Prolog

234 42 28
                                    

Kejamnya Kehidupan

Aku melangkah demi langkah. Ku lihat indahnya dunia. Aku berjalan tanpa tau arah kakiku berjalan.

Aku menyanyi dalam sunyi. Aku berteriak dalam derasnya hujan. Aku menangis dalam diam. Aku mengagumi dalam jauh.

Dia, aku, kita.
Aku, kamu, kita.
Aku, dia, mereka.

Aku melihat sang mentari bersinar. Sangat terang, indah, bercahaya. Hatiku seakan melebur.

Aku melihat dia bersamamu. Sangat hancur, runtuh, rapuh. Hatiku seakan diserbu ribuan peluru.

Mereka adalah penghancur. Mereka selalu mengejek tanpa mengetahui fakta sebenarnya. Mereka tidak tau bahwa hatiku hancur terbelah. Mereka menertawai penderitaanku.

Andai mereka tau, andai kamu tau, andai dia tau. Merebut hak orang lain itu hal yang sangat rendah. Seharusnya bicaralah bahwa kamu lebih memilih dia. I'm okay. Really.

By Adiva Azzahra

☀☀☀

Gila! Diva hebat!

Div! Gue bangga sama lo!

Divaaa! Adivaaa! Liat ke sini!

Yeay Adiva!

"Ayo beri tepukan meriah untuk Adiva. Wow, sangat keren. Puisi yang sangat indah, Adiva!" Seru Pak Tio selaku pembawa acara.

"Terima kasih semuanya. Saya sangat bangga di beri kepercayaan untuk membacakan puisi di acara pembukaan awal semester ini."

"Baiklah, saya akan bertanya sedikit. Apakah kamu menulisnya sendiri?"

"Iya Pak, saya buat puisi itu sendiri."

"Dapat inspirasi dari mana? Atau pengalaman sendiri?"

"Sebagian ada yang pengalaman sendiri, terus saya tulis buat puisi."

"Baiklah, terima kasih Adiva, kamu boleh turun."

Adiva menuruni panggung dan berlari menuju teman-temannya.

"Kei, Net, Mon!" Diva segera berlari dan memeluk ketiga temannya.

"Diva! Gue terharu tau gak dengerin puisi lo," Seru Monna setelah melepas pelukan.

"Apa sih pake acara baper segala, lucu banget lo," Ujar Diva di sela-sela tawanya.

"Div, emang lo jago banget! Gue bangga jadi temen lo," Ujar Keila heboh.

"Iya, gue bangga sama lo!" Ujar Netta.

"Makasih temen kesayanganku. Gue lebih bangga punya temen kayak kalian. Eh, hangout yuk? Gue boring di rumah," Ujar Adiva.

"Iya nih, gue juga. Gimana kalo nanti kalian ke rumah gue? Mumpung mama gue lagi baik hati, bikin masakan favorit kalian," Ujar Monna histeris.

"Mama lo terbaik dah! Kita kasih jempol cinta!" Ujar Keila, Adiva, dan Netta bersamaan.

"Eh, balik ke kelas yuk? Panas banget gila disini," Ujar Adiva sambil mengibaskan tangannya.

"Iya nih, hot summer gila," Ujar Netta seraya mengibaskan tangannya seperti yang dilakukan Adiva.

"Aduhh iya nih keringetan gue. Saking panasnya sampe bikin gue mau pingsan. Andai kalo gue pingsan ada pangeran impian yang nolongin gue," Ujar Keila dengan khayalan anehnya.

"Ih! Bisa gak sih lo gak ngayal? Khayalan lo itu gak guna tau gak. Gue dengernya aja eneg banget. Lagian, ganggu banget deh dengerin khayalan aneh lo itu. Lo pikir anak TK apa pangeran impian?" Ujar Netta dengan tatapan meremehkan. Di tambah lagi dengan kata-kata sambalnya, sangat pedas. Fyi, Netta emang gitu.

"Udah udah jangan berantem. Kayak anak kecil tau gak. Lagian, ini sekolah anak SMA, bukan anak TK," Ujar Monna sebagai penengah kalau mereka berantem 'lagi'.

Dear diary
Writer : Adiva

Netta adalah sahabat gue yang paling pengertian. Dia selalu khawatir sama gue setelah keluarga. Contohnya, dia selalu nanyain kabar gue padahal pas sekolah juga udah ketemu. Gue tanya kenapa dia jawabnya kangen sama gue. Cih, dasar Netta haha. Kedua, pas gue sakit dia selalu ceramahin gue ini itu, dia selalu omelin gue buat minum obat, makan, terus istirahat. Meskipun dia kalo ngomong suka pedes, tapi emang itu ciri khasnya. Dari lahir juga udah kayak gitu. Awalnya, gue suka kesel denger kata-katanya yang meremehkan, tapi pas gue kenal dia lebih dalam ternyata orangnya juga asik.

Monna itu sahabat gue yang paling dewasa. Gue suka curhat ke dia. Dia juga kalo ngasih motivasi itu bermutu banget. Mujarab juga, serius. Gue suka heran kenapa kalo dia ngomong itu suka bener. Contohnya pas gue cerita tentang Netta ke Monna dia selalu bilang "don't judge book like its cover" lo gak boleh sembarangan nilai orang lain, belum tentu orang itu kayak yang lo pikirin sekarang. Lo jangan nethink dulu, lo harus kenal dia lebih jauh biar bisa nilai dia 100%. Bakat cenayang banget kan dia? Dia juga orangnya ceria, gak pernah sedih. Gue temenan sama dia aja gak pernah liat dia nangis.

Keila itu sahabat gue yang paling childish. Dia suka ngayal hal-hal yang kekanakan. Tapi gue udah kenal dia lebih jauh. Bahkan, gue udah akrab sama orang tuanya. Nyokap gue itu temen SMA nyokapnya Keila. Kalo bokap gue itu kerja di kantor yang sama kayak bokapnya Keila.

Intinya, gue seneng punya sahabat kayak mereka.

Cukup sekian, terima kasih.

Salam hangat, Adiva❤

Hai guys!
Ini cerita baruku. Semoga kalian suka ya.
Follow + vomment ya;)

Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang