29. He is Coming

5.4K 555 68
                                    

Pria tinggi berjaket hitam. Kepalanya tertutup oleh topi jaket tersebut sehingga wajahnya tidak dapat dilihat secara jelas. Pria itu masuk dan keluar dari toilet wanita tepat saat Luna berada di toilet itu.

Kevin berulang kali mengulang rekaman CCTV di hotel tersebut, mencoba mengingat sosok pria yang kemungkinan besar menemui Luna. Hasilnya tidak ada sama sekali. Pria itu tampak asing bagi Kevin lalu kenapa Luna begitu takut?

Orang itu mengikuti kita

Orang yang menemuiku sebelum kecelakaan

Kata-kata terakhir Luna sebelum ia pingsan selalu terngiang-ngiang dipikiran Kevin. Siapa orang itu? Dan kecelakaan apa? Mengapa Luna sangat takut? Beribu pertanyaan tertanam dibenaknya.

Jari Kevin mengklik kursor kanan pada laptopnya. Ia melihat rekaman CCTV saat di parkiran mini market. Pria yang sama di hotel kembali menampakkan dirinya di mini market itu. Pria tersebut menggenggam sebuah pistol yang di arahkan ke jendela mobil tepat Kevin mengemudi. Pria itu bermaksud menembak dirinya. Kevin menduga pria tersebut mengira bahwa Kevin berada di dalam mobil itu. Sayangnya perkiraan pria itu meleset. Kaca mobil Kevin hitam tak transparan jadi sulit tuk melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

Kevin menghentikan videonya di detik-detik terakhir. Pria itu menatap kamera lalu tersenyum seolah-olah sedang memberi pesan. Diperbesarnya gambar tersebut yang terfokus pada wajah pria itu, hasilnya tetap saja wajahnya tidak jelas.

"Inikah permainan yang kau buat Luke," geram Kevin pada dirinya sendiri.

Kevin menutup laptopnya dan menatap lurus. Pandangannya terfokus pada pintu di ruangan kerja rumahnya. Ia menatap pintu itu sambil membayangkan Lucas sedang berdiri tidak berdaya.

Pengecut. Itulah julukan yang pantas untuk Lucas Duncan. Dia tidak pernah berani menampakkan dirinya di hadapan Kevin. Ia hanya menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Kevin.

"Aku bisa gila jika si brengsek ini terus berkeliaran," keluh Zak membanting tumpukan berkas yang ada di tangannya.

Kevin memutar kursinya 90 derajat mendengar keluhan Zak. Senyuman tipis muncul dari bibir Kevin.

"Ini masih belum seberapa. Dulu ayah kandungku 10 kali lipat melakukan hal yang menjengkelkan," komentar Kevin.

Zak berdecak lidah kemudian ia mengacak rambutnya kasar. "Sebenarnya apa tujuan kakak tirimu itu? Membuatmu bangkrut? Ingin membunuhmu? Membuatmu menderita? Membunuh semua keluarga istrimu? Mengambil istrimu? Sepertinya semua itu sudah berhasil dia lakukan kecuali mengenai Luna."

"Kau bisa bertanya langsung jika kau bertemu dengannya nanti." Kevin beranjak dari kursinya dan pergi ke kamarnya ingin melihat Luna.

Sudah lebih dari 14 jam Luna tidak sadarkan diri. Kejadian hari ini membuat shock Luna. Terutama pria yang menemui Luna, itu yang membuatnya sangat shock.

Kevin duduk di tepi ranjang. Memandangi wajah Luna. Tangan kirinya dijadikan tumpuan di dekat tangan kanan Luna yang terpasang infus. Dalam gelap, Kevin terus memandangi wajahnya yang tidak sadarkan diri.

Beberapa saat setelah itu, Kevin merasakan pergerakan tangan Luna. Ia pun langsung menghidupkan lampu kamar.

"Hei," sapa Kevin dengan garis melengkung ke atas di bibirnya.

Luna tidak menjawabnya. Ia masih terdiam seolah sedang menunggu semua kesadarannya benar-benar kembali. Luna mencoba bangkit dari tidurnya kemudian ia menatap tangannya yang terpasang selang infus lalu menatap Kevin penuh tanya. Dan...tatapan itu hanya terlihat sejenak, Luna kemudian melepas selang infus dari tangannya. Tangan bekas selang infus tersebut mengeluarkan darah.

STORM #TDOM2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang