Persahabatan?

113 8 2
                                    

Di kantin...

  "Risya, kamu pindah sana! Inikan bangku cowok, ngapain kamu duduk disini?" Devo segera menyuruh Risya pindah saat ia menyadari Risya duduk di bangku cowok.

  "Ya suka-suka akulah!! Memangnya kamu siapa ngatur-ngatur? Aku disini lagi nemenin Aldi makan. Ya gak Al?" Risya mencoba membela dirinya saat Devo menyuruhnya pindah.

  "Hm." Singkat, tapi mampu membuat Risya sukses mengerucutkan bibirnya.

  "Udah deh, sana pindah! Ini bangku cowok. Gak boleh ditempati cewek."  Perintah Devo.

  "Udah Dev, Sya. Kalian kenapa jadi bertengkar sih? Sya, ayo duduk sama aku disana."

  "Gak! Aku gak mau duduk sama kamu. Pokoknya aku akan tetap duduk disini. Titik!"

  "Sya, lo pindah dari sini, atau gue laporin lo ke guru karena lo langgar peraturan sekolah!" Ancam Devo.

  Aldi menatap Devo. Dia tau Devo sedang marah saat ini. Karena Devo tidak pernah menggunakan lo-gue, kecuali pada orang yang dibencinya, dan pada Aldi. Dan juga, saat dia sedang marah. Seperti saat ini.

  Bukan berarti Devo membenci Aldi, tapi karena sudah terbiasa mulai dari SD.

  Mereka sepupuan, sekolah di SD yang sama di Bandung. Tapi saat SMP, Devo ikut Ayahnya ke Jakarta dan sekolah disana. Jadi, mereka terpisah saat SMP dan berkumpul kembali di SMA BINTANG TENGAH ini.

Back to the topic,
  "Oke, aku pergi. Dan Aila, persahabatan kita PUTUS!! Aku gak mau sahabatan sama orang yang gak ngebela aku disaat aku dihina kayak gini" Dengan rasa amarah yang menguasai hatinya, Risya pergi dari kantin.

***

  Aila menyeka air matanya, tapi Aila tidak bisa menahan rasa perih di hatinya. Hilang sudah sahabat yang sangat disayanginya. Aila berlari mengejar Risya, berharap persahabatannya akan terus terjalin, menghiraukan panggilan Devo, dan tatapan cemas Aldi. Ya, Aldi mencemaskan Aila. Hal yang tidak pernah dia rasakan lagi sejak kematian Bundanya.

  "Risya tunggu."

  Aila terus mengejar Risya. Tak peduli dirinya lelah saat ini. Yang dia inginkan hanyalah bicara pada Risya. Dia tidak ingin kehilangan sahabatnya. Risya berhenti di taman sekolah yang juga membuat Aila berhenti berlari. Risya kemudian duduk di sebuah kursi panjang di pojok taman. Dia menangis. Risya tidak ingin kehilangan sahabatnya, dia tadi hanya marah. Tapi dia malu untuk meminta maaf pada Aila. Ego yang besar telah menguasai hatinya. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

  Risya tetap menangis, sampai seseorang menyentuh bahunya. Risya tau itu pasti Aila. Di satu sisi dia ingin sekali memeluk Aila dan mengatakan bahwa 'kita masih bersahabat'. Tapi di sisi lain dia marah pada Aila karena dia tadi hanya diam saja saat Devo mengusirnya dari dekat Aldi.

  Risya ingin sekali memegang lembut tangan yang berada di bahunya. Tapi egonya mengalahkan niat baiknya.

  Risya menepis tangan lembut Aila dengan kasar. "Apa lagi? Belum puas liat aku dihina sama Devo?"

  Aila terkejut akan reaksi Risya. Tapi dia kembali fokus pada tujuannya kesini. "Sya, aku minta maaf udah buat kamu marah. Tapi hiks.. aku mohon Sya, ja-hiks... jangan putuskan tali hiks.. persahabatan kita. Aku mohon Sya, aku hiks.. ingin selalu menjadi sahabat kamu."

  Risya ingin sekali ikut menangis, tapi dia malu untuk mengakuinya. "Tolong tinggalkan aku sendiri Aila. Aku gak mau bicara pada siapapun sekarang."

  "Tapi Sya, aku-"

  "Tolong tinggalkan aku sendiri!"

  "Baiklah, tapi kita akan terus bersahabat Sya. Assalamu'alaikum."

Aisha Ailani ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang