Dengan rasa kesal yang membara aku melangkah meninggalkan kelas. Aku juga sempat menoleh kebelakang, melirik kearah Egi yang tersenyum bahagia melihatku berjalan seorang diri. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirnya. Namun senyuman bangga itu terlihat begitu menantang di wajahnya. Tetapi aku harus bersikap biasa saja, berlaku sebagai seorang pengecut yang tidak melawan meski harga diri direndahkan. Tentu semua itu akan menjadi ladang amal bagiku yang mampu bersabar meredam amarah.
Aku terus berjalan meninggalkan kelas menuruni anak tangga menuju kantin yang berada di ujung ruangan lantai satu. Setibanya di kantin, aku memesan semangkuk bakso untuk mengisi perut yang mulai keroncongan sejari tadi pagi belum terisi. Lalu memisahkan diri, duduk di deretan kursi panjang kerumunan murid-murid lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Seindah Mimpi
General FictionSebuah impian yang tidak nyata Seperti halnya bunga-bunga tidur • Kisah seorang anak yang ingin menentukan jalan hidup sendiri