Drama Kehidupan Minho

88 7 0
                                    

Miran's POV

"Pulanglah..."

"Oppa mengusirku?" aku mendongak, dan Choi Minho dengan santainya menginstruksikan hal tersebut setelah aku selesai menceritakan semua yang terjadi. Ia bercanda ya?

Aku membatalkan kegiatanku mencicipi cupcake buatannya, "Kenapa? Kau marah dengan oppa hingga tak berniat kembali mencoba cupcake cokelat itu? Misa, maksud oppa—"

"Kenapa oppa masih saja memanggilku dengan nama itu? Namaku bukan lagi Choi Misa tapi Goo Miran. Kita sudah berbeda marga." Aku bersikeras, memotong ucapannya. "Namun kau masih berstatus adik kandungku. Begitupun dengan Miki..." Minho oppa menatapku, melembutkan tatapannya. Tapi menekan dengan argumennya.

Ya, Choi Minho adalah kakak kandung laki-lakiku. Karena masalah keluarga yang pelik, aku dan dirinya harus berpisah. Mengikuti orang tua kami yang memutuskan untuk bercerai beberapa tahun lalu. Sebenarnya, aku masih mempunyai satu saudara laki-laki lagi. Kami kembar non identik, namanya Choi Miki. Namun kini Miki tengah berada diluar negeri untuk menyelesaikan "urusan hati"nya.

Minho oppa dan Miki memilih bersama appa, sedangkan aku memutuskan untuk ikut dengan umma. Maka dari itu aku berganti marga mengikuti nama marga appa tiriku saat ini.

Faktanya, ada perasaan rumit yang terpendam disini, didalam hatiku. Pada... Oppaku sendiri.

"Joohyun hyung mencintaimu, Misa."

DEG! Kenapa oppa harus menyebut nama itu?!

"Jangan menyebut nama yang tidak ingin kudengar, oppa." Ia bergeming, "Na Joohyun sangat menyayangimu, istrinya. Dan Mirin serta Haeji masih sangat membutuhkan ibu mereka."

"Oppa—"

"Pulang... Kau tidak bisa terus-terusan kabur ke rumah oppa seperti ini terus. Selesaikan masalahmu dengan suamimu langsung. Jangan hanya karena perdebatan kalian, akan memberi dampak buruk bagi Mirin. Lalu Haeji? Ia anak baik. Ia pasti sedih melihat appa dan ummanya bertengkar seperti ini."

Aku dan Minho oppa saling menatap lurus, meja makan yang membatasi kami pun jadi terasa dingin. Ruang keluarga ini pun terasa membeku. Apakah ini perwujudan dari tiap jengkal hatiku?

"Oppa, apa aku mempersulitmu? Apa aku menyusahkanmu hanya dengan bermalam hari ini saja?" Aku tahu, oppa. Aku tahu alasan yang sebenarnya.

"Bukan begitu, Misa. Hanya saja, istriku—"

Bingo, "Bilang saja kalau memang dari awal istrimu itu tidak menyukaiku datang kemari! Oppa, tidak usah berpura-pura simpati pada masalah keluargaku! Aku hanya ingin mendinginkan kepalaku sekarang dan yang terbersit hanya datang pada Minho oppa! Sudahlah, aku lelah bila harus berdebat lagi." Aku sempat memukul meja dengan keras, lantas segera beranjak menjauhi meja makan.

"Tunggu, Misa. Dengarkan oppa dulu..." Minho oppa menahan lenganku beberapa saat sebelum aku masuk ke kamar tamu, "Lepaskan aku! Aku mau tidur!"

"Kenapa kau ini sangat keras kepala?! Apa salahnya mendengar penjelasan kakakmu—"

Aku menepis tangan Minho oppa kasar , "Aku tidak mau karena aku bukan adikmu lagi!"

BRAK!

Aku membanting pintu kamar dan jatuh terduduk menyandari pintu.

Kau bodoh Mirin... Kenapa perasaan tidak masuk akal itu harus ada? Joohyun... Tetapkah kau akan bertahan di tempatmu dan terus membiarkanku untuk menyukainya seperti ini?

1991 Line (91line) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang