Hari sabtu yang cerah pukul delapan pagi, dikediaman [Last Name]. "[Your Name] bisakah kau gantikan kaa-san untuk berbelanja? Kaa-san masih repot untuk mengurus adikmu." Teriak Ibumu dari kamar adikmu yang terletak ada di lantai dua rumah kalian
"Baiklah kaa-san, daftar belanjaanya ada dimana?" Kau yang semula berada di kamarmu, langsung menuju kamar adikmu untuk menanyakan dimana daftar belanjaanya, tanda kau setuju.
"Ada diatas meja makan, uangnya ambil saja di dompet kaa-san." Ibu mu masih sibuk dengan adikmu.
"Baiklah kaa-san." Kau berjalan menuju meja makan yang ada di ruang makan yang berangkap dapur.
Kau mengambil uang dua ribu yen dari dompet ibumu, mengambil tas belanjaan yang ada di ruang tengah lalu berangkat ke pasar untuk membeli apa yang harus di beli.
Kau berjalan santai menuju pasar, butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk menuju pasar, tak begitu lama.
Sesampainya di pasar, bukannya berbelanja, kau malah tergiur dengan ubi bakar. Alhasil kau memilih untuk membeli ubi bakar tersebut lalu,
"Ittadakimas!!" seru mu. Saat kau sedang asik melahap ubi bakar kau mendengar suara yang sangat familiar, "Wortel satu kilonya dua ratus yen nanodayo." Suara familiar itu sampai ke telingamu.
Suara berat yang berlogat aneh. Sudah sangat familiar di kepalamu, telingamu sudah biasa mendengar logat aneh itu.
"Ketimun? Ketimun ini harganya dua ratus dua puluh lima yen nanodayo." 'Suara itu lagi' batinmu. Kau pun segera menghabiskan ubi bakar itu lalu menuju ke sumber suara familiar itu, toko yang berada di sebrang dari tempatmu duduk.
"Permisi, bisakah aku membeli satu kilo wortel, dua kilo mentimun, tiga kilo kentang dan satu kilo apel?" Kau berharap agar suara familiar itu terdengar lagi.
Sedikit namun itu faktanya, kau merindukan suara familiar itu.
"Ya bisa nanodayo." ternyata benar, suara yang kau harapkan kemabali terdengar. Karena kau sudah yakin maka kau,
"SHIN!! AKU MERINDUKANMU! TAK KU SANGKA KAU MENJADI TUKANG SAYUR DISINI! APAKAH INI PEKERJAAN SAMBILAN MU?" Kau menyapanya, dia kekasihmu, Midorima Shintarou.
"[Your Name]?! Sedang apa kau disini nanodayo?" Midorima kaget dengan kehadiranmu.
"Membantu kaa-san berbelanja, kau sendiri kenapa jadi tukang sayur disini Shin?" Kau memasang senyum, muncuk semburat merah di pipi Wortel berwujud manusia itu.
"A-aku sedang membantu ayahku jaga toko nanodayo, bukannya aku yang mau tetapi membantu orang tua adalah hal yang baik nanodayo." Midorima menjadi gelagapan.
"Astaga, baiklah, baiklah, berapa total belanjaan ku Shin?" kau mengeluarkan uang dari sakumu.
"Totalnya jadi seribu tiga ratus lima puluh ribu yen nanodayo." Midorima menyerahkan belanjaanmu, kau memberikan satu lembar uang seribu yen dan empat lembar uang seratus yen, kembalian beli ubi bakar tadi.
"Ini kembaliannya nanodayo." Midorima menyerahkan kembaliannya.
"Lain kali aku akan mampir kesini lagi Shin! Dadah." Kau meninggalkan toko Midorima.
Satu langkah....
Dua langkah....
Tiga langkah....
Empat langkah....
Lima langkah...
"BWAHAHAHAA ASTAGA AKU TAK PERCAYA INI." Kau tertawa sambil memegangi perutmu, masih tak percaya kekasih mu menjadi tukang sayur. Kau berfikir bagaimana bisa kalau sayur menjual sayur?
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
kuroko no basket ; PROFESSION
Fanfiction❝Mereka memiliki beberapa pekerjaan selain menjadi seorang pemain basket.❞ __________________ Higest rank #179 in Humor Kuroko no basket KNB©tadatoshi fujimaki Profession©biutiendebis2017 __________________