9. Flashback 4

28 3 0
                                    

Sudah hampir seminggu kegiatan ulangan telah selesai.
Adiva sangat lega, ia merasa telah mengerjakan semua soal dengan lancar. Beda dengan Alvaro, dia sedikit gundah. Bukan dia tidak bisa mengerjakan soal, ataupun soalnya yang susah. Tapi, bagi Alvaro waktu 1 jam itu cukup singkat. Terutama pelajaran matematika, itu sangat menguras otaknya. Alvaro bukan tipe yang gampang menyerah. Ia berusaha mengerjakan soal sebaik mungkin.

Hubungan Adiva dengan Alvaro baik-baik saja. Mereka masih berteman baik. Tapi, perasaan Alvaro semakin lama tumbuh menjadi besar. Semenjak ulangan, mereka sangat sibuk. Mereka tidak lagi bercanda gurau. Bahkan, tidak pernah bertemu. Karena memang mereka tidak sekelas, tentu saja ruangan mereka berbeda.

Di sisi lain, Adiva sangat lega karena ulangan telah selesai. Tapi, dia merasa ada yang kurang. Dia butuh moodbooster. Hanya satu nama yang terbesit di benaknya, yaitu Alvaro.

Kenapa gue mikirin Alvaro? Apa otak gue agak geser ya gara-gara mikir ulangan matematika tadi?

Gue capek, mending gue tidur.

Pukul 12:30.

Mata Adiva memberat. Semakin lama, matanya terpejam. Ia tertidur pulas.

Ia tidak tau bahwa ponselnya berbunyi. Nama Alvaro tertera di dalamnya.

Alvaro's calling

Alvaro tidak sabar ingin mendengar suara Adiva. Namun, berkali-kali Alvaro memanggil tetap sama, tidak ada jawaban.

Ahhh Adiva kenapa sih gak ngangkat telfon gue?

Apa dia sibuk? Ya udah nanti aja gue telfon.

Alvaro sangat bosan. Ia hanya melihat televisi. Walaupun matanya mengarah pada televisi, pikirannya menuju hal lain.

Ia sibuk mengganti channel. Hingga akhirnya memutuskan untuk mematikan benda kotak berlistrik itu.

☀☀☀

"WOI BANGUN TUKANG KEBO!" Ujar Bila dengan suara yang sangat istimewa, sehingga membuat Rere dan Karin bete.

"Ih belum bangun juga? Buset kebo banget sih! Kzl gue!"

"Adivaku yang manis, yang lucu, yang imut, bangun ya."

"Ya ampun bener-bener ya gak bangun juga?"

"Udahlah, lo mau teriak berapa kali juga gak bangun-bangun tuh anak," Ujar Karin dengan wajah datar.

"Bila, suara lo tolong dikondisikan ya. Gendang telinga gue bisa-bisa pecah tau!" Ujar Rere berdecak sebal.

"Kalian gimana sih? Bantuin gue bangunin dia dong! Gue juga capek teriak mulu dari tadi!"

"Siapa suruh lo teriak?" Jawab Karin enteng.

"Hehe iya sih ya," Ujar Bila menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Gini aja, gue punya ide biar Adiva bangun," Ujar Rere tersenyum senang.

"Gimana?" Bila dan Karin kepo maksimal.

Rere mulai membisikkan sesuatu ke telinga Karin dan Bila.

"Gimana? Setuju?" Tanya Rere untuk memastikan idenya diterima oleh Karin dan Bila.

Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang