I. It's over? [Donghyuk]

2.2K 253 22
                                    



Langit terlihat mulai menggelap. Hampir satu jam bangku koridor ini kutemani. Aku hela nafasku perlahan sambil menatap jam tangan berwarna coklat yang melingkar di tangan kiriku.

Tidak biasanya, sungguh. Dia tidak biasanya terlambat menjemputku. Menunggunya disini, mengingatkanku betapa kuatnya dia mempertahankan hubungan kami sampai saat ini. Namun, aku sadar. Pada akhirnya aku memang akan kehilangan dia.

Mungkin, sekaranglah saatnya. Aku memang orang yang bodoh. Karena akulah dia tidak bisa melanjutkan pendidikannya dengan baik.

"(y/n)-a,"

Seseorang baru saja memanggil namaku bersamaan dengan sepasang sepatu berhenti tepat di hadapanku. Aku segera mendongak. Melihat siapa orang yang berada dihadapanku ini.

"Donghyuk-ah,"

Aku tersenyum. Melihat senyum lembut yang terkulas dibibirnya, hatiku benar-benar terasa nyaman dan senang. Teringat bahwa senyum yang menjadi candu itu akan segera menghilang. Aku benar-benar belum siap.

"Maaf, aku terlambat menjemputmu."

Dia tidak pernah berubah. Selalu meminta maaf pada hal kecil sekalipun. Bagaimana aku bisa melepaskanmu begitu saja. Tetapi, aku tidak ingin menghalanginya lagi.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa."

"Baiklah. Ayo kita pulang."

Dia segera menggenggam tanganku. Aku menerimanya dengan senang hati. Aku jadi tidak bisa berfikir. Apa aku harus mengatakannya sekarang? Atau mungkin besok?

Tapi akan sampai kapan? Ini sudah dua minggu setelah Donghyuk mengatakan keinginan orang tuanya.

Tidak seharusnya aku membuatnya seperti ini.

Beberapa menit terlewat. Aku tidak fokus dengan perjalanan menuju rumahku. Aku benar-benar bingung dan ragu. Dari mana aku akan mengatakannya?

"(y/n)-a,"

Aku mengerjap. Dengan segera aku menoleh melihat Donghyuk yang kurasa sudah memanggilku sejak tadi.

"Ah, sudah sampai ya?"

Donghyuk masih tetap menatapku. Tapi tatapannya sekarang terlihat berubah.

"Apa kau baik-baik saja? Sedari tadi, kulihat kau melamun. Apa ada masalah?"

Dia cepat sekali mengerti. Dia seperti tau segalanya.Apa kau tau, aku tidak akan pernah bisa melepaskanmu, Kim Donghyuk.

Aku menghela nafas dengan perlahan.

"Donghyuk-ah,"

"Ya?"

Dia menatapku dengan lekat. Apa dia akan menerima keputusanku? Entahlah.

"Ayo kita akhiri hubungan ini."

Dengan lancarnya kalimat itu meluncur dari bibirku. Aku memejam beberapa detik. Mengontrol segalanya didalam diriku. Setelah itu kulihat kedua matanya membulat mdnatapku.

"Apa maksudmu (y/n)-a?"

Ku tarik nafasku dalam-dalam. Apa lagi yang harus kukatakan? Donghyuk, seharusnya kau mengerti. Pergilah. Jangan membuatku seperti orang jahat.

"Kau harus menerima keinginan orang tuamu. Kau harus pergi."

Jantungku berdentum kencang. Apa yang kulakukan ini benar? Kau harus tau, itu bukanlah keinginanku. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan laki-laki yang selalu bersamaku. Menyemangatiku dan menjagaku.

"T-tapi, orang tuaku pasti menerima jika aku menolak keinginannya."

"Tidak, kau harus melakukannya. Lupakanlah aku. Kau harus melanjutkan pendidikanmu dengan baik."

Aku hanya bisa tersenyum. Menatapnya untuk terakhir kali. Mungkin aku akan tersiksa dengan kepergianmu, aku akan kesepian di setiap hari-hariku tanpamu. Air mataku tiba-tiba mengalir. Ia menatapku dengan sendu. Maafkan aku. Inilah yang terbaik.

"Kau harus pergi. Mengerti."

Aku segera ingin membuka pintu sebelum ia dengan cepat menggenggam tanganku. Aku kembali duduk dan menatapnya.

"Jangan, aku mohon. Aku tidak akan bisa melepaskanmu (y/n)-a."

Aku lebih tidak bisa melepaskanmu Donghyuk. Kenapa semua ini terjadi padaku? Aku mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu.

Air mataku terus mengalir. Nafasku terasa sesak. Jika ini yang terjadi, kenapa kau mempertemukanku padanya, tuhan?

"Kau harus melakukannya. Ini bukanlah pilihan. Aku bukanlah halangan."

"Ya, kau bukanlah halanganku. Tapi, jangan lakukan ini. Aku sangat mencintaimu."

Air mata mengalir dari kelopaknya. Apa ini sungguh menyakitkan? Ini juga menyakitkan untukku. Tanganku segera terangkat dan mengusap pelan air yang membasahi pipinya.

"Jangan seperti ini, oppa. Kau harus bahagia."

Ia segera memegang tanganku yang memegang sisi wajahnya dengan lembut. Beberapa detik hanya saling menatap dengan dalam. Mencari tau apa sepasang mata ini adalah sebuah penyesalan.

"Kau jahat (y/n)-a, baiklah aku akan pergi jika itu yang kau inginkan. Tapi, aku akan kembali dan mencarimu."

Sangat menyakitkan. Sampai kapanpun kau akan ada dipikiranku. Aku akan menunggu disini setiap detiknya. Aku tidak akan melupakan setiap detik senyummu.

Aku segera mengangguk dan memeluknya. Dengan cara apapun, aku tidak bisa merelakannya pergi. Tetap bersamaku, karena aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak akan membuatmu berlari seorang diri.

.

.

.

Apa ini?
Gatau lagi baper aja nih authornya._.

Gimana? Mau dilanjut ke member lain tak?
Tak mau ya? Yaudah orang gada yang ngevote and comment juga .-.

IKON WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang