Bag. 3

16 0 0
                                    


Saat aku khawatir, saat itu juga aku hubungi kamu. Tapi kamu harus tau, butuh nyali yang besar buat hubungi dan nanya kabar kamu.

***

     SEJAK aku balik ke rumah, mama terus saja memelukku. Semua kejadian sudah aku ceritakan dengan jelas pada mama. Sebelumnya, Bian sempat meminta maaf pada mama karena lalai dalam menyetir, sampai-sampai aku terjengkal cukup jauh.

     Aku mengelus punggung belakang mama. "Udah Ma... Valen kan gapapa. Nih coba tes aja kalo ga percaya."

     "Sekali lagi maafin saya ya Tan, sumpah saya tadi ga liat kalo ada Vanda di depan." Aku mengalihkan pandangannya pada Bian yang duduk di sofa.

     Bian menunduk. Semua salah dirinya, kalau dia lihat-lihat waktu nyetir tadi mungkin aku tidak seperti ini. Tapi jujur, badan aku tak ada goresan luka sekecil pun.

     "Udahlah Bi, ini bukan murni salah lo juga kok. Gue juga salah, udah tau jalan raya gue malah lompat ke sana-sini."

     "Kalo gue nyetirnya pelan-pelan terus fokus, lo ga bakal kayak gini juga kan?" Aku terdiam. Mama mulai melepaskan pelukkan. Tangannya mulai sibuk menghapus air mata.

     "Nak Bian, makasih ya udah anter Vanda. Tante ga marah sama Nak Bian, tante cuma takut Vanda kenapa-kenapa. Sekali lagi makasih ya Nak Bian." Aku melihat ada senyum bahagia di bibir Bian. Laki-laki itu sudah tidak menunduk lagi, ia sudah menatap wajah mama.

     "Tapi  inget, jangan diulang lagi ya Nak, bahaya!! Kamu masih kecil, kalau ada apa-apa di jalan kasian orang tua kamu nanti," ujar mama sambil menepuk pelan bahu kanan Bian yang sudah berdiri tegap.

     "Siap Tan. Bian janji deh ini bakalan jadi terakhir kalinya Bian nabrak Vanda." Mama mengangguk. Ia merangkul pundak Bian. "Yaudah, makan malem bareng yuk!!" Bian mengangguk, aku pun begitu.

***

     Aku merebahkan tubuh di atas kasur. Bian sudah pulang ke rumahnya sejak sepuluh menit yang lalu. Hari ini adalah hari pertemuan pertamaku dengan Bian, bagiku dia anak yang asik. Sama seperti Alaska, kenapa aku jadi kepikiran Alaska?

     Aku menyalakan tombol handphone. Ribuan notif line datang membanjiri. Pertama-tama aku membuka pesan line dari grup yang sempat dibuat Gladys dan Lisa.

     Stir~

Gladys P. :
Van? Van lo ga sekolah? Lo ke mana emang?

Lisa D.      :
Iya Van, lo ke mana? Tadi kita nungguin lo tau di koridor, tapi lo ga dateng-dateng

Gladys P. :
5 menit lagi bel masuk Van, lo terlambat ya?

Lisa D.    :
Elo sih tadi gue suruh jemput si Vanda, eh malah bilang ini ono

Gladys P. :
•Mana gue tau kalo Vanda bakal telat kayak gini

Lisa D.     : 
Inces udah dateng, gue off dulu.

     Aku tertawa simpul saat membaca percakapan grup antara aku, Gladys, dan Lisa. Kemudian aku mengetik beberapa kalimat.

Devanda S. :
Ga usah khawatir, gue gapapa sumpah.

 

The TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang