ToD 4 - Zhio

24.2K 3.7K 113
                                    

Setelah kepergian taksi dari pandangan gue. Gue langsung menuju parkiran mobil. Berjalan lurus sambil terus menghubungi ponsel Rizka tapi tak ada jawaban sama sekali.

"Yo..."

Panggilan itu membuat gue yang hampir berbelok menuju mobil berhenti. Gue lihat Kila berjalan sedikit tergesa-gesa.

"Anterin gue balik. Mobil gue di bengkel."

"Lo nggak suruh nganter si Afif?" Menurut gosip yang santer beredar di divisi gue, mahkluk cantik satu ini lagi dekat sama Afif, anak baru pemilik Fortuner yang langsung jadi sorotan.

Kila masuk dalam mobil. Padahal belum dapat persetujuan dari gue. Dasar manusia kampret. "Gara-gara mantan lo, dia ngomong sama Afif kalau gue kemarin jalan sama Rico. Gagal pulang naik Fortuner. Tapi Avanza juga nggak apa-apa, kan?" jawabnya sambil cengengesan.

Perempuan dan sifat irinya.

"Tapi mobil lo aman, kan?" tanyanya kembali.

"Boleh dicoba, Kil," jawab gue jumawa.

"Kalau gagal, dapet ganti rugi nggak?"

Gue nggak berniat menjawab lagi pertanyaan Kila dan memilih melajukan mobil. Meski harus menahan emosi karena macet yang nggak kunjung terurai. Gini ni kalau balik pas jam kantor. Pasti jalanan penuh. Jadi, pengin kasih sayap di mobil gue.

"Eh... ini bukannya Iphone si Rizka, ya?"

Eh? Gue melongok pada Kila. Benar. Iphone 5s dengan casing berwarna biru dan motif bunga di belakangnya.

Pantas saja dari tadi gue hubungi nggak nyaut sama sekali. Ternyata ponselnya ketinggal di mobil gue.

"Anjay! Wallpapernya foto lo, kan? Ini foto lo, kan?" umpatan Kila sambil menghadapkan ponsel Rizka ke arah gue.

Hah? Rizka dapat foto gue dari mana? Gue lagi tiduran di meja tapi mata gue posisi melek. Lah, kok gue nggak sadar.

"Jadi, Yo... bisa lo jelaskan maksud 'Hehe' lo di chat beberapa hari lalu dan foto lo yang jadi wallpaper Iphonenya si Rizka!"

Kila menatap gue dengan pandangan menghunus. "Jadi, liliput yang gue denger dari anak-anak itu Rizka?"

Apa? Liliput?

"Njir, siapa yang ngatain liliput? Rizka nggak sependek itu."

"Rizka memang nggak sependek itu, tinggi lo aja yang kurang manusiawi buat cewek dibawah 155 sentimeter. Jadi?"

"Iya, gue pacaran sama Rizka. Tapi barusan gue diputusin."

Kila tertawa terbahak. Benar-benar tanpa beban. "HAHAHA kok bisa lo pacaran sama Rizka? Bukannya lo masih suka nganterin Lita setelah putus?"

Kila tahu?

"Gue nggak tahu lo kenapa sama Rizka sekarang, kalaupun kalian harus putus. Gue nggak masalah asal nggak merusak pertemanan kita. Rizka juga mungkin lagi mewek sekarang. Cuma, Yo, kalau lo masih maju mundur nggak jelas gini. Jangan salahkan gue kalau barang lo tiba-tiba masuk gergaji dan nggak bisa maju mundur cantik lagi."

Anjrit ngilu. Omongannya!

Kila turun di depan gedung apartemennya, wanita itu bahkan memukul kepala gue. Gue pun masih sempat mengucapkan terima kasih. Ya, setidaknya gue nggak jenuh banget.

---

"Lah, nggak bareng Kak Rizka, A'?" tanya Adnan saat dia membukakan pintu rumahnya.

"Gue ada urusan dulu, Nan."

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang