Impossible

147 12 52
                                    

Hi. Happy Reading. Wkwk agak absurd kayanya.^^

***
"Hoaaaaaam."Pagi ini aku menguap dan merentangkan tangan selebar-lebarnya.

Kenapa tidak? Aku tidur dengan sangat nyaman. Tubuhku semakin segar dan dengan cepat aku mengambil kalender meja di nakas sebelah tempat tidurku. Senyum riang terukir di bibir ini. Mataku melihat tanggal 25 dengan tulisan September yang menyatakan bulan, tercetak biasa saja di kalender itu. Tapi menurutku itu sangat spesial.

"Mamaaaaaaaa," teriakku.

Langsung kukenakan sandal berbulu dengan boneka kelinci kecil mirip ikon salah satu sosial media yang berwarna hijau. Aku setengah berlari menghampiri mama.

Bau harum menyeruak di hidungku. Ternyata mama sedang memasak nasi goreng. Hmm baunya harum sekali. Rasanya air liur ini terburu untuk menetes.

"Hei. Anak mama sudah bangun rupanya," Ucap Mama saat aku memeluknya dari belakang.

"Iya dong Ma. Hmm aku jadi lapar. Bolehkah aku mencicipi sesendok?" Dengan sendok yang kugenggam aku mencoba mengambil nasi goreng lezat itu dari tempatnya yang masi di goreng.

Lalu tiba-tiba ada tangan yang menampikku. "Heh, Bella. Nasi gorengnya masi di penggorengan. Biarkan mama menaruhnya di piring terlebih dahulu.

"Dan kamu baru saja bangun tidur, sayang. Lebih baik bersihkan dirimu terlebih dahulu." Lanjutnya.

"Hmm. Baiklah Ma" dengan cepat aku segera berlari ke kamar mandi. Mencuci muka dan menggosok gigi, sudah kuselesaikan. Dan aku kembali ke meja makan.

Ternyata ayah juga sudah berada di sana. Dan kami bertiga menikmati sarapan lezat ini dengan kehangatan keluarga yang begitu kental.

"Kalau sudah selesai makan. Cepatlah mandi dan berkemas. Ayah tunggu di bawah 30 menit dari sekarang!"

"Baik, Yah. Oiya Ayah dan Mama engga lupa kan hari ini hari apa?" Tanya ku sambil memberikan tatapan kucing yang paling menggemaskan.

"Tentu saja tidak. Sudah, siapkan dirimu dulu. Kau harus sekolah dan mengurus beberapa administrasi mu nanti," Ucap Mama penuh kelembutan. Tangannya memegang tangan ayah. Dan senyuman mereka merekah kembali.

Langsung aku berdiri dan membereskan piring makanku. Dan berlari menuju kamar. Sesaat aku di depan pintu kamarku, terdengar teriakan Papa.

"Jangan lupa bawa berkas-berkasmu!"

"Of course daddy."

***
Mobil berhenti tepat di depan gerbang menjulang tinggi dengan ukiran lambang sekolahku. Olympus senior high school.

"Ayah aku pergi dulu." Seraya aku mencium tangan kanan ayah dan membuka mobil. Setelahnya mobil ayah pergi dari jalanan ini. Dan aku melambaikan tangan ke arah mobil itu.

Senyum ini tak henti-hentinya merekah. Langit dan mentari pun tampaknya sama. Kuhirup udara segar pagi ini. Dan dengan mantab kulangkahkan kaki-ku memasuki gerbang.

Taman-taman di kiri kanan jalan utama dihiasi rumput hijau dan bunga warna-warni. Ada air mancur dengan relief unik di dinding-dinding nya berada di taman kanan. Dan di taman kiri ada beberapa gazebo, biasa untuk murid disini beristirahat. Oh, aku rindu suasana ini.

Sementara itu di pinggir jalan utama tertata rapi bunga bougenvile berwarna merah, dan merah muda yang ditanam di pot besar. Terlihat sekali taman ini benar-benar di rawat.

Kaki-ku berhenti saat aku melihat sejumlah anak tangga. Dengan gedung besar di dominasi warna cream and grey. Gedung yang mempunyai 5 tingkat, dimana di lantai pertama terdiri dari receipsionist, kantin, gymnasium, dan beberapa lapangan olahraga lain. Lalu lantai kedua diisi perpustakaan dan beberapa kantor-kantor Administrasi. Dan lantai 3,4,5 diisi kelas 10,11,12.

Ya, untung di sekolah ini menyediakan lift di bagian lobby. Jadi untukku yang sekarang menduduki kelas 12 tidak begitu capek saat menuju lantai 5.

Sesampainya di kelas. Aku melihat beberapa bangku depan sudah penuh. Dan di hari pertama aku memutuskan memilih bangku di depan. Untung saja tersisa satu bangku kosong dengan dua tempat duduk disana. Bangku itu berada di pojok kanan. Depan meja guru.

Kuletakkan tas ku dan menunggu bel berbunyi sambil membaca novel.

Beberapa anak sudah datang dan memenuhi ruangan. Termasuk Felicia

"Hai Fel."

"Hai Bel, wah hari pertama semangat sekali. Aku saja masi menginginkan libur lebih panjang. Kau tau, terbiasa bangun siang membuatku sedikit mengantuk saat ini." Cerita nya saat ia memilih bangku di belakang ku.

"Hm. Dasar pemalas." Goda ku sambil menjulurkan lidah padanya. Dia benar-benar kurang tidur sepertinya. Melihatnya punya kantong mata membuat ku tertawa.

"Kau semakin mengerikan dengan kantong mata itu."

"Tau ah. Berhenti mengejekku." Lalu dia pun tidur dengan dua tangan bersila sebagai bantal.

15 menit kemudian bel berbunyi.

Mrs. Clase datang dengan beberapa kertas dan buku di dekapannya. Aku rasa ia tak sendirian.

Dan benar ada seorang laki-laki dengan seragam yang sama seperti murid disini berdiri di depan kelas bersama Mrs. Clase.Kemeja putih bersih dengan kerah kotak-kotak bergaris hitam dan putih. Dan saku kantong bergambar lambang Olympus Senior high school. Celana dengan warna yang sama dengan kerahnya. Dan sepatu hitam bertali lengkap dengan kaos kaki putihnya. Ya, itu gambaran seragam murid laki-laki di sekolah ini.

"Fel bangun Mrs. Clase datang" bisikku pada Felicia dan menggoyangkan tanggannya yang bebas.

"Umm. Apa Bel?"

"Bangun. Ada Mrs. Clase." Ulangku.

"Oh iya. Eh, siapa itu? Tampan sekali. Aku tak pernah melihatnya, Bel."

"Ssst. Jangan berisik. Nanti dia pasti akan memperkenalkan diri juga kan." Ucapku berbisik agar tak menimbulkan gaduh.

Setelah Mrs. Clase meletakkan barangnya di meja guru. Ia pun mulai bersuara.

"Selamat pagi murid-murid. Bagaimana dengan hari pertama kalian?" Tanya nya dengan senyum terukir sanggat anggun.

"Hm, tak usah basa-basi lagi. Pasti kalian penasaran dengan siapa yang kubawa pagi ini bukan?" Lanjutnya setelah pertanyaannya di jawab dengan mata penasaran anak didiknya.

"Perkenalkan dirimu." Katanya pada murid baru itu.

"Maximus Riddle. Biasa dipanggil Max. Semoga kita bisa berteman." Ucapnya singkat.

Kulitnya putih. Seputih marmer. Ada beberapa bulu di sekitar rahangnya. Dan ya Tuhan. Dia sangat tampan. Semua nya sempurna. Dan. Dan mata itu? Berwarna Ruby? Apakah aku tidak salah lihat? Dan suara bariton saat ia memperkenalkan diri tadi. Seakan membius siapapun yang mendengarnya.

Apakah ia benar-benar masih seumuran anak SMA? Rasanya ia lebih tua dari itu.

***
ampuuun. maaf partnya terlalu sedikit. Hehe. emm antara judul partnya dan isi ceritanya mungkin binggung atau engga sinkron. Tp aku rasa masi sinkron kok^^ kalo mau tanya vomment aja. Dengan senang hati pasti aku jawab.

Butuh banget kritikan pedas. mohon kalo mampir baca. Berikan kritik sepedas mungkin. Wkwk. See u.

Hello Demons!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang