ToD 7 - Zhio

26.1K 3.5K 221
                                    

Minggu pagi yang mendung. Pukul sepuluh pagi dan mobil gue sudah terjebak di padatnya jalanan ibu kota. Jika orang lain memanfaatkan weekend untuk beristirahat atau sekedar berbagi tawa dengan keluarga, gue lebih suka jalan-jalan. Jalan-jalan tanpa arah dan tujuan. Sekedar buang bensin dan tenaga. Seperti yang gue lakukan sekarang.

Laju mobil mulai memelan saat menyadari keberadaan gue sekarang. Gue berada di komplek perumahan Rizka, mobil gue berhenti tepat beberapa rumah dari rumah Rizka. Sebenarnya tadi gue nggak berniat buat nyatronin rumah Rizka, cuma nggak tahu saja tanpa sadar mobil gue berjalan sendiri ke sini.

Selang berapa waktu gue berpikir kenapa sampai di tempat ini, akhirnya gue putuskan untuk putar balik. Belum sempat gue merealisasikan niat gue, terlihat pintu gerbang rumah Rizka terbuka. Mata gue dengan otomatis terfokus pada siapa yang keluar dari sana. Rizka terlihat berjalan menuju pertigaan, awalnya gue hanya diam tapi saat menemukan Rizka celingukan sana sini, kaki gue dengan nggak terprogam menginjak pedal gas mengikuti Rizka.

Rizka berjalan menuju jalan raya. Dengan tas ransel mungil di punggungnya. Yang membuat gue heran. Tumben sekali dia nggak membawa mobil atau motornya dan memilih jalan kaki.

Saat tiba dipersimpangan, mobil Toyota Rush berhenti di hadapan Rizka. Rizka menengok sekilas, kemudian langsung masuk ke kursi penumpang. Dan mobil pun melaju meninggalkan komplek.

Gue yang sejak pagi merasa aneh dengan diri gue sendiri ikut menginjak pedal gas, mengikuti ke mana mobil tersebut. Mobil melaju menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Setelah tiba di basemant, Rizka turun  diikuti seseorang yang juga turun dari mobil.

Anjrit, ternyata itu Restu.

Gue ikut turun dari mobil. Berjalan dengan jarak yang memungkinkan mereka nggak menyadari keberadaan gue dan mereka tetap terlihat sama jarak pandang gue.

Rizka dan Restu berjalan beriringan sambil bersenda gurau. Sesekali Rizka memukul lengan Restu, gantian Restu mengusap rambut Rizka. Kemudian keduanya tertawa. Entah menertawakan apa. Tawa yang tiba-tiba membuat gue panas. Tawa yang mengejek harga diri gue.

Dan, gue nggak tahu gue kenapa.

Mereka masuk ke dalam restoran seafood. Gue ikut masuk, duduk di ujung jendela. Memesan makanan sambil sesekali melirik interaksi Rizka dan Restu. Rizka yang berbicara dengan mulut penuh, Kemudian tertawa bersama. Lalu berceloteh kembali, kemudian tertawa kembali.

Rizka sama Restu punya hubungan apa? Mungkin mereka sudah pacaran?

Saat sedang asik makan. Restu terlihat mengangkat telepon, berbicara sebentar, lalu berdiri dari tempat duduknya. Meninggalkan Rizka seorang diri.

Wah... parah. Cowok macam apa dia?

Rizka terlihat memberesi makannya, keluar dari tempat makan. Gue pun bergegas menyelesaikan makan, sayang makanan mahal kalau langsung ditinggal. Setelah membayar, gue mengikuti Rizka masuk toko buku.

Rizka berdiri di antara tumpukan novel. Novel romansa. Gue tahu karena selama sepuluh hari kami bersama, sudah dua kali gue nganter dia ke toko buku ini. Jadi, sedikit banyak gue hapal sama kesukaan dia.

Selama gue pacaran dengan Thalita, mana pernah gue masuk toko buku. Toko baju yang sering banget. Namun, beda dengan Rizka. Dia diajak nongkrong di toko buku, ndeprok di pojok sambil baca novel yang bungkusnya sudah di buka saja cukup.

Dan, itu rasanya beda.

---

Rintik hujan sudah mulai membasahi tanah saat mobil gue keluar dari parkiran. Melajukan mobil secara perlahan, gue mencari keberadaan Rizka. Setelah bergelung dengan beberapa novel,  Rizka memutuskan pulang tapi dia lewat depan. Sementara, gue harus menuju parkiran mobil.

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang