ToD 1

34.6K 3.9K 268
                                    

"Kak... ada temennya datang ini." Tidurku terusik karena gedoran pintu kamar. Aku sedikit ngulet guna meregangkan otot tubuhku. Lalu, duduk di atas ranjang dan menatap lurus jam di dinding. Pukul sembilan, masih terlalu pagi untuk bangun hari libur nasional, kan?

Aku berjalan mendekati pintu sambil sesekali mengucek mataku, "siapa, Ma? Kakak perasaan nggak ada janji sama siapa-siapa," tanyaku saat menemukan Mama berdiri di depan pintu kamarku.

"Tuh!" Aku mengikuti arah telunjuk Mama. Di sana berdiri sesosok pria jangkung yang bersender pada bufet samping kamarku.

Aku sedikit terkejut mendapati Zhio berada di rumahku sepagi ini lengkap dengan pakaiannya yang sudah rapi. Mama lalu berpamitan kembali ke dapur meninggalkan aku dan Zhio.

"Lah, Zhio. Ada apa?" tanyaku.

Dia berjalan ke arahku sambil menahan senyum. Tatapannya seperti hendak mengulitiku, tajam. Aku memang masih mengenakan daster minionsku, lengkap dengan sendal tidur berwarna kuning.

"Jalan, yuk?"

"Nggak mau, gue mau tidur aja seharian ini."

"Sayang banget libur gini cuma dipakai tidur, aku bawa mobil, nanti kamu bisa lanjut tidur selama perjalanan."

Aku? Kamu? "Njir... Yo, geli kuping gue. Denger lo nyebut aku kamu."

Dia merangkul kepalaku, nasib banget jadi cewek pendek.

"Sama pacar harus yang romantis dong," jawabnya di atas kepalanya. "Aku tunggu ya."

"Apaan sih, Yo? Yang selamem cuma permainan, kan?"

"Terserah kamu anggap gimana. Yang jelas kamu pacarku sekarang." Dia melepaskan tangannya, berjalan ke luar, "kamu lucu pakai daster itu, berasa ngapelin anak SD."

"Sialaaaaan...." kulempar sendal tidurku tapi tak mengenai sasaran.

Zhio mengambil sendal tersebut. "36, ya? Nyarinya di rak sepatu ukuran anak-anak ini." Tawa Zhio menggema, mengisi ruangan depan kamarku yang memang tak luas. Zhio terlihat amat bahagia hanya karena ukuran sendalku.

Aku berjalan ke arahnya, kuserobot sendal tersebut. "Au... bodo amat." Aku mendengus, berbalik namun Zhio berhasil meraupkan tangannya di wajahku terlebih dahulu sebelum kembali tertawa.

30 menit kemudian aku sudah duduk cantik di jok Toyota Avanza miliknya. Namanya juga tahun baru, jalanan pasti macet. Emang dasar kurang kerjaan. Ini bukannya menikmati liburan malah membuat puyeng aja.

Kulirik Zhio yang duduk di bangku kemudi, tubuhnya terbalut kaos hitam polos, celana jeans, dan kacamata hitam. Kenapa baru kusadari kalau Zhio ini memiliki bibit jadi playboy, ya? Ke mana saja aku selama ini. Kenal dari jaman penjajahan baru kali ini kuteliti dengan seksama lelaki ini.

"Yo... punya mantan berapa lo?"

"Satu."

Hah? "Yakin? Bohong dosa tau," sungutku tak percaya.

"Seribu rius malah. Aku memang baru pacaran sekali," jawabnya tenang.

"Berapa tahun pacaran?"

"Hampir tujuh tahun."

"Njiiiir... itu pacaran apa KPR rumah, sih? Kalau nyicil mobil udah lunas itu."

"Nggak tau. Awalnya santai, eh, tiba-tiba udah enam tahun aja. Nggak terasa ya waktu segitu. Buat nyicil motor udah dapet berapa ya."

"Dan putus cuma masalah materi?"

Dia mengangguk, "ada banyak hal yang nggak bisa disebutkan juga. Ya, mungkin emang udah nggak jodoh aja kali."

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang