Sekolah

68 4 0
                                    

Sudah 1 jam aku berada di ruangan OSIS.
Cukup membosankan berada sendirian di ruangan OSIS, terutama hanya membaca- baca peraturan sekolah.

"Hi, Tidak pulang?" Tanya temanku dari belakang dengan suara yang cukup keras.

Lagi-lagi dia ingin mebuatku terkejut, sudah ke- 46 kali dia berusaha membat ku terkejut.Tapi, sayangnya aku tidak pernah terkejut dengan kehadirannya. Tapi, aku akui, aku senang dengan kehandirannya.

"Ya, selesai aku membaca visi dan misi ini aku akan pulang. Kenapa?" Tanyaku, yang masih sibuk membaca lebaran-lebaran visi dan misi sekolah.
"Tidak ada. Aku hanya takjuk saja melihat kau melakukan tugas mu dengan sangat cepat sebagi ketua OSIS" Jawabnya dengan senang.
"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan tugas ku secepat ini. Tapi, karena beberapa bulan lagi akan ada penerimaan siswa baru dan masih banyak yang harus ku lakuka untuk menyelesaikan tugas kelompok." Kataku dingin kepadanya.

"Aaa iya, ten...tentu...sa..saja" Kata teman ku terbata-bata.

***

Aku berjalan menuju halte, dan duduk disana sambil memikirkan kata-kata Ina kepada ku.

Setiap manusia itu berbeda-beda kemapuan nya, ada yang pintar, kreatif, mengerti perasaan orang lain, bisa memegang janji dan masih banyak lagi. Tapi, kau mungkin orang yang mudah di tebak. Mungkin setiap orang yang melihat wajah Vira akan tau apa yang Vira pikirkan, seperti: saat Vira merasa terpukul, sedih, merasa tidak nyaman, dan saat Vira menyembunyikan sesuatu dari orang lain. Mungkin hal ini tidak buruk kepada orang yang baik kepada Vira tapi, hal ini sangat buruk kepada orang-orang yang ingin menghancurkan Vira. Jadi, berhati-hati lah kepada orang yang tidak menyukai Vira atau orang yang tidak Vira kenal.

Kata-kata Ina membuatku terus memikirkannya. Semakin aku pikirkan semakin pusing. Sampai pada akhirnya bus pun berhenti di halte.

Tidak ada kursi kosong ya. Padahal Vira lelah sekali. Sudahlah kan hanya berdiri sekitar 15 menit.

***

"Jadinya, gadis ini sudah kelas 9?"
"Ya, kalau dilihat siswi ini, bisa dikira masih kelas 2 atau 3 SD"
"Ya dia memang terlihat seperti anak kecil dan masih polos. Apa kau dapat informasi anak ini ingin masuk SMA mana?"
"Sayang sekali saya belum mengetahui nya. Tapi, saya tau dia pulang menggunakan bus"

***

Jam 2 siang. Jadinya, masih ada waktu untuk pergi ke perpustakaan.
"Aku mau pergi ke perpustakaan. Kau mau ikut?" Tanyaku.
"Boleh. Tapi bukannya di perpustakaan sekolah masih banyak orang?" Tanya temanku balik.
"Siapa bilang perpustakaan sekolah"
"Jadinya kita ke perpustakaan pusat kota" Tebak temanku.
"Ya begitulah. Kau mau ikut?" Tanyaku ulang.
"Boleh."
"Seperti biasa, jalan kaki"
"Iya, iya jalan kaki. Sambil olahraga" Dengan wajah lemas

***

Oiya, Vira kan mau cari cerita timun emas. Vira cari di perpustakaan atau di internet?. Sebentar lagi, halte berikutnya di dekat perpustakaan pusat kota. Apa lebih baik Vira cari di perpustakaan?. Tapi, Vira capek sekali.

Sudahlah cari di perpustakaan saja, lagi pula Vira sudah lama tidak ke sana.

***
Di perpustakaan

Sebagian besar orang, mencari buku di perpustakaan merupakan sala satu masalah yang membuang waktu cukup banyak.
Mencari buku di perpustakaan bukanlah hal yang mudah. Kita bisa menghabiskan waktu bermenit-menit bahkan berjam-jam, untuk mencari buku yang kita cari.

Tapi, aku juga memiliki masalah lain. Karena tubuhku pendek, tidak mudah untuk mengambil buku yang berada di rak atas. Aku harus meminta bantuan kepada seseorang untuk mengambilkan buku yang ingin aku baca.

Kenapa buku cerita rakyat ada di rak paling atas. Jadi, susah ambilnya. Apalagi tidak ada orang di sekitar ku.

***

"Fariz...kau kuat juga ya... apalagi sekarang hari panas" Kata Raka gos-gosan.
"Segitu saja sudah capek" Aku pun pergi meninggalkan Raka
"Hai, tunggu aku" Raka pun menyusul ku dari belakang.

***

"Hai, Vira" Sahut Ina dari belakang.
"Oh, hai juga Ina"
"Vira juga datang kesini ya. Lagi cari buku apa?" Tanya Ina penasaran.
"Ah, iya. Vira lagi mau ambil buku cerita Timun Emas tapi karena buku nya di rak paling atas, Vira jadi susah ambil bukunya." Sambil menunjuk buku yang ku maksud.
"Untuk apa? Kan Vira sudah pernah baca buku Timun Emas"
"Iya sih. Tapi Vira di suruh cari cerita Timun Emas. Lagi pula Vira sudah 5 tahun tidak membaca cerita Timun Emas. Jadinya, sudah agak lupa ceritanya. Hehe..."

"Oke. Mau aku ambilkan bukunya?" Tawar Ina.
"Boleh" kata ku bersemangat.

***

"Raka, kau baca buku apa?" Tanya ku kepada Raka, yang lagi asik membaca bukunya di meja paling ujung.

Aku pun menghampiri nya. Melihat sampul depan buku yang dibaca Raka.
Setelah aku lihat. Buku yang sedang Raka baca adalah...

"Raka ini kan...!"

Harapan Yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang