1 - Tawuran.

362 27 6
                                    

Hidup sebagai seorang penyendiri bukanlah hal yang mudah bagi seorang Keana Kalandra. Gadis yang duduk di bangku kuliah jurusan Komunikasi ini lebih sering menghabiskan waktunya sendirian daripada harus bergaul dengan orang disekitarnya. Tidak banyak teman yang Keana miliki. Menjadi sosok misterius di kampusnya menjadikan Keana kerap kali menjadi bahan perbincangan teman-teman satu kelasnya sendiri. Tapi Keana juga sedikit bersyukur karena Ia juga memiliki sikap cuek, sehingga Ia sama sekali tidak memperdulikan obrolan teman-temannya mengenai dirinya. Keana selalu beranggapan selama mereka tidak menyakitinya secara fisik, Keana tidak merasa keberatan dengan ucapan mereka.

Menjadi seorang yang gemar menyendiri sebenarnya bukanlah keinginan Keana. Dulu, Keana adalah anak yang manis dan ceria yang sangat gemar menceritakan pengalamannya dengan teman-temannya. Namun siapa sangka, perceraian kedua orang tuanya saat Ia berusia 6 tahun membuatnya sangat terpukul dan menjadi seorang penyendiri. Tidak ada lagi celoteh tentang pengalaman menyenangkan yang keluar dari bibir mungil Keana Kalandra, yang ada hanya tangis sedih dan raut wajah datar setiap harinya. Ia lebih suka menuliskan apa yang ada di pikirannya daripada harus berbicara. Keana selalu sibuk dengan pikirannya tanpa mau mengeluarkan sepatah katapun. Perceraian kedua orang tuanya juga menjadikan Keana anak yang lebih mandiri karena Ia lebih banyak mengurus dirinya sendiri saat ibunya bekerja dan pulang larut malam.

Hidup sebagai penyendiri tidak menjadikan Keana tidak memiliki teman di hidupnya. Paling tidak, Keana memiliki seorang teman bernama Jananta Ivander Dasha atau Ata—Keana biasa memanggilnya begitu, walaupun Ata lebih suka dipanggil Jananta atau Nanta.—Memiliki Jananta dalam hidupnya membuat Keana selalu bersyukur.

Jananta. Mahasiswa semester akhir jurusan DKV ini sudah menjadi teman Keana selama empat tahun. Hampir setiap hari Ata bersama Keana setiap berangkat dan pulang kelas. Kebiasaan Ata yang selalu menunggu Keana selesai kelaspun juga menjadi pembicaraan dikalangan anak-anak fakultas Keana. Banyak yang beranggapan jika Keana hanya memanfaatkan Ata untuk mendapat tumpangan gratis setiap harinya.

Bahkan saking banyaknya orang yang membicarakan Keana,pernah suatu saat Ata langsung turun tangan dan memarahi mereka. Saat itu Ata benar-benar gerah dengan tudingan yang diucapkan anak-anak satu fakultas Keana. Toh mereka tidak tau apa-apa, 'kan, tentang Keana? Mengapa mereka harus repot-repot membicarakan orang yang bahkan tidak memiliki salah pada mereka?

Pertemuan Ata dan Keana yang tidak disengaja membuat Keana bersyukur mengenal Ata. Sedikit banyak, Ata perlahan merubah kehidupan Keana. Kedatangan Ata membuat Keana jadi memiliki tempat untuk bercerita.

- Latibule -

KEANA'S POV

5 Tahun yang lalu...

Bohong banget kalo diantara kalian, para pelajar gak nungguin yang namanya bel pulang sekolah. Semua murid pasti menunggu yang namanya bel pulang sekolah, begitupula gue. Gue selalu excited ketika jam pulang sekolah tiba. Setelah bel tanda pulang berdering, gue langsung memasukkan seluruh peralatan sekolah gue ke dalam tas dan langsung menghambur keluar kelas. Walaupun masih kelas 2 SMP, bukanlah tipe anak yang manja untuk selalu di antar jemput mama buat ke sekolah. I always doing anything by myself. Semua karena mama sibuk banting tulang sebagai single parent, tapi gue gak pernah keberatan dengan mama yang selalu sibuk dengan kerjaannya, dan pulang larut malam. Gue tau dan sadar, kalau semua keringat yang ia curahkan itu hanya demi gue.

Matahari siang sudah ada di ubun-ubun dan rasanya hampir melelehkan gue. Beberapa kali gue mengusap keringat di dahi dengan sapu tangan berwarna merah muda yang selalu mama bawakan di tas. Gue berjalan di trotoar dengan hati-hati. Karena gue sering banget tersandung jalanan berlubang atau paving trotoar yang lepas dari tempatnya.

LatibuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang