Satu hal yang harus kamu tau, aku itu seneng banget kalo kamu hadir di depan mataku. Walaupun kamu ga sama sekali nyapa aku.***
"SEKALI ini aja Van, gue ajak lo jalan." Devanda tetap saja menolak. Alaska terus meminta izin kepada Devanda agar ia bisa membawa Devanda ke suatu tempat.
Devanda menutup buku tulisnya. Ia melihat ke wajah Alaska yang berada di depannya. "Lo mau ngajak gue ke mana sih? Gue ga bakal diizinin sama nyokap."
"Nomor nyokap lo mana? Sini gue aja yang minta izin." Alaska mengambil paksa handphone Devanda yang ada di atas meja. Devanda sempat meminta Alaska untuk mengembalikkan handphone-nya, tapi tetap saja Alaska menolak.
"Ini nomor nyokap?" Devanda mengangguk pasrah. "Mau lo minta izin sampe botak gek ga bakal dibolehin."
Alaska membiarkan ucapan Devanda. Ia menaruh handphone Devanda di tempat semula. Tangan kanannya sudah menyentuh tanda telepon pada layar handphone.
Devanda mendengus. Pasalnya ia sudah mengatakan bahwa mamanya tak akan mengizinkan, tetapi Alaska terus saja membatah. Senyum mengembang di wajah Alaska membuat Devanda bergedik. "Kesambung Van," ujar Alaska.
"Dibilang. Ga bakal dibolehin, bandel banget si," dengus Devanda.
"Halo? Assalamualaikum tante," sapa Alaska.
"..............." Devanda tidak dapat mendengar jawaban dari sebrang sana. Matanya menatap Alaska yang terlihat sangat senang menghubungi mamanya.
"Saya Alaska, Tan. Teman kelasnya Devanda." Alaska melihat Devanda yang tengah memasang muka sebal.
"..............."
"Gini Tan, Alaska mau ngajak Vanda jalan tapi tante tenang aja Alaska ga bakal bawa Vanda ke mana-mana. Sekalian Alaska mau ngerjain tugas kelompok sama Vanda. Boleh ya Tan?"
Dalam hati Devanda terus mengumpat yang jelek-jelek tentang Alaska. Bahasa kasar juga ikut keluar saat Devanda berbicara dengan hati.
Guru matematika di kelas 12-Devil sedang berhalangan untuk hadir. Tugas atau pun pekerja rumah tidak diberitahukan kepada ketua kelas-Alaska-, membuat satu kelas berhamburan ke sana-sini. Dunia serasa milik mereka.
"..............."
Alaska lagi-lagi tersenyum. Kali ini senyumnya bahagia. "Aaa bener Tan? Iya kok Tan Alaska janji ga bakal apa-apain Vanda. Lagian Alaska anak baik-baik Tan. Iya Tan. Vanda akan pulang selamat sentausa kalo jalannya sama Alaska, hehehehe."
Devanda membelakkan matanya. Ia tak percaya bahwa mamanya mengizinkannya untuk pergi bersama Alaska. 'Elah Alaska nipu lo kali Van,' batin Devanda.
"..............."
Alaska melihat ke arah Devanda dengan muka senang. Tangan kananya sempat ia kepalkan lalu ia ucapkan kata, 'yes'. Devanda memutar kedua bola mata.
"Iya Tan Alaska janji bakal jagain Vanda. Tante tenang aja Alaska anak baik-baik ko Tan. Makasih ya Tan, Alaska tutup dulu ya, assalamualaikum.""..............."
Alaska memutuskan sambungan dengan mama Devanda. Ia mematikan layar handphone-nya dan ditaruhnya di saku baju.
Devanda memutar kedua bola matanya saat Alaska berjalan menghampiri. "Ga usah drama deh sama gue, lo ga diizinin sama nyokap kan?"
Alaska mendengus. "Kok lo tau sih?" Devanda menjawab, "udah biasa. Nyokap takut banget gue kenapa-napa."
