30. Almost Lost

5.6K 590 49
                                    

Jari Kevin bergerak menelusuri punggung telanjang Luna. Tidak hanya jarinya saja, bibir Kevin juga bergerak menyapu bagian leher sampai pundak Luna. Sudah terlalu lama ia tidak merasakan tubuh hangat Luna, sudah terlalu lama Kevin tidak menyentuhnya secara intim seperti ini meskipun suasananya sedikit berbeda.

"Lucas melihatku memegang pisau yang bersimbah darah. Dia mengira aku telah membunuh ibunya...aku tidak pernah membunuhnya. Abraham lah yang membunuhnya dan menjadikanku kambing hitam. bahkan keesokan harinya dia mencoba membunuh Andrea dihadapanku, beruntungnya James datang menyelamatkan kami," ujar Kevin disela-sela bibirnya yang sibuk menyapu pundak Luna.

Kenangan yang mengerikan kembali mengelilingi pikiran Kevin. Kenangan yang mampu membuat bulu-bulunya merinding, kenangan yang mampu membuat Kevin tidak bernafas. Kenangan itu terlalu mengerikan untuk diceritakan. Kenangan yang Kevin anggap sebagai iblis yang bisa mengambil jantungnya.

Kejadian di restauran tadi adalah titik di mana Kevin harus menceritakan semuanya. Luna tidak mengancam tuk menceritakan apa yang Kevin sembunyikan. Tapi wajah Luna terlihat sangat frustasi dengan situasi yang ada, dengan situasi yang tidak ia mengerti dan mungkin akan menjadi kesalah pahaman yang besar di antara mereka jika Kevin tidak menceritakan semua rahasianya.

"...James merawat kami dengan baik, dia membuat Abraham tidak berani menyentuh kami berdua. Lalu Andrea mencoba mengambil hak asuh Lucas karena ia pikir Lucas adalah anak polos yang harus dibimbing agar tidak menjadi seperti Abraham. Abraham menolak, saat itu ia hampir menusuk Andrea, dan aku melakukan pembelaan, aku mendorongnya sampai terjatuh dari lantai 17. Setelah kejadian itu, lebih dari setahun aku dan Lucas bermain bersama, kami berbagi mainan, berbagi semuanya. Tapi dia mengkhianati kebaikan Andrea. Saat rumah sepi, ia memberi 5 tusukan di perut Andrea."

Kevin memejamkan matanya merasakan rasa sakit yang menjalar ke dadanya. Nadinya seakan tidak sanggup untuk berdenyut mengingat Andrea pernah terkapar di lantai tidak berdaya.

"Lucas melakukan itu karena ia ingin balas dendam padamu? Ia mengira kau telah membunuh ibunya dan juga Abraham?" simpul Luna. Luna membalikkan tubuhnya.

"Ya," ujarnya bersamaan dengan anggukannya. Kevin menyembunyikan wajahnya di dada Luna yang telanjang. Ia berhembus pelan, membayangkan setiap hembusan nafasnya bisa mengeluarkan rasa sakit. Tapi itu hanyalah bayangan saja. Rasa sakit di masa lalu akan terus tertancap di dadanya.

"A-apa orang yang melakukan tembakan di pesta ulang tahun teman Harry itu adalah dia? Dan apakah... Orang yang menguntit kita hingga kau hampir tertusuk juga dia?"

Kevin memberi jarak antara dirinya dan Luna. Matanya menatap bola mata Luna yang berlinang. Kevin mengangguk sebagai jawaban. Ia menarik dagu Luna dan memberi cumbuan lembut di bibirnya. Antara surga dan neraka yang dapat ia rasakan kini. Surga karena bisa menyentuh istrinya lagi, neraka karena harus menceritakan masa lalu.

Luna melepaskan ciumannya. "Orang yang membunuh keluargaku juga Lucas?"

Ini akan menjadi masalah yang lebih rumit lagi, pikir Kevin. Lagi Kevin mengangguk. "Maafkan aku karena telah berbohong."

Luna mundur beberapa langkah dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Kevin mengansumsikan itu sebagai keterkejutan Luna. Air mata yang tertahan di mata Luna kini mulai mengalir. "Kenapa selama ini kau berbohong padaku?"

"Semuanya ini rumit. Dulu kau sedang hamil dan aku terlalu takut tuk menjelaskannya padamu."

Hening. Hanya suara isakkan yang terdengar. Kevin belakangan ini sudah sering mendengar isakkan itu. Dan terkadang itu membuat Kevin marah pada dirinya sendiri.

Kevin bergerak mendekat. Kembali merangkul Luna dalam pelukannya. Merasakan kepedihan. Ia tahu bahwa Luna sangat kecewa dengan dirinya karena selalu menutupi hal-hal yang seharusnya Kevin ceritakan.

STORM #TDOM2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang