8. Flashback 3

38 9 9
                                    

Budayakan vote sebelum membaca💜

☀☀☀

Sudah menjadi rutinitas setiap hari Alvaro bertemu dengan Adiva. Bahkan, Alvaro selalu menyapa Adiva dengan senyuman manisnya.

Bagi Adiva, kehadiran Alvaro tidak membuatnya risih. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan Alvaro yang akhir-akhir ini mewarnai hidupnya. Adiva juga tidak mengerti. Dulu dia sangat risih karena Adiva bukan tipe yang terlalu suka orang yang SKSD.

Adiva tidak tau. Yang jelas sekarang dia senang karena ada Alvaro. Semakin hari ia semakin dekat dengan Alvaro. Ia sudah mengenal Alvaro lebih jauh. Memang benar don't judge book by its cover. Itu berlaku juga dengan penilaian setiap manusia. Tidak boleh menilai hanya dengan penampilan ataupun kesan pertama kenal. Dengan mengenal seseorang lebih jauh akan mengetahui karakter sebenarnya.

Sebentar lagi akan diadakan ulangan kenaikan kelas, Adiva sibuk mempersiapkan dirinya jauh-jauh hari. Ia ingin mendapat nilai yang memuaskan dengan rajin belajar dan mengerjakan kisi-kisi yang telah diberikan gurunya.

Berbeda dengan Alvaro, ia juga sibuk belajar. Namun, jika ia sudah lelah, ia memutuskan untuk tidur. Menghabiskan waktu seharian dengan belajar itu sangat bukan dirinya. Rasanya otak Alvaro seperti ingin pecah. Apalagi hari pertama ia harus ulangan matematika. Pelajaran yang membuatnya sedikit pusing. Alvaro memang bukan murid yang pandai, tapi ia juga tidak bodoh. Ia masih berusaha belajar sesuai dengan kemampuan otaknya.

Alvaro tersenyum membayangkan ekspresi wajah serius Adiva ketika membaca buku. I think, she's very cute. Alvaro senang. Tidak, bahkan sangat senang bertemu dengan Adiva. Di otaknya masih teringat jelas bagaimana pertemuan awal dengan Adiva hingga membuat Alvaro menaruh hati pada gadis itu.

Saat itu, bel istirahat sudah berbunyi. Perut Alvaro sangat lapar. Ia berlari menuju kantin menghiraukan seruan teman-temannya. Saat Alvaro sedang berlari, banyak pasang mata yang memandangnya dengan tatapan memuja. Tentu saja karena Alvaro sangat tampan. Ia salah satu most wanted di sekolah. Tatapan itu sudah sangat biasa bagi Alvaro. Hanya saja, terkadang ia risih dengan kelakuan para siswi-siswi yang sangat tergila-gila padanya. Alvaro hanya berpura-pura tidak tau soal mereka yang selalu membuntuti di mana pun ia berada. Bagi Alvaro, memiliki wajah tampan tidak seberuntung yang kalian kira. Di satu sisi, memiliki wajah tampan memang selalu dipuji, tapi di sisi lain memiliki wajah tampan harus extra sabar menghadapi para fans yang sangat agresif.

Sesampainya di kantin, ia melihat gadis cantik yang sedang duduk dan berbicara dengan Pak Ali penjual nasi goreng di sekolahku. Alvaro tau namanya Adiva. Siapa yang tidak kenal? Adiva juga salah satu most wanted di sekolah karena ia digolongkan cewek yang cantik. Aku mendekati Adiva dan menyapanya. Untuk memastikan, aku bertanya apakah dia benar-benar Adiva. Jujur, aku memberi kode pada Adiva dan hasilnya dia gak peka. Aku tau dia tipe cewek yang gak terlalu memperhatikan keadaan sekitar, bahkan terkesan cuek dan jual mahal. Jadi, gak heran kalau dia emang gak peka.

Awalnya aku emang sksd, tapi setelah mengenal Adiva lebih jauh ternyata dia anaknya sangat asik, humoris, dan gak cuek. Mungkin kesan first meet emang dia cuek. Itu ciri khas Adiva.

Dari awal, aku memang menyukai Adiva. Menurutku, dia anak yang pintar. Bahkan, aku sering melihatnya masuk ke perpustakaan membaca buku-buku yang sangat tebal. Selain itu, dia sangat ramah, tidak sombong, dan baik hati. Ia gadis yang sederhana. Dia tidak seperti gadis lain yang cerewet, sombong, dan suka membully murid lain. Karena kesederhaan itu membuat Adiva sangat menarik di mataku.

☀☀☀

Alvaro mengambil ponselnya. Ia segera membuka aplikasi line, lalu mencari kontak seseorang. Orang itu adalah orang yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Siapa lagi jika bukan Adiva?

Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang