PROLOGUE

16.4K 1.2K 63
                                    

Happy reading

----------------------------------------------

Dua buah garis merah yang tertera pada sebuah benda pipih berhasil membuat seorang perempuan meluruh lemas. "Tidak... ini tidak mungkin," gumamnya yang diikuti sebulir air menetes. "Bagaimana jika dia tidak mau bertanggung jawab?" tambahnya ketakutan.

'Bagaimana kamu mengetahui jawabannya, jika memberitahunya saja, belum?' batinnya.

'Sepertinya dia tidak mau, karena tiga hari lagi acara pertunangannya akan di gelar. Sangat tidak mungkin dia memutuskan pertunangannya dengan perempuan yang nyaris sempurna untuk perempuan seperti dirimu, yang sangat biasa. Apalagi jika memutuskan menikahimu, impossible.' Batin dari sisi lain perempuan itu ikut berbicara.

"Diamm...!!!" hardik perempuan itu pada kedua sisi batinnya.

"Bagaimana pun reaksinya, dan apapun keputusannya, itu urusan belakang. Yang penting aku harus segera memberitahunya, jika perbuatannya sebulan yang lalu kini telah menumbuhkan benih pada rahimku," tekad perempuan itu, di  antara kegundahannya.

Tanpa membuang waktu, perempuan itu segera membasuh wajahnya, dan membersihkan diri. Dia akan menemui lelaki pemilik benih yang kini telah tertanam sempurna dalam rahimnya. Lelaki yang sekaligus menjadi sahabatnya. Lelaki yang sebentar lagi akan meresmikan hubungannya dengan wanita lain yang telah bersama selama beberapa tahun belakangan ini.

Semua konsekuensi, dan gunjingan dari orang akan dia terima, yang terpenting dia sudah berusaha memberitahukan keberadaan-nya pada lelaki yang seharusnya.

***

"Dave... bisakah kita bertemu sebentar? Ada hal penting yang ingin aku katakan?" Titha berusaha mengontrol nada bicaranya saat menelepon seseorang yang bernama Dave.

"Maaf... Tha, aku sedang bersama Key, dan akan menemaninya ke butik lima menit lagi. Besok saja kita bertemunya, Tha."

Jawaban dari seberang telepon membuat Titha kecewa. "Dave, ini sangat penting. Kalau begitu... sepulangmu menemani Key saja kita bertemu, bagaimana?" Titha tidak menyerah membujuk Dave agar mereka bisa bertemu.

"Jika itu penting, sekarang saja katakan. Nanti aku diundang ke rumah Key untuk makan malam."

"Dave... aku harus mengatakannya langsung padamu su...."

"Maaf... Tha, aku harus berangkat sekarang. Bye."

Titha melemparkan ponselnya ke atas ranjang setelah dengan sepihak lawan bicaranya memotong, dan memutus pembicaraannya di telepon.

Titha mondar mandir sambil menggigit kuku tangannya, mulutnya terus saja bergumam tak jelas, kebiasaannya jika sedang gelisah. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.

"Mama... Papa... mengapa hidupku jadi seperti ini? Mengapa tidak kalian ajak saja aku bersama kalian di sana? Kalian tega meninggalkanku sebatang kara di sini?" jeritnya saat menyadari keberadaannya yang hanya seorang diri.

***

Titha merupakan sapaan dari wanita bertahi lalat di dagu yang bernama lengkap Aileen Nathania Pratistha. Wanita yatim piatu yang kini berusia 24 tahun. Wanita ini terbilang cantik meskipun tidak pernah merias wajahnya secara detail. Titha tidak pernah mengenal sosok ayahnya karena sang ayah meninggal sejak dia masih berada di dalam kandungan ibunya, sedangkan sang ibu meninggalkannya lima tahun yang lalu karena sakit. Sejak saat itu Titha menjadi seorang anak yatim piatu, meskipun mempunyai keluarga besar dari kedua orangtuanya, namun keluarganya itu selalu bersikap acuh tak acuh padanya, apalagi keluarga dari ayahnya yang kebanyakan tinggal di luar pulau untuk mencari nafkah.

Kedua orangtua Titha bukanlah dari golongan konglomerat. Mereka hanya dari keluarga sederhana, dan berkecukupan. Mendiang ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi pemilik sebuah konveksi besar, sedangkan mendiang ibunya bekerja di kantin sekolah SMA tempatnya dulu bersekolah. Bukan sebagai pemilik kantin, tapi dipekerjakan oleh tetangganya yang berjualan di kantin sekolah. Titha juga dulu ikut membantu ibunya bekerja jika sedang jam istirahat tiba, karena dia juga bersekolah di sana atas beasiswa yang diterimanya.

Setelah lulus SMA Titha tidak melanjutkan lagi pendidikannya karena terkendala biaya, dia bekerja pada counter ponsel yang lumayan besar dengan berbekal ijasah SMA. Setelah ibunya meninggal, dia memutuskan untuk merantau ke ibukota provinsi untuk mengalihkan pikiran, dan kesedihannya. Di ibukota provinsi inilah dia kembali dipertemukan tanpa sengaja dengan sahabat SMA-nya yaitu, Dave.

Dave yang setelah lulus SMA melanjutkan kuliahnya di Australia, dan dari sinilah intensitas mereka berinteraksi mulai terjalin. Mereka sering bertemu, kadang hangout bersama, bahkan jika keduanya ada waktu senggang mereka akan traveling bersama. Selain karena mereka memang bersahabat, keduanya juga memiliki hobi yang sama, sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk mereka kembali dekat atau beradaptasi, meski selama kurang lebih enam tahun mereka tidak saling berkomunikasi.

Beryl Davendra Sakera, itulah nama lengkap dari sesosok Dave. Seorang anak lelaki yang mempunyai darah ningrat turunan dari sang ibu di dalam tubuhnya. Darah yang membuatnya lebih dihormati dibandingkan dengan yang lain. Meskipun itu kelebihan yang dia miliki, namun tidak membuatnya gila hormat, ataupun tinggi hati. Dia memiliki sorot mata yang menusuk tajam, dan garis rahang yang tegas, akan tetapi belahan pada tengah dagunya membuatnya terlihat sangat manis, apalagi ketika senyum tipis tersungging pada bibir merahnya.

TBC

21 Februari 2017

Aya 😘😘😘😘

Love For My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang