Maps

27 2 0
                                    

Rasa berat dan pusing menyerang kepalaku. Aku merasa sedang berada di alam mimpi. Anehnya, semua terlihat jelas seperti kenyataan. Sebuah hutan lebat, dengan suhu super lembab di sekelilingku. Pakaianku berubah menjadi kotor dan compang-camping. Aku juga kehilangan alas kaki lucuku.

Aku berlari dan terus berlari tak mengenal arah, terkadang berhenti sejenak untuk menentukan arah mana lagi yang ingin kutempuh. Tidak ada rasa lelah maupun panik seperti biasa yang aku alami saat tersesat di hutan.

Hatiku tak karuan, merasa sesuatu yang penting telah hilang. Entah apa itu, aku juga tak tahu.

Aku berhenti berlari setelah aku melihat seseorang yang kukenal, Max. Dia berdiri di ujung jalan setapak tepat dimana aku berdiri.

Matanya berubah merah darah menatapku tajam seperti ingin memangsaku. Ia tersenyum memperlihatkan sederet gigi putih, bersih, berkilauan dengan 2 taring di deretan gigi atas.

Aku tidak merasa takut atau apapun. Aku justru khawatir melihat keadaannya. Max terlihat seperti vampire yang kehausan darah. Dan yang aku tau, satu-satunya manusia disini hanyalah aku. Max terlihat begitu tersiksa ingin menghisap darahku, tapi tak kuasa menahan gairah, ingin melindungiku dari sisi iblisnya.

"Max," panggilku.

Max hanya menggeram, menahan rasa sakit yang tak tertahankan.

"Max, it's okay. I won't hurt you," ucapku lagi menenangkannya.

Matanya berubah menjadi ruby. Ia terlihat lebih tenang, aku mencoba berjalan mendekat ke arahnya. Sampai pada sebuah suara entah dari mana menghentikan langkahku.

"Lari Bella! Lari!" teriak si suara misterius lagi.

Suara yang benar-benar aku kenal. Aku ingat, itu pasti suara ayahku. Suara ayahku terdengar seperti seorang yang disiksa; diikat dengan rotan, dan dicambuk dengan cambuk besi.

"Aaaaargh," teriak suara Ayah.

"Ayah? Ayah dimana?" Aku berputar, melihat sekeliling mencari sumber suara itu. Namun, tak kutemukan apapun.

Aku berdiri dengan Max berjarak 20 kaki di depanku. Udara di sekitar Max mendesir, berputar dan merubah Max menjadi pria berperawakan mengerikan.

"Hahaha, Bella oh Bella. Kau begitu mudah dikelabuhi. Kau pikir Ayahmu menginginkanmu? Kau pikir Ayahmu akan melindungimu, ha? Yang dia inginkan sebaliknya. Dasar gadis bodoh!"

Tatapan pria mengerikan itu begitu jahat. Irisnya yang sombong, menantang siapapun yang berani melihatnya, seakan akan mengiris bagian hati terdalam.


"S-siapa kamu?" tanyaku mulai ketakutan. Sementara itu, ia mulai melangkah mendekat.

Kata-kata yang kususun tegas, gagal total dan keluar layaknya anak kecil merengek. "Jangan mendekat! Kuperingatkan kamu!"

Pria itu terbang ke arahku dan berdiri tepat di depanku. Tangannya yang pucat menyentuh kulit pipiku, meninggalkan bekas dingin yang membuat aku bergeridik.

"Welcome back, Ms. Swift. Your blood is mine!"

Belum sempat pria itu menyetuhku lebih dekat, sebuah teriakan menggema di hutan ini. Membuatku tersentak dan kembali pada kenyataan.

Hello Demons!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang