SESUATU DI TENGAH MALAM

47 6 6
                                    


Angin malam menerpa deras dari jendela yang terbuka, menghentak-hentakkan daun jendelanya ke dinding batu hingga menimbulkan bunyi berderak. Lonceng angin yang dahulu dipasang Amber di tengah-tengah bingkai jendela untuk mengusir roh jahat, berdenting berkali-kali. Gadis itu bolak-balik dengan gelisah dalam tidurnya, menggumamkan kata-kata tak jelas yang hanya serupa igauan. Segumpal asap tipis melayang melalui ambang jendela, berhenti tepat di atas kaki ranjang. Selang beberapa lama kemudian asap tipis itu menebal, warna putihnya menjadi semakin pekat dan membentuk sesosok wujud yang menatap tak berkedip ke seberang ranjang.

Amber bergelung, terus bergumam. Suara-suara timbul tenggelam dalam benaknya seolah datang dari tempat yang jauh. Silih berganti fragmen bermunculan, berpindah dengan cepat dari satu peristiwa ke peristiwa lain.

"Maaf, Mrs.Strickorse, kami memohon pengertian Anda. Anak-anak ketakutan. Para orangtua murid mengancam akan memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain kalau Amber masih di sini."

"Dasar, anak sial! Pergi sana, jangan main sama kami!"

"Tom ketabrak mobil gara-gara omongan kamu. Sue Ellen jatuh dari pohon, James giginya patah, Kelly sakit cacar, semua juga karena kamu. Besok siapa lagi yang mau kamu buat celaka?!"

"Apa kita harus pindah sekolah lagi, Am? Aku capek. Kamu, sih, aneh. Aku jadi kena batunya."

"Aku dapat promosi untuk memegang cabang perusahaan di Dallas. Pindah rumah sepertinya akan memberi suasana yang baik untuk Amber. Semoga anak itu tak bikin ulah di sana."

Kilasan cerita itu terpampang di depan mata Amber layaknya film dokumenter yang diputar di layar proyektor. Lalu tiba-tiba gelap. Film berhenti diputar. Amber tahu-tahu telah berada di tengah jalan Walnut Hill, lintasan panjang dengan jalur berbukit-bukit yang membelah kota Blind Hollow.

Sebuah mobil datang dengan kecepatan tinggi ke arah Amber. Ia tak bisa bergerak, kedua kakinya seolah dipantek ke aspal hitam. Cahaya lampu mobil di kejauhan semakin terang menyilaukan mata seiring semakin dekatnya laju mobil. Amber mengangkat kedua tangannya dalam usaha yang sia-sia untuk mencoba menghindari maut yang sudah di ambang mata. Jaguar biru tua meluncur deras, tapi tak menabrak Amber melainkan terus menembus tubuh gadis itu. Detik berikut, ia mendengar teriakan dan suara benturan di belakang tubuhnya.

Amber terbangun dengan tubuh berkubang keringat.

"Apa ... apa itu tadi?" desisnya tersengal-sengal berlomba dengan degup jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

Cahaya bulan purnama menelisik masuk melalui jendela yang terpentang lebar, menciptakan siluet hitam memanjang dari ambang jendela yang tersiram pantulannya. Amber duduk di keremangan kamarnya selama beberapa waktu ketika kemudian tersadar, ia tak sedang berada di ranjangnya yang empuk melainkan di atas sofa.

Kepala Amber terasa berat, tenggorokannya sangat kering. Dengan mata masih mengantuk, gadis itu tersaruk-saruk menuju nakas di samping ranjang. Ia meraih segelas air yang selalu tersedia di sana dan menandaskannya dalam beberapa detik. Baru saja ia akan merangkak ke atas ranjang dan mencoba tidur kembali, ketika ....

"Aahhh ... shit!" Amber melempar sebuah bantal ke arah sesosok hitam yang duduk di kaki ranjang, "jangan pernah muncul tiba-tiba dan mengagetkan aku seperti itu!" Ia mengumpat sambil merendahkan suara, khawatir apabila orangtuanya terjaga bila mendengarnya berteriak. Jantungnya hampir melorot karena penampakan yang tiba-tiba tersebut.

"Kau yang memintaku datang, bukan?"

Sosok itu berdiri di keremangan. Seberkas cahaya rembulan menembus wajah dan tubuhnya. Bantal yang tadi dilempar Amber, dilemparnya balik ke gadis itu yang lalu membuangnya jauh hingga membentur kaki sofa.

I WATCH YOU WHILE YOU'RE DRIVINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang