Prolog

210 24 22
                                    

Angin menggoyangkan daun, menggerakkan ranting-ranting pohon dan memaksanya mengeluarkan bunyi gemertak, membuat debu berterbangan, lalu menjadikan suasana mencekam.

Sejumlah awan hitam telah terkumpul, membentuk satu formasi rapi hingga menghalangi binar temaram sang rembulan. Senyum sang rembulan telah hilang, digerus oleh keberadaan angin yang berembus membawa awan. Setetes air jatuh menubruk daratan, lagi dan lagi hingga ranting di tiap pohon basah menggigil. Kabut pun datang tanpa diundang, seakan menikmati pesta air yang diberikan oleh sang hujan.

Diantara pepohonan yang diguyur hujan, berdiri sesosok pria dengan kemeja abu-abu dilengkapi dasi hitam dan jas yang berwarna hitam pula. Dengan celana khaki yang ia kenakan di hiasi ikat pinggang berlambang channel. Dan sepatu pantofel hitam bertali yang mengkilat.

Dengan pasti ia melangkahkan kakinya, memasuki daerah istana di ujung hutan itu. Dua orang penjaga dengan senjata tombak yang di bawanya setiap hari menyambut kedatangan lelaki itu. Mereka membungkukkan punggung untuk memberi hormat. Lelaki itu hanya menjawab dengan senyumnya dan kembali melangkah memasuki istana.

Jauh di dalam istana, di sebuah ruangan besar dengan arsitektur kuno. Dan singgasana raja yang kini diduduki empunya. Sebuah piala berisi cairan merah kental, berbau karat besi tiba-tiba jatuh dari tangan kekar itu. Meneteskan cairan itu dan membuat lantai menjadi semerah darah.

Dan sebuah seringgai tercetak di bibir sang raja. Seseorang yang ia tunggu sekian lama, telah kembali.

***
Hai! Ini awal dari cerita ku. Maaf ya kalo berantakan. Baru awal dan belajaran soalnya^^

Hope you'll like it guys :*

Oh iyaaa.. jangan lupa vote dan vommentnya yaaa. Biar aku lebih baik kedepannya

Hello Demons!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang