Perasaan Cinta Risya

114 8 10
                                    


"Nda, ayolah.. Idzinin Aish pergi ke mall bersama Risya. Ya... Bunda baik deh."
  Rencananya, hari ini Aila dan Risya akan pergi ke mall karena Risya harus membeli sesuatu sebagai hadiah ulang tahun adik sepupunya, Aleya.
  Tapi Bundanya kurang setuju. Karena Ayahnya tidak ada untuk mengantar mereka. Bundanya sangat cemas kalau Aish-nya naik taksi.

"Aish, hari ini Ayahmu sedang pergi. Jadi tidak ada yg bisa mengantar kalian pergi. Kakakmu juga sedang kuliah kan. Bunda tidak setuju kalau kamu naik taksi. Lain kali saja ya." Bundanya tetap bersikukuh tidak mengidzinkan Aish pergi

"Tapi Nda, kan Aish sudah besar. Aish bisa ko' naik taksi sendiri. Lagipula Aish naiknya nanti bareng Risya Nda. Emangnya kenapa sih Nda?"

"Aish, kamu gak liat berita di TV ya? Sekarang sedang marak-maraknya penculikan sayang. Bunda gak mau kalau kamu kenapa-napa."

"Aish tau Bunda khawatir. Tapi Aish sudah janji sama Risya Nda. Aish gak mau kalau Risya merasa kecewa. Tolong idzinin Aish Nda.. Aish janji bakal jaga diri."

"Yaudah deh. Tapi janji ya, Aish bakal jaga diri baik baik."

"Insyaallah Nda. Yaudah Aish ganti baju dulu ya Nda."

"Ya, sana ganti baju."

---

Tak lama kemudian, Aish turun dari kamarnya. Menghampiri Bundanya yg sedang merapikan meja makan.
"Nda, Aish berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum." Ucap Aish sambil mencium punggung tangan Bundanya.

"Waalaikumsalam Aish. Hati hati ya sayang."

"Iya Nda."

Aila menunggu Risya dikursi yg terletak di samping gerbang rumahnya sambil sesekali memainkan handphonenya. Risya memang sudah janji akan menjemput Aila, lalu langsung berangkat menggunakan taksi.

---

Tak lama kemudian Risya datang diantar Kakak perempuannya yg bernama Fina.

"Hati hati ya dek. Kakak pergi dulu ya.. Assalamu'alaikum." Pamit kak Fina.

"Iya kak. Waalaikumsalam." Balas Risya.

Aila tersenyum melihat keakraban mereka. Rasanya, ingin sekali Aila memiliki Kakak perempuan. Tapi Aila tetap bersyukur diberikan Kakak laki laki seperti Kak Hauzan-nya. Aila tetap termenung sampai Risya menyadarkannya.

"Aila. Kenapa sih, ko' malah melamun?"

"Eh, gak papa ko'. Yuk berangkat ntar keburu siang."

"Yaudah. Eh, taksi taksi." Ujar Risya sambil memberhentikan taksi.

Merekapun masuk ke dalam taksi lalu memberikan alamat mall yg akan mereka tuju. Kemudian taksi itu melaju.

---

Setelah mereka sampai, mereka segera turun dari taksi dan tak lupa membayar tagihan taksinya. Kemudian mereka segera pergi ke bagian boneka.
Terdapat banyak sekali jenis boneka disana. Risya kelihatan bingung untuk memilih boneka mana yg cocok untuk Aleya, adik sepupunya. Karena itu, dia meminta bantuan Aila.

"Ai, boneka yg bagus yg mana ya? Aku bingung nih."

"Aleya sukanya yg kayak apa?"

"Dia sukanya teddy bear. Tapi aku bingung mau pilih yg mana. Ada banyak pilihan nih."

"Gimana kalau yg itu?" Ucap Aila sambil menunjuk sebuah boneka teddy bear yg lumayan besar dan bertuliskan My Dear di pita yg di pegang boneka tersebut.

"Aila, Aleya itu masih berumur 4 tahun, mana dia ngerti artinya My Dear."

"Oh, kalau gitu yg itu aja. Kayaknya itu bagus deh." Tunjuk Aila pada sebuah boneka teddy berukuran sedang, berwarna kuning emas yg terlihat lucu.

"OK deh. Mbak, tolong bungkus yg itu ya."

"Siap dek." Balas mbak yg menjual boneka tersebut.

Setelah membeli bonekanya, tak sengaja Risya melihat Aldi dan Devo sedang berdiri tak jauh dari mereka sambil melihat lihat boneka.

Risya segera menarik tangan Aila menuju mereka. Entah kenapa dg Risya akhir akhir ini. Dia merasa senang saat berada didekat Aldi.
"Assalamu'alaikum Aldi, Devo." Ucap Risya dan Aila setelah menghampiri mereka.

"Waalaikumsalam." Jawab Aldi dan Devo.

"Kalian ngapain disini?. Eh, maksudku kalian lagi apa disini? Tanya Risya.

"Kami cuma liat liat aja. Eh, ini udah siang. Kami mau makan siang dulu. Gimana kalau kita makan siang bareng mereka, Al? Tanya Devo pada Aldi.

"Ayo."

Merekapun pergi kesebuah cafe diluar mall, karena suasananya yg lebih nyaman. Dan mereka memilih duduk dibagian pojok.

"Mbak, tolong kesini ya." Seru Devo pada mbak mbak pelayan.
"Kalian mau pesan apa?" Tanya Devo yg ditujukan kepada Aila dan Risya.

"Aku nasi goreng dan es jeruk saja." Ucap Risya.

"Aku sama kayak Risya." Ucap Aila.

"Kamu mau makan apa Al?" Tanya Devo pada Aldi.

"Samain kayak kamu." Jawab Aldi.

"Nasi goreng dan es jeruk 4 ya mbak."

"OK Mas, sebentar ya." Ucap mbak tersebut kemudian berlalu dari hadapan mereka.

Sekitar 15 menit kemudian, pesanan mereka sudah ada diatas meja. Merekapun segera melahap makanan mereka.

---

  Kini, Aila dan Risya sedang berada dikursi yg berada didepan cafe. Mereka sedang menunggu taksi. 10 menit berlalu tapi tidak ada taksi yg lewat. Sementara Aldi dan Devo, entah sedang berada dimana.

Lalu, sebuah mobil warna hitam milik Aldi berhenti tepat didepan Aila dan Risya.

Devo menurunkan kaca mobil dan berkata pada Aila dan Risya. "Aila, Risya, ayo kami akan mengantar kalian."

Aila dan Risya segera masuk ke dalam mobil. Tidak ada yg berani bicara di dalam mobil. Mungkin takut mengganggu Aldi yg sedang menyetir.

Mobil itu berhenti tepat didepan sebuah rumah mewah, rumahnya Aila.

"Makasih ya udah antar aku pulang." Ucap Aila pada Aldi dan Devo.

"Iya Aila, sama²." Balas Devo, karena ia tau Aldi tidak akan menjawabnya.

Mobil itu kembali melaju.

---

  Risya merasa sangat senang bisa semobil dg Aldi. Berada di dekat Aldi, seperti ada banyak kupu² yg menggelitiki perutnya. Persis seperti yg dikatakan temannya. Ya, jatuh cinta.

  "Sudah sampai." Ingat Aldi pada Risya yg melamun sejak tadi.

  "Oh, eh, em, ya te-terima kasih ya Al." Ucap Risya kemudian keluar dari mobil. Tapi memorinya tak henti-henti terfokus saat Aldi mengingatkannya.

  Sementara itu dimobil....
  Kenapa aku merasa kalau Risya itu menyukai Aldi ya.. Hati Devo terus bergumam sejak tadi.

***Bersambung***

Assalamu'alaikum, aku update nih.
Btw, makasih ya buat temanku Siska F. I.
yg udah ngasih ide ke aku tentang chapter ini.

Terus kasih aku saran dan dukungan ya, dg cara nge-vote dan comment.
Makasih udah baca.
Dan maaf, typo bertebaran
Blega, 1 Feb 2017
Mufida

Aisha Ailani ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang