Part 10 - Park Chanyeol

1.9K 262 16
                                    

[Bersamamu]

***

Beberapa hari berlalu setelah hari dimana aku menyatakan cinta dan mengajaknya berkencan. Aku telah kembali pada aktivitas sibukku yang menyenangkan.

Aku bahagia, sangat bahagia. Tentu saja. Karena sekarang aku memiliki kekasih dan selalu bersama kekasihku.

Tak mudah sampai aku bisa bersamanya, aku harus melewati sahabat-sahabatnya yang sangat posesif itu.

Bobby duduk tepat di hadapanku, sisi kanannya Jisoo, Jennie dan Lisa sementara sisi kirinya Namjoon, dan Bambam. Sementara Chaeyoung duduk di kursi lain, memangku tangan menatap kami semua. Namjoon dan Jennie segera datang setelah Bobby menelponnya dan mengabarkan ada hal penting, Lisa dan Bambam secara kebetulan telah menyelesaikan kesalah fahaman akibat rumor tak jelasnya. Mereka menatapku seakan aku adalah seekor mangsa.

"Kau yakin?." Tanya Bobby setelah sekian lamanya.

"Ya, aku tak pernah seyakin ini." Jawabku mantap.

"Kenapa kau menyukainya?." Tanya Bambam.

"Aku ingin melindunginya, aku...." aku menatap Chaeyoung yang juga menatapku. "Aku menyukainya karena kami saling menyempurnakan. Aku akan melindunginya, aku akan menjaganya. Sebagaimana dia merawatku dengan tulusnya."

"Kau masih ingat ucapanku tadi?." Tanya Bobby.

Siapa yang akan lupa ancamannya itu? "Tentu saja aku ingat, tapi aku akan berusaha tidak menyakitinya."

"Perlakukan dia dengan baik." Pesan Jisoo, "Jika tidak, kau akan tau seperti apa kami sebenarnya." Lanjutnya.

Bobby dan Jisoo memang pasangan serasi, keduanya senang dengan ancam mengancam.

"Jangan mabuk di dekatnya." Kali ini Lisa yang berujar.

"Ya...." Aku beralih menatap Chaeyoung. "Kau jangan mengajakku minum, karena aku selalu sulit menolak permintaan orang yang aku sayangi."

Jennie dan Namjoon terlihat saling melirik. Mereka belum mengatakan apapun.

"Jaga dia." Ujar Namjoon.

Aku tersenyum menatapnya. "Tentu saja."

Aku kembali menatap Chaeyoung. "Jadi mulai sekarang kita berkencan."

"Siapa bilang? Aku tak mengatakan akan berkencan denganmu." Jawab Chaeyoung kemudian beranjak pergi.

"Chaeyoung-ie... kau becandakan? Ayolah Chae...."

"Kau melamun lagi. Kenapa?." Chaeyoung datang menghampiriku dengan pakaian di tangan kirinya.

Aku tersenyum kemudian mengusak puncak kepalanya. Aku segera berdiri, dia akan memakaikan bajuku.

"Aku sedang mengingat saat kau menjahiliku, aku pikir kau akan menolakku tapi kau akhirnya menerimaku." Aku meraih wajahnya, mengelus pelan kedua belah pipinya itu.

"Chae...."

Chaeyoung mengabaikanku, dia sibuk memilih pakaian yang akan aku kenakan.

Chu~~~

Aku mencium pipinya, dia masih mengabaikanku, parahnya dia malah mendorongku.

"Diam." Ucapnya. Dia memang tak berubah, meskipun kami telah berkencan tapi dia terkadang masih dingin dan cuek padaku, seperti saat ini.

"Chae bagaimana jika nanti malam kita nonton di rumahmu?." Tawarku, akhir-akhir ini aku sedang menyukai drama akhir pekan jadi aku berniat mengajaknya menonton bersama.

Chaeyoung mengambil satu kemeja, dia mendekat ke arahku.

"Buka bajumu."

Aku hanya memutar bola mataku, "Buka saja sendiri." Balasku, aku benci di abaikan tapi dia terus mengabaikanku.

Tanpa membantah lagi Chaeyoung membuka kemeja yang aku kenakan, kemudian segera menggantinya dengan kemeja yang ada di tangannya.

Aku hanya pasrah, dia memang tak pernah bisa di ajak berbicara jika sedang fokus dengan pakaian-pakaian itu.

"Menunduk." Perintahnya lagi.

Bukannya memunduk, tapi aku memutuskan untuk duduk lagi di kursiku yang tadi. Dia terlihat menghela nafas setelah itu memasangkan sebuah topi padaku.

"Selesai." Chaeyoung berdiri tegak di hadapanku. "Coba lihat." Dia menatapku, duduk ternyata membuat kami sejajar. Aku mengabaikannya, enak saja dia main memberiku perintah saja.

"Chan."

Rasakan! Emang enak diabaikan? Aku juga tak enak. Chaeyoung selangkah lebih dekat padaku sementara aku berpura-pura sibuk mengamati jam tangan yang aku kenakan.

Chaeyoung meraih kedua pipiku membuat kami saling bertatapan. Dia mendekatkan diri padaku, sementara tangannya berpindah mengalung di leherku.

Bibir kami bertemu secara singkat. Kami saling bertatapan kembali. Dia tersenyum padaku. Aku dengan cepat meraih pinggangnya, memeluknya kemudian menciumnya kembali, melumatnya dalam dan menghisap bibirnya.

"OH MY GOD!!! Chanyeo-ah!!!." Itu suara Baekhyun. Ya Tuhan. Kenapa dia harus datang disaat seperti ini?.

"Kalian tidak sadar ini dimana? Bagaimana jika orang lain yang masuk? Berhati-hatilah." Lanjut Baekhyun.

Aku segera berdiri kemudian mengusak puncak kepala Chaeyoung sesaat sambil tersenyum geli. Baekhyun sangat lucu, kami bahkan akan selalu tertawa daripada melawan saat mendengar ocehannya.

***

Malam harinya aku mengunjungi Chaeyoung sebagaimana yang telah aku janjikan. Begitu sampai aku langsung menyambar televisi untuk menonton drama.

"Kau sangat menyukai dramanya?." Tanya Chaeyoung, dia datang menghampiriku dengan nampan ditangannya yang berisi minuman dan semangkuk popcorn.

Aku mengangguk. "Memangnya kau tidak?."

Chaeyoung duduk sambil memeluk mangkuk popcorn itu di sampingku. "Aku suka, siapa yang tak suka? Chanyeol-ie jika bisa aku juga ingin kau datang saat aku meniup api. Aku ingin kita berpindah tempat saat kau membuka pintu bersamaku. Itu pasti sangat menyenangkan."

Aku terkekeh mendengarnya, dia sangat antusias. Aku mengusak kepalanya kemudian merangkul bahunya agar mendekat kearahku. "Aku akan mengabulkan apapun keinginanmu Chae, kau taukan?."

Chaeyoung mengangguk dengan pandangan masih sibuk menonton televisi. "Tapi untuk yang itu aku tak bisa, aku manusia normal."

Chaeyoung terkekeh, ia menepuk pelan kakiku kemudian menyandarkan diri padaku dengan sempurna. Chaeyoung menatapku.

"Park Chanyeol-ssi apa yang kau suka?."

"Chaeyoung-ssi."

"Apa yang kau suka?."

"Chaeyoung-ssi."

Chaeyoung tertawa. "Apakah kau Jeosonsaja?." Dia mengulurkan tangannya menuju perutku, menggelitiki perutku.

"Ya... Chae..." aku berusaha nenangkis tangannya dengan terus tertawa. "Chae..." aku menangkap tangannya. Kami menyandarkan kepala di sandaran kursi saling bertatapan.

"Aku akan menjadi apapun untukmu." Tanganku terangkat mengelus pipi indahnya. "Mari kita bertemu dan di kehidupan kita yang akan datang.Karena aku merasa bersamamu adalah hadiah yang paling indah di hidupku."

***

Bersambung.

***

Kkk~~~~ gara-gara drama goblin tamat dan abang Jiyong malah post photo ala-ala goblin jadilah alurnya gini.

Maaf lama karena kesibukan semakin bertambah. Hehe

Semoga gak mengecewakan ya, maaf kalo alurnya ngebosenin.

Mulai part 11 siap2 akan ada kejutan.

Jangan kupa spam vote dan komennya ya :)

Salam

Dy

ROSE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang