membekas di pipi. Tak lama kemudian ojek yang ia pesan sudah tiba.
—oo00oo—
"Lo dimana Rin? gue jamuaran nih nungguin lo" ucap Zahra kepada seseorang yang ada di balik telepon. Sudah hampir setengah jam Zahra menunggu Arin di taman, tetapi sampai saat ini cewek itu belum juga datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause You Are
Teen FictionIni kisah cinta pertamaku yang saat ini aku alami. Kata orang cinta pertama itu menyenangkan, penuh cerita tentang kebahagian, saling menyayangi. Beda denganku yang harus menemui kekecewaan di setiap saat, bertahan dalam dinginnya seorang Dava. ...