" Percayalah bahwa kenyataan itu sangat menyakitkan. Terlebih jika kamu mengetahui semuanya. Semua yang bahkan tak pernah mengingankanmu hadir dalam hidup ini. Semua yang bahkan tak pernah menyadari bahwa kamu berada di antara mereka. Semua yang bahkan merebut kebahagiaanmu, hanya untuk kepentingannya. Hiduplah dengan tenang, mengalirlah bagaikan air yang di sungai. Jangan hiraukan mereka, jadilah dirimu sendiri. Percayah bahwa kamu tak sendiri menghadapi kehidupan yang fana ini. Ada aku dan tuhan yang selalu menemanimu. Meskipun terpisah jarak sekalipun."RIVANDO POV
" Welcome back to our home ". Betapa terharunya aku melihat seluruh keluarga ku menyambut kedatangan ku dengan hangat di sini. Sudah 5 tahun aku meninggalkan rumah ini sejak kepergian ku ke korea untuk berobat.
Alasan aku kembali ke indonesia bukan hanya meneruskan bisnis ayahku, tetapi juga mencari tau sesuatu. Meskipun keadaanku sudah membaik, namun aku merasa ada hal yang masih belum ku ketahui dan harus kucari tau. Hal itulah yang membuat aku ingin kembali ke indonesia.
***********
Waktu sudah menunjukkan jam 12 malam, saatnya pesta penyambutan ku berakhir. Semua keluargaku pulang ke rumahnya masing-masing. Kedua orangtuaku pun kembali ke kamarnya. Tinggallah aku sendiri di sini. Terkadang aku merindukan kehadiran saudara dalam hidupku. Rasanya hampa jika menjadi anak tunggal.
Kulihat foto keluarga yang tergantung di ruang tamu dengan indahnya. Semua orang menunjukkan ekspresi yang bahagia seakan tidak ada beban yang dipikirkannya. Tetapi semua berbeda, sejak kepergian kakak ku. Ayah menjadi orang yang sangat terobsesi agar aku meneruskan perusahannya. Segala cara dilakukannya termasuk menjodohkanku dengan orang yang sama sekali tak kucintai. Ya ayah menjodohkanku dengan lisa, gadis cantik yang selalu mengaku sebagai pacarku. Menarik perhatian kedua orang tua ku, hingga mengajakku untuk masuk ke permainanya. Permainan yang sama sekali tidak masuk akal, yaitu perjodohan tanpa rasa cinta, dan kasih sayang. Seharuanya dari dulu kusadari bahwa dia memang iblis berwajah malaikat. Cantik, baik, lembut tetapi jika keinginannya tak terpenuhi maka dia akan melakukan hal yang tak terduga
5 tahun yang lalu tepatnya saat aku sadar dari komaku. Orang pertama yang kutemui selain orang tuaku adalah lisa. Hari-hari berlalu, lisa selalu bertindak dan mengangap dirinya sebagai kekasihku. Tetapi karena penyakitku yang tidak bisa mengingat beberapa kejadian terutama yang membuatku koma maka aku tak mau ambil pusing. Walaupun bukan sebagai sepasang kekasih aku dan lisa saling menyayangi hingga suatu hari.
FLASHBACK ON
" Vando, aku sayang sama kamu. Bukankah 2 tahun terlalu lama untukmu menyadari bahwa aku ini kekasihmu. Sebenarnya aku mau kamu menjadi pacarku bukan sahabatku. Aku yakin kamu juga pasti ngerasain hal yang sama kan denganku"
Lisa, dia sangat gila. Dengan begitu mudah dan percaya dirinya dia bilang begitu. Walaupun aku sahabatnya, tetapi tak pernah sedikitpun terbesit dipikiranku untuk menjadikannya pacarku.
" Maaf lis, tapi aku sebenarnya hanya ngangep kamu sebagai sahabat dan ngak lebih"
Kulihat matanya yang menahan air matanya agar tidak jatuh. Senyum yang tadinya mekar kini sirna seiring dengan hancurnya harapannya. Aku tidak pernah marah jika dia memaki ku atau membenciku, karena memang akulah yang salah. Menghancurkan harapnya yang selama ini diberikannya padaku. Menghncurkan kepercayaannya, bahkan menghancurkan hatinya. Namun, prinsipku tetap sama " cinta tidak dapat dipaksa walaupun aku menginginkannya"
" Kamu jahat vando. Tak bisakah kamu mencintaiku, membalas perasaanku dan bahagia bersamaku. 2 tahun aku nunggu kamu Van.... tapi kamu malah hancurin kesetiaan aku, aku benci sama kamu van.......aku benci"
" Maafin gue lis"
Untuk terakhir kalinya aku menatap matanya yang sembab. Menunjukkan betapa rapuhnya dia. Betapa hancurnya harapannya. Hanya karena laki-laki brengsek seperti aku.
FLASHBACK OFF
sejak saat itu aku tak lagi bertemu lisa. Bahkan untuk mengobrol dengannya pun terasa sangat canggung, padahal sebelumnya kami saling tertawa seaakan tak ada jarak antara kami. Tapi mulai saat itu juga aku menyadari bahwa lisa yang sekarang sangatlah berbeda. Dia semakin terobsesi padaku, hingga melakukan perjodohan ini. Aku tau semuanya, perjodohan ini adalah permainnya.
" Kak, andai kakak masih disini. Ayah mungkin ngak terobsesi kayak ini. Ayah mungkin ngak akan menjodohkanku dengan lisa demi perusahaan. Ayah mungkin ngak memaksakanku untuk berhenti kuliah sastra demi meneruskan perusahaan. Ayah mungkin sayang sama aku kayak dulu. Tapi apa itu mungkin ya kak? Kakak kan tau kalau selama ini ayah tuh ngarepin kakak untuk jadi penerus perusahaan, Tapi...... kenapa kakak malah pergi dan nyuruh aku ngantiin posisi kakak. Ngantiin semua harapan ayah yang dulu diberikannya pada kakak. Kak sekarang aku ngerasa kalau keluarga ini udah ngak kayak dulu. Ayah dan ibu yang gak sayang lagi sama aku, dan kakak yang ngak bisa lagu bela aku. Aku benci kenyataan ini kak aku benci.
********
" Kamar ini masih sama" itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutku ketika melihat kembali kamar tidurku.
Kurebahkan badanku di atas ranjangku yang berukuran king size. Kupejamkan mataku dan kemudian terlelap.
" Kamu jahat van.... kamu lupain aku gitu aja. Aku benci sama kamu van..... aku benci"
Kuhampiri gadis yang sedang menangis sambil membelakangi ku. Dengan hati-hati kusentuh pundaknya yang terlihat rapuh itu.
" Kamu jahat van..... aku benci kamu... .." kata-katanya terdengar dalam dan menunjukkan kesan rapuh. Punggungnya yang terangkat seiring dengan isakan tangisnya. Siapa dia? Apa akj megenalnya?" Kamu siapa aku ngak kenal sama kamu?"
" KAMU JAHAT VAN..... AKU BENCI KAMU.... AKU BENCI!!!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.Hy maaf ya updateny lama
Oh iya kira2 lanjut ngak ya?
Jangan lupa vote dan komen ya-_-Aku bakalan lanjut kalau yang baca udah 15
OK :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL TRUTH
Random" Katakan yang sebenarnya padaku" " Semua terlalu sulit untuk diungkapkan" " Tapi aku butuh kebenarannya" " Kau akan menyesalinya" " Ketika sebuah kebenaran membawa kepedihan bagi siapapun yang mengetahuinya" " Akankah kebenaran itu terungkap?"