Hening di dalam gaduh, di sela serpihan dari sesuatu yang utuh, sajakku mencari tempat berpulang. Meski banyak bulan penghujan di kota ini, sajakku hanya luruh bersama sisa rintik gerimis pertengahan Februari. Rintik yang menawarkan rasa rumah, menjemput kata-katamu yang rindu pulang. Itu saja cukup, tak ada yang lebih indah selain kau temukan rasa rumah, bukan?
Kunikmati dingin gerimis di bulan Februari. Aku menengadah, lalu kulempar banyak sekali doa . Titik di akhir kata ini tanda aku mulai mengerti : rumah dalam sepasang bola mata itu kini jadi tempat sajakku berpulang.
Untuk yang mengaku dirinya titisan cenayang
(Kalo titisan cenayang berarti ngerti lah ya maksud kata- kata yang di atas itu apa wkwk)
22.36 WIB

KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd
KurzgeschichtenSajak, cerpen, atau sekedar curhat ngalor-ngidul. Karena pekerjaan penulis adalah menulis :-)