Kalau senja itu indah, dan teman juga indah. Apakah teman bagaikan senja? Yang selalu indah, namun hanya sebentar?***
"MAKASIH Al udah anterin ampe rumah ni gembel," ujar Gladys yang kemudian menutup pintu mobil Alaska.
"Untung ada lo coba kalo kaga, gue yakin ni hari pertama kita bakal gagal." Lisa pun tak kalah juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Alaska.
Alaska membuka kaca mobil. Senyum manis ia perlihatkan kepada tiga anak perempuan itu. "Sama-sama."
"Itu yang dipinggir diem terus kenapa? Coba sini," ujar Alaska yang medapatkan putaran bola mata dari Devanda.
"Sini bentar coba, gue pengen ngomong," sambungnya.
Lisa menyenggol tangan Gladys sedikit keras membuat Galdys menoleh ke arahnya. Pesan isyarat Lisa lontarkan melalui kedua matanya kepada Gladys.
Gladys mendorong punggung belakang Devanda. "Dys, apa-apaan sih?" Ia tak lupa melototkan kedua matanya.
"Bilang terimakasih atau apa geh sana sama Alaska," bisik Gladys.
Devanda melihat Alaska yang sedaritadi masih setia di dalam mobilnya. Senyumnya pun tak luntur dari tadi. "Sini bentar aja," pintanya.
Dengan malas Devanda menganyun kakinya ke arah Alaska. "Paan?"
"Sini gue bisikin," ujar Alaska meminta Devanda agar semakin dekat dengannya.
"Ga bakal gue apa-apain," sambungnya.
Devanda mengangguk. Ia mendejat ke arah Alaska. "Gue mau kenal lo lebih jauh, jadi jangan buat gue untuk menjauh dari lo," bisik Alaska dengan jelas di telinga kanan Devanda.
"Gue janji, gue ga bakal nyesel pernah kenal elo. Walaupun nantinya sikap lo itu ga sesuai dengan cover lo," sambungnya.
Devanda masih kaku di tempat. Dia bingung harus menjawab apa, jadi dia hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Udah jam tujuh, geh sana masuk katanya mau nonton bareng mereka kan?" Devanda melihat Gladys dan Lisa yang duduk di bangku taman dekat dengan pagar.
Devanda mengangguk. "Iya makasih."
"Sama-sama."
"Buat gue ngenal lo lebih jauh lagi ya Van. Good night," ujar Alaska sambil menutup kaca mobilnya. Mobil Alaska berjalan melewati dan meninggalkan Devanda.
Devanda berkali-kali mengerjapkan matanya. "Gembel. Masuk yuk!!" ajak Devanda sambil membuka gembok pagar rumahnya.
Gladys dan Lisa mengikuti Devanda dari belakang. Mereka masuk ke dalam rumah Devanda dengan sambutan dari sang mama Devanda. Hingga akhirnya mereka terhanyut dalam film yang sempat Devanda unduh tadi.
***
Murai pun ikut berkicau menyambut datangnya pagi. Tapi sayang, pagi ini tak secerah seperti biasanya. Mendung datang memeluk angin, tetesan air mulai turun dari atas.
"Van kamu ga usah sekolah dulu ya, hujan noh. Entar kamu kenapa-napa lagi," pinta Adilla, sang ibunda Devanda.
Devanda menggeleng, ia tersenyum. Kemudian meminum secangkir susu putih yang sudah disiapkan oleh Adilla. "Engga Ma, Vanda mau sekolah aja. Lagian juga kan Vanda naik bus bukan jalan, Vanda ga bakal kenapa-kenapa Ma. Percaya sama Vanda."