"Akhirnyaaa ...!"
Gracie bersorak. Setelah mencoba beratus kali, akhirnya ia bisa duduk dengan sukses di atas sebuah peti kayu besar. Derrick menyusul setelahnya. Si pirang itu dan ketiga kawannya berada di suatu gudang pertanian yang terletak di tengah ladang jagung. Gudang itu sepertinya sudah tak digunakan, mengingat tak tampak seorang pun pekerja dan kondisi di tempat tersebut juga tak terurus, penuh sarang laba-laba di sana-sini.
"Nggak nyangka, jadi hantu bisa sebegini repotnya. Bayangkan, baru hari ini aku bisa duduk. Untung aku bukan manusia. Sebab kalau iya, pasti aku sudah kram karena berdiri terlalu lama," celetuk Derrick konyol, dibalas tawa miris teman-temannya.
Sejak pergi dari pemakaman Beckenham tiga hari lalu, baru hari ini Derrick dan Gracie bisa duduk di atas benda padat tanpa takut jatuh karena menembusnya. Mandy dan Gregory sudah berhasil melakukannya kemarin.
"Hei, lihat aku!"
Mandy berteriak dari bagian atas gudang yang merupakan mezanin, yaitu ruang tambahan antara plafon dan lantai dasar. Ia menggoyang-goyang kedua kakinya dengan bersemangat di tepi lantai kayu pada bagian yang tidak berpagar. Tak tampak kesedihan di gurat wajahnya seperti beberapa hari lalu. Semua temannya memerhatikan saat gadis itu tiba-tiba menghilang dan dalam sekedipan mata terlihat nangkring di anak tangga terbawah, lalu hilang lagi dan muncul di depan teman-temannya.
"Pameerr ...," ledek Derrick. Gracie dan Gregory tertawa-tawa.
Awalnya tak sengaja. Gracie yang lebih dulu mengajukan pertanyaan, kenapa sebagai hantu mereka masih berjalan layaknya orang normal walaupun dengan cara mengambang—sekilas terlihat seperti kaki-kaki mereka menyentuh tanah, tapi bila diamati lebih dekat, mereka semua melayang beberapa inci di atas tanah. Ia kesal, karena tak sanggup menyusul langkah kaki Gregory yang panjang-panjang saat keluar dari area pemakaman Beckenham.
"Pasti ada caranya, kan? Lihat aja di film-film Freddy Krueger. Dia bisa tahu-tahu nongol di depan batang hidung orang yang mau dibunuhnya dalam mimpi."
Gracie berhenti membuntuti Gregory, lalu dengan sebal menyepak kaleng cola yang teronggok di dekat kakinya. Kaleng itu mental, mendarat di belakang kepala Derrick.
"What the hell!" Derrick berbalik cepat. "Eh, kamu kok bisa nendang kaleng itu?!"
Derrick yang semula mau marah menatap Gracie keheranan, sambil mengelus-elus bagian belakang kepalanya. Sebagai hantu tentu saja ia tak merasa sakit, cuma kaget saja karena tiba-tiba ada benda melayang melabrak kepalanya.
Dalam hati, Derrick mencatat beberapa hal yang mendadak mengganggu pikirannya, yaitu soal ia yang masih bisa terkejut dan hampir marah tadi, Mandy yang sedih, Gracie yang kesal, Gregory yang sepertinya memiliki gabungan dari semua perasaan tersebut. Semua keanehan itu disimpannya baik-baik. Sebagai hantu, dirinya merasa heran, mengapa ia dan kawan-kawannya masih memiliki sifat-sifat manusia.
"Sama. Aku juga heran. Kok, bisa ya?"
"Hah? Ehh, apa?" Derrick gelagapan.
"Aku juga heran, kenapa bisa bikin kaleng itu melayang." Gracie berjalan ke arah cowok kurus itu sambil mengulangi perkataannya. Diam-diam Derrick mengembus napas—walau memang iya, hantu tidak bernapas, hanya melakukan tindakan seolah-olah sedang mengembuskan napas—karena tadi ia sempat mengira kalau Gracie bisa membaca pikirannya. Kalau begitu, bisa bertambah lagi daftar keanehan yang mesti diingatnya baik-baik.
"Coba kamu ulangi lagi." Mandy memberi isyarat dengan dagunya ke arah kaleng cola yang tergeletak di ujung kaki Derrick.
"Tapi bagaimana caranya? Tadi, kan, hanya kebetulan." Gracie bersungut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WATCH YOU WHILE YOU'RE DRIVING
ParanormalnePeristiwa-peristiwa buruk bisa menimpamu kapan saja, di mana saja, termasuk di jalanan. Apalagi bila kau mengabaikan peringatan yang sudah disampaikan.