Harris's POV
.
.
.
Hari ini aku mengabari maggie lagi untuk menanyakan keputusannya karena ia mengatakan bahwa dia butuh waktu satu hari dan ia harus menepati kata - katanya. Ia bilang, pukul 3 nanti aku harus menemuinya disebuah restaurant didekat bigben, itu artinya aku harus datang ke restaurant "The red lion" karena restaurant itu adalah restaurant terdekat dari bigben.
.
.
.
3 pm
.
Aku sudah menunggu maggie selama 48 menit namun ia tak muncul walaupun hanya menunjukkan sedikit saja helaian rambut indahnya. Maksudku, kenapa aku jadi memujinya ? Oh, tidak. Aku tidak suka hal seperti ini, dia tidak disipilin, dia terlambat. Aku menelfonnya namun ia tak mengangkatnya. Akupun mencoba mengiriminya pesan namun ia tak membalasnya.4:56 pm
.
Maggie benar - benar menyebalkan. Aku hampir 2 jam menunggunya namun ia sama sekali tak datang dan tak memberiku kabar apapun. Rasanya aku ingin pulang saja, tapi tidak. Aku harus menunggunya, aku benar - benar menunggu keputusannya. Tak lama kemudian hujan lebat turun dikota pusat mode dunia terbesar di uni eropa ini. Bukan hanyan hujan, namun badai besar juga mengikuti. Aku khawatir pada maggie, dia pasti kehujanan diluar sana. Ah tidak mungkin, dia kan naik mobil. Tapi bagaimana jika dia tidak dapat melihat jalanan dengan jelas ? Diluar sangat berkabut dan gelap. Aku menghubunginya sekali lagi, namun dia tidak mengangkatnya. Oh, astaga wanita ini benar - benar membuatku cemas dengan segala pikiran buruk dikepalaku.
.
5:23 pm
.
Aku melihat mobil abu - abunya terparkir diluar restaurant ini. Dia datang !. Dia keluar dari mobilnya dengan mengelurkan payung hitam lalu membukanya terlebih dulu kemudian ia pakai untuk melindunginya dari hujan badai. Ia masuk kedalam restaurant dengan kaki jenjangnya yang putih, ramping, dan mulus. Tubuhnya yang ramping, tinggi bak seorang model papan atas. Dia tersenyum saat mendapati ku duduk sendirian dibangku paling pojok. Dia menghampiriku dan duduk dihadapanku. Mini dressnya sedikit basah, mungkin terkena hujan saat dia mau masuk kedalam sini.
"Maaf membuatmu menungg-" aku memotong pembicaraannya "kau telat hampir 3 jam. Kau tidak disiplin, kau tidak mengangkat telfonku bahkan membalas pesanku. Dan ya kau mengingkari kata - katamu sendiri" ucapku padanya sambil melihat jam tanganku. Kini dia menganga dan menatapku. "Maaf, sebenarnya tadi aku ingin berangkat kemari. Tapi tiba - tiba temanku menelfonku dan mengajakku untuk pergi ke kedai ice cream jadi, aku ikut dengan mereka. Aku juga lupa bahwa awalnya aku berjanji pada temanku untuk pergi ke kedai ice cream pukul 3pm hari ini dan kemarin saat aku -" aku memotong perkataannya, lagi. "Baiklah apapun itu alasanmu kau tetap terlambat selama hampir 3 jam. And i don't like it" ucapku. Dia memanyunkan bibirnya, wajahnya sangat lucu ketika dia sedang begitu. "Baiklah, aku siap kau marahi" ucapnya dengan wajah manyunnya.
"Tidak, aku tidak akan memarahimu mag. Aku rela menunggu selama hampir 3 jam disini, kedinginan bahkan kelelahan hanya demi mengetahui apa keputusanmu atas tawaranku kemarin" jelasku. "Jadi bagaimana ?" lanjutku menatapnya dalam - dalam.
"Umm.. Aku rasa, karena bidangku sewaktu kuliah memang perkantoran dan kebetulan kau menawarkanku di bidang perkantoran jadi aku .." ah sial dia memutus perkataannya. "Jadi kau mau ?" tanyaku dan dia mengangguk mantap. "Terima kasih mag ! Terima kasih !" ucapku padanya dan tanpa kusadari tanganku menggenggam tangannya. "Eng.. Maaf" aku melepaskan genggamanku. "Tapi harris, beri aku waktu satu hari lagi" ucapnya. "Tapi untuk apa lagi mag ? Kau sudah memutuskannya bukan ?" tanyaku.
"Umm.. Iya.. Tapi aku butuh waktu satu hari untuk bicara pada gerald bahwa aku akan keluar dari restaurantnya karena aku telah mendapatkan pekerjaan baru" jelasnya dengan suara lembut khas nya. Aku mengangguk lantas berkata "baiklah" padanya. Dia tersenyum lebar "jadi, aku akan mulai bekerja besok lusa. Bagaimana ?" tanyanya dengan senyuman yang merkah di wajah imutnya. "Iya, ah dan jangan lupa kau harus membawa laptop. Kau punya itu kan ?" tanyaku, "jelas aku punya. Aku akan membawanya tapi untuk apa ?" tanyanya. "Untukmu sendiri bodoh ! Dikantor sudah kehabisan komputer sehingga hal ini mengharuskan kau untuk membawa laptopmu sendiri. Mengerti ?" jelasku padanya dan oh, astaga lihat dia. Dia cemberut mendengar penjelasanku "bisakah kau berhenti memanggilku bodoh ?" tanyanya dengan wajah cemberutnya. "Bisa" jawabku. "Lalu mengapa kau terus - terusan memanggil bodoh huh ?" tanyanya, lagi. "Saat kau sudah tidak lagi bodoh" jawabku menyeringai. Dia nampak kesal.
.
.
.
Maggie's Pov.
.
.
.
Hari ini, aku akan pergi ke restaurant gerald untuk menyerahkan surat pengunduran diri. Aku merasa sebaiknya aku bekerja di kantor milik harris karena aku yakin upah nya jauh lebih tinggi, dan aku butuh itu untuk membeli rumah bagi ibu dan adikku. Hari ini aku tidak memakai seragam kerjaku karena aku mencuci nya kemarin dan akan mengembalikannya pada gerald. Aku hanya memakai skinny jeans berwarna biru tua dan singlet putih serta hem bercorak kotak - kotak. Tak lupa sepatu converse hitam dan dandanan ku seperti biasa, bedanya hanya hari ini aku menguncir rambut ikal ku."Gerald ?" aku membuka pintu nya perlahan. Aku mendapati gerald sedang menelfon seseorang dan aku masuk saja lalu duduk di sofa. Setelah beberapa menit menunggu akhinya dia bicara padaku. "Ada apa mag ? Kenapa kau tidak memakai seragammu ?" tanyanya bertubi - tubi. "Umm.. Eng..." aku gugup ingin bicara pada gerald tapi, aku harus mengatakannya. "Aku -- aku ingin mengundurkan diri ger" ucapku seraya memberikan surat pengunduran diriku padanya. "Apa mag ? Tapi, kenapa ?" tanyanya dengan wajah memelas. "Umm.. Begini ger, kau tahu bukan aku ingin sekali cepat - cepat membeli rumah untuk ibu dan adikku agar mereka dan aku tidak menyusahkan kakekku lagi ? Aku, telah mendapat pekerjaan di bidang perkantoran ger. Sebagai sekertaris, dan aku pikir kenapa tidak karena aku juga kuliah di bidang perkantoran jadi, kuterima saja" jelasku pada gerald tapi dia hanya diam dan mengaitkan jemarinya diatas meja. "Gerald ? Apa kau mendengarku ?" dia tersadar dari lamunannya. "Mag, katakan padaku apa ada yang kurang ajar padamu disini ? Atau mungkin upahmu kurang besar ?" tanyanya sambil memegang pergelangan tanganku. Aku bingung bagaimana cara menjelaskannya ? Disatu sisi aku ingin sekali menjadi sekertaris harris karena aku yakin hanya bekerja selama 4 bulan disana aku sudah bisa membelikan rumah yang layak untuk adik dan ibuku. Namun, disisi lain aku tidak ingin menyinggung perasaan gerald. Tapi, aku harus mengatakan yang sejujurnya. Aku harus mengatakan apa yang aku mau, bukan apa yang aku kasihani. "Tidak ger, tidak ada yang kurang ajar padaku disini, mereka semua baik. Dan soal upah, aku sama sekali tidak mempermasalahkannya ger, aku hanya menjalankan kata hatiku, aku ingin yang aku mau bukan yang aku paksa. Kau mengerti aku bukan ? Kita sudah berteman selama 16 tahun bukan ? Kau pasti mengerti aku ger" jelasku padanya. "Baiklah mag, jika ini yang terbaik untukmu. Aku akan mendukungmu." ucapnya dengan senyuman. Tapi aku tahu betul, senyuman itu bukan senyuman tulus melainkan terpaksa. Aku mengenalmu, ger.
Malam ini aku memutuskan menghubungi harris untuk mengetahui apa saja yang harus kulakukan saat bekerja disana besok.
Messages to men of a hell : "hi"
Messages from men of a hell : "ada apa ?"
Messages to men of a hell : "bisakah lebih hangat ? Aku akan menjadi sekertarismu besok jika kau menyebalkan aku akan memukul kepalamu dengan heelsku"
Messages from men of a hell : "terserah apa katamu, aku sedang sibuk bisakah kau bicarakan apa yang kau mau sekarang ?"
Messages to men of a hell : "huh.. Baiklah. Aku hanya ingin bertanya apa saja yang akan kulakukan besok ?"
Messages from men of a hell : "akan kuberitahu besok"
Messages to men of a hell : "baiklah, terima kasih"
Messages from men of a hell : " ya"
Dia benar - benar menyebalkan, tak salah aku memberinya nama 'men of a hell'. Jawabnya saja dingin dan singkat - singkat. Ah, kenapa aku sangat memperdulikannya ?. Terserah apa maunya, aku akan mempersiapkan peralatan serta pakaian kerjaku untuk esok.
Hari ini, aku sah menjadi sekertaris. Aku berangkat mengendarai mobilku dan berpamitan dengan ibu, kakek, dan adikku. Hari ini aku memakai mini dress berwarna hitam dengan lengan 3/4 bercorak bunga - bunga kecil serta memakai heels hitam dan tidak terlalu tinggi mungkin sekitar 5cm saja karena aku juga bukan pecinta heels melainkan pecinta kets. Tak lupa dandananku seperti biasa memakai bedak, lipstick, dan aku menambahkan mascara serta eyeliner dan rambutku sengaja ku gerai.
"Selamat pagi" aku mendatangi bagian reseptionist untuk menanyakan dimana ruangan direktur.
.
.
.Maaf yaaa pendekk lagi buntu hehee 😶😋😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAVORITE MONSTER ( Harris J & Maggie crankline )
Fanfictionsesuatu yang tidak bisa disangka, namanya cinta. benci bisa dirubah menjadi cinta, tetapi cinta susah untuk dirubah menjadi benci. dan itu terjadi pada seorang direktur muda Harris J yang galaknya minta ampun bisa menikahi seorang maggie crankline y...